Mohon tunggu...
Muthiah Alhasany
Muthiah Alhasany Mohon Tunggu... Pengamat politik Turki dan Timur Tengah

Pengamat politik Turki dan Timur Tengah. Moto: Langit adalah atapku, bumi adalah pijakanku. hidup adalah sajadah panjang hingga aku mati. Email: ratu_kalingga@yahoo.co.id IG dan Twitter: @muthiahalhasany fanpage: Muthiah Alhasany"s Journal

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

Gunung Rinjani dan Dilema Pendaki Pemula

28 Juni 2025   14:56 Diperbarui: 3 Juli 2025   13:13 191
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tebing gunung Rinjani (dok.atmaja.danzeir)

Wisatawan asing atau pendaki gunung dari luar negeri, mungkin kurang literasi tentang gunung Rinjani. Mereka tidak menyadari sepenuhnya bahwa bagaimana trek yang harus dilewati. Kalau dia pernah mendaki gunung di negaranya, tentu kondisi gunungnya berbeda. 

Tebing berpasir (dok.atmaja.danzeir)
Tebing berpasir (dok.atmaja.danzeir)

Bagi yang sudah pernah naik gunung Rinjani, tahu bahwa tanah yang dipijak sangat labil karena mengandung pasir. Kita bisa saja tergelincir ke jurang tanpa bisa ditahan. Beruntung jika sempat berpegangan pada batu besar, seperti yang pernah dialami oleh pendaki gunung dari  Irlandia, Paul Farrel yang menggelinding 200 meter ke jurang. Untunglah dia berhasil diselamatkan. 

Kasus Juliana 

Dari kasus yang dialami oleh pendaki gunung Juliana yang telah meninggal dunia sebelum ditemukan tim SAR, kita perlu tahu kondisi pada saat itu. Berdasarkan kesaksian para pendaki dan anggota tim SAR gabungan, didapatkan fakta:

1. Juliana meninggal 20 menit setelah terjatuh. Video drone yang menunjukkan dia masih hidup adalah drone pendaki lain. Tim SAR belum mendapat laporan tentang jatuhnya Juliana. Drone tersebut hanya drone biasa, tidak bisa membawa barang. 

2. Ketika mendapat laporan, tim SAR langsung bergerak naik. Mereka butuh waktu antara 8-9 jam untuk sampai ke lokasi kejadian. Mereka sudah berusaha secepatnya.

3.  Banyak yang menanyakan kenapa tim SAR tidak menggunakan helikopter. Di gunung Rinjani, cuaca mudah sekali berubah. Tiba-tiba kabut turun disertai hujan deras. Helikopter tidak bisa menembus cuaca yang sangat buruk. Tim SAR bukan Tuhan yang mengendalikan cuaca. 

Karena itu, alangkah naifnya jika menyalahkan tim SAR yang telah berbuat maksimal. Mereka sampai bermalam di tebing bersama jenazah korban. Padahal tebing itu sewaktu-waktu juga bisa runtuh. 

Kalau berharap bahwa keamanan pendaki ditingkatkan, harus diingat sekali lagi gunung Rinjani adalah geopark, bukan tempat wisata. Jika terlalu banyak fasilitas buatan, justru akan merusak lingkungan alam. Di sini pentingnya seorang pendaki mempersiapkan fisik dan mental. 

Gunung Rinjani bukan untuk pendaki pemula. Hal ini yang harus disosialisasikan ke banyak negara agar tidak sembarangan mengikuti program travel yang menawarkan naik gunung Rinjani. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun