Mohon tunggu...
Emoef Abdu Somad
Emoef Abdu Somad Mohon Tunggu... Guru - Guru yang punya hobby nulis

Nama pena yang biasa digunakan EMOEF ABDU SOMAD. Sampai sekarang saya masih aktif sebagai pengajar di SMP N 11 Tegal

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Play With Me

7 Oktober 2020   09:46 Diperbarui: 14 Januari 2021   07:32 201
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Itu mainan, pemberian Momy-mu. Letakkan kembali di meja, Jhony. Itu hanya mainan usang." 

Jhonatan tak mengindahkan kalimatku. Dia membolak-balik benda tersebut. Sorot matanya lekat menatap mainan itu. Jantungku berdegup, takut sesuatu yang buruk terjadi. Tiba-tiba aku teringat Demitri. Dia pernah kuajak bermain dengan benda itu. Aku hanya ingin membuatnya senang. Demitri sering diperlakukan kasar oleh orang tuanya. Dia sering menunjukkan luka lebam akibat pukulan yang dia terima di rumah. Semua cerita Demitri membuatku merasa iba. Namun, Demitri menghilang, setelah kuajak main.  Jeritannya masih memenuhi indra pendengaranku.

Demikian juga Samantha. Dia memang jahat padaku. Namun, Samantha sering di-bully karena bentuk tubuhnya. Dia sering terlihat sedih saat berada di sekolah. Anak-anak perempuan enggan bermain dengannya. Kasihan. Dan kalian tahu? Kini tak ada lagi yang mem-bully-nya. Aku yang membebaskannya. Semua karena aku iba padanya. 

Jhonatan tak boleh bermain dengan benda ini. Aku tak ingin dia celaka. Anak baik ini sudah seperti adik bagiku. Membayangkan Nyonya Yulia menangis saja aku tak sanggup. 

"Harry, kemarilah. Aku penasaran dengan benda ini. Play with me!" 

Lamunanku lesap seiring teriakan Jonathan. Terlambat! Musik mulai terdengar, ruangan ini bergetar, benda terkutuk itu mulai mengeluarkan cahaya. 


"Lari, Jhony, lariii!" teriakku kalut. 

Jhonatan ketakutan. Kakinya seperti terbenam ke bumi. Guncangan semakin terasa kuat. Sebuah kesadaran menyergap---aku harus menyelamatkan Jhony---apa pun caranya. 

"Lari Jhony, keluarrr ...." 

Secepat kilat kutarik tangan bocah kecil ini dan berlari mendekati pintu. Tiba-tiba, blam! Pintu tertutup sendiri. Jhonatan menangis, sedang aku bertambah panik. Sekuat tenaga berusaha mendorong pintu tersebut tapi hasilnya nihil! Di tengah rasa panik yang menyergap, aku melihat pintu kecil di sebelah pintu utama, tempat Cila, anjing kesayanganku berlalu lalang ke kamar dan halaman. Ini saatnya aku harus menyelamatkan Jhonatan, apa pun caranya. Aku tak mau dia mati, tidak tega membayangkan kesedihan Nyonya Yulia bila harus kehilangan lagi orang yang dicintainya.

 Posisi Jonathan menguntungkan. Dia tepat berada di depan pintu itu. Dengan sisa tenaga kudorong tubuh kecilnya. Jhonatan selamat. Bersamaan dengan itu benda-benda tajam meluncur ke arahku, menancap keras di punggung. Sesuatu yang basah mengalir di bagian belakangku, teramat sakit. Aku terjatuh, air mata berlinang. Momy dan Dady terlihat membentangkan tangan. 

Tang ting tang ting tang ting .... 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun