Seiring dengan meningkatnya serangan Israel terhadap bangsa Palestina, Â Eropa juga tengah membangkitkan gerakan Islamophobia. Â Tampaknya ini sudah menjadi kesepakatan tak tertulis antara Israel, Â Amerika Serikat dan negara negara Eropa, Â khususnya Eropa Barat.Â
Beberapa hari yang lalu, Â Austria telah menutup dan menyegel tujuh masjid di negara itu. Â Bahkan imam masjid diusir dan dilarang beraktivitas. Â Terutama imam dari masjid yang dibangun oleh Turki.Â
Tindakan drastis ini langsung mengundang reaksi keras dari Presiden Turki,  Erdogan.  Dalam pidato di sela sela kampanye  Erdogan melontarkan kecaman kepada pemerintah Austria dan negara negara Eropa lainnya.  Menurut Erdogan  tindakan Austria membuktikan adanya gerakan Islamophobia dan Rasisme yang meningkat dan diorganisir oleh pemerintah negara negara tersebut.Â
Erdogan menilai  bahwa penutupan masjid dan pengusiran para imam bisa memicu terjadinya perang salib.  Dan jika hal itu terjadi,  maka Austria dan negara negara Barat lah yang bertanggung jawab.  Mereka sengaja menekan kaum muslim yang tinggal di negara negara tersebut.Â
Juru bicara pemerintah Austria,  Sebastian  justru mengatakan bahwa penutupan masjid adalah awal dari tindakan tegas pemerintah Austria.  Mereka melakukan hal itu untuk menangkal aksi radikalisme dan terorisme.
Keputusan pemerintah Austria juga membuat umat muslim di negara itu resah dan terkejut. Â Masalahnya, Â masjid disegel pada hari Jumat terakhir bulan Ramadan. Â Umat muslim sedang berkonsentrasi dalam ibadahnya. Â Sejatinya hal ini melanggar hak asasi manusia.Â
Lembaga lembaga Islam di Austria juga telah melancarkan protes terhadap keputusan pemerintah Austria. Â Masalahnya ada 600 000 penduduk yang beragama Islam di sana, Â sebagian besar keturunan Turki. Â Mereka tidak bisa beribadah karena penutupan masjid tersebut.Â
Gerakan Islamophobia di Inggris justru dilakukan oleh partai konservatif. Â Baroness Warsi, Â salah satu menteri pada era David Cameron mencermati hal ini. Â Ia mengatakan gerakan Islamophobia telah merajalela di partai konservatif Inggris.
Theresa May,  Perdana Menteri Inggris yang berasal dari partai konservatif.  Tetapi Baroness Warsi tidak terang terangan menuduh May menjadi bagian dari Islamophobia.  Menurut Warsi  bisa saja anggota partai konservatif tidak mengindahkan pemimpinnya.Â
Tahun lalu Baroness Warsi mengecam tindakan brutal terhadap penduduk Inggris yang beragama Islam. Â Ia juga memimpin protes terhadap pendudukan Israel di jalur Gaza. Â Ia adalah pembela orang orang muslim yang ditindas.Â