Euforia lebaran terutama adalah menyantap makanan yang tidak ada dalam hari-hari lainnya. Dalam keluarga saya, tersedia lontong, burasa  dan ketupat, tentu bersama lauknya yang lengkap. Semua serba santan, opor, rendang, sambal ati kentang. Sudah jelas semua itu mengandung kalori yang tinggi.
Apalagi ditambah makanan kecil, aneka kue kering seperti nastar, kastengel, putri salju, dan sebagainya. Minuman pun tak mau kalah, ada yang menyajikan minuman bersoda, es campur, dan segala sesuatu yang menyegarkan. Ahli gizi sudah sering mengingatkan bahwa tiga butir nastar setara dengan satu piring nasi.
Namun, gegara euforia lebaran tersebut kita tak mengindahkan peringatan dari ahli kesehatan. Kita kalap menyantap, bahkan mengunyah tanpa henti hingga perut menjadi begah. Bisa jadi, dalam satu hari berat badan akan meningkat secara drastis. Kita menumpuk lemak dengan sadar.Â
Inilah pentingnya kendali diri dari hawa nafsu makan yang bergelora ketika lebaran tiba. Okelah jika bebas makan dalam satu hari, sebagai bentuk rasa sukur dan merayakan hari kemenangan . Tetapi hari berikutnya, jangan lagi diulangi. Bagaimana caranya?
Begini tips mengendalikan diri terhadap makanan lebaran:
1. Puasa Syawal pada hari keduaÂ
Setelah memuaskan diri dengan berbagai hidangan lebaran di hari pertama, maka besoknya saya sudah kembali berpuasa. Saya menjalankan puasa sunah Syawal selama enam hari. Ini bukan hal yang sulit. Karena sudah terbiasa berpuasa, setengah empat pagi saya sudah terbangun dan bersiap sahur.
Dengan puasa ini, saya tidak menyentuh makanan lebaran. Aman, tidak ada yang membuat perut begah karena kekenyangan. Biarkan saja makanan itu dimakan oleh yang tidak berpuasa. Toh kemarin sudah mencicipinya. Saya bersukur jika makanan cepat habis, saya tidak akan tergoda lagi untuk memakannya.Â
2. Berikan kue-kue kering pada anak-anakÂ