Mohon tunggu...
Muthiah Alhasany
Muthiah Alhasany Mohon Tunggu... Penulis - Pengamat politik Turki dan Timur Tengah

Pengamat politik Turki dan Timur Tengah. Moto: Langit adalah atapku, bumi adalah pijakanku. hidup adalah sajadah panjang hingga aku mati. Email: ratu_kalingga@yahoo.co.id IG dan Twitter: @muthiahalhasany fanpage: Muthiah Alhasany"s Journal

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Pilihan

Jangan Sampai Menjadi Korban Bencana Banjir Seperti Saya, Yuk Stay Alert

21 Maret 2017   23:38 Diperbarui: 25 Maret 2017   13:00 425
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
banjir jakarta (dok.tempo)

Beberapa tahun yang lalu, saya mengalami peristiwa yang membuat saya shock dan trauma. Bayangkan, saya menjadi korban bencana banjir.  Banjir itu membuat saya kehilangan surat-surat berharga dan arsip penting yang sulit didapatkan penggantinya. Saya tak habis mengerti mengapa kejadian itu bisa menimpa diri saya. Yah, memang tak ada sesuatu yang terjadi tanpa izin Yang Maha Kuasa, saya harus menerimanya sebagai ujian. Hanya saja, saya tak pernah menyangka hal itu terjadi pada saya.

Waktu itu, saya mengontrak di sebuah perumahan di kawasan Rawadenok, tak jauh dari rumah kakak perempuan yang juga tinggal di perumahan tersebut. Seperti biasa, hidup saya sehari-hari hanya sendiri. Kalau tidak ada kegiatan, maka saya hanya berada di dalam rumah. Namun jika memang harus pergi, maka rumah saya tinggal dan dikunci. Kecuali kalau keluar kota, maka saya titip kunci kepada kakak supaya sesekali dilihat dan dijaga.

Nah, pada musim penghujan sekitar bulan November, saya pergi ke Tanjung Pinang, Kepulauan Riau selama hampir sebulan. Saya kembali menitipkan kunci kepada kakak.  Saya menonton berita di televisi bahwa Jakarta dan sekitarnya hujan terus menerus sehingga menyebabkan beberapa tempat tergenang. Namun saya tidak pernah berpikir bahwa rumah saya akan kebanjiran. Soalnya, wilayah Depok pada umumnya bebas banjir.

Sungguh tak disangka ketika pulang, ternyata ada bekas rendaman banjir  kira-kira sejengkal tingginya di dinding. Saya kaget dan bertanya kepada tetangga. Mereka menjelaskan bahwa minggu lalu hujan deras disertai angin kencang melanda perumahan itu. Saking derasnya, sampai permukaan air naik dari jalanan dan saluran hingga ke dalam rumah. Satu hal yang tidak saya cermati, perumahan itu bekas rawa yang seharusnya menjadi wilayah tadah air (Rawadenok). 

Dengan tertutupnya rawa diganti perumahan, maka tidak ada lagi wilayah serapan air sehingga air mudah meluap dan membanjiri rumah warga.  Memang sudah surut keesokan harinya, tetapi cukup membuat kerusakan bagi para penduduk. Sebenarnya, jarang terjadi air banjir masuk ke rumah-rumah karena biasanya dibangun lebih tinggi dari jalanan. Namun  entah mengapa kali itu hujan yang turun luar biasa deras dan tak tertahan lagi.

Apa yang membuat saya trauma adalah ketika membuka ruang perpustakaan pribadi (saya memiliki satu ruang yg digunakan hanya untuk buku-buku). Saya mendengar suara gemerisik dari sebuah bufet buku rendah. Dan Astaghfirullah, setelah saya buka pintu buffet itu, ternyata ribuan rayap sedang memakan dan menghancurkan segala yang ada di dalamnya. Ada buku-buku langka Bung Karno, arsip organisasi dan arsip pribadi seperti ijazah dari SD hingga sarjana, akte kelahiran dll.

Ya Allah, betapa hati ini seperti ditikam menyaksikan surat-surat penting itu hancur. Saya sungguh tak berdaya melihat semua itu. Tanpa sadar saya menangis. Bayangkan, dengan musnahnya surat-surat dan arsip penting itu, saya seakan-akan tidak punya lagi identitas yang berarti. Rayap, binatang kecil itu sangat luar biasa menghancurkan satu buffet, termasuk buffet itu sendiri.

Zurich

Sampai sekarang peristiwa itu menjadi kenangan buruk yang tak terlupakan. Apalagi saya belum mampu mengurus penggantinya. Andai saja kejadian seperti itu bisa dicegah, maka mungkin saya bisa menyelamatkan surat-surat berharga. Nah, teman-teman jangan sampai kejadian itu menimpa kalian. Bersyukurlah bahwa pada tahun-tahun terakhir ini dikembangkan peringatan dini terhadap bencana.

Sebagai contoh, Zurich dari Swiss telah berinovasi dengan menciptakan aplikasi yang dapat digunakan untuk mengetahui secara cepat sebuah bencana yang sedang melanda wilayah tertentu yaitu Z- Alert. Aplikasi ini tidak hanya memberikan informasi seputar peristiwa bencana, tetapi juga memberikan ilmu pengetahuan tentang peristiwa-peristiwa alam dan juga bagaimana cara kita menghadapinya.  Z-Alert ini menjadikan kita Stay-Alert, tanggap risiko bencana.

 Pada acara Nangkring Kompasiana yang bekerja sama dengan Zurich di Midtown Bristo and Lounge, Jakarta, hadir tiga pembicara yaitu Wirahadi Suryana, Director of Corporate/Commercial PT Zurich Insurance Indonesia, Dian Wibowo, Chief Operating Officer Zurich dan seorang kompasianer Moltuz. Talk show atau bincang-bincang tersebut untuk memperkenalkan aplikasi Z-Alert dalam rangka HUT ke 25 Zurich Insurance Indonesia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun