Mohon tunggu...
Emoef Abdu Somad
Emoef Abdu Somad Mohon Tunggu... Guru - Guru yang punya hobby nulis

Nama pena yang biasa digunakan EMOEF ABDU SOMAD. Sampai sekarang saya masih aktif sebagai pengajar di SMP N 11 Tegal

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Pengkhianatan

2 Oktober 2020   09:46 Diperbarui: 2 Oktober 2020   09:47 311
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Dia tampak kaget, matanya membeliak. "Kau ... kau .... "

 "Ya, aku Tama. Anak laki-laki juragan Darso yang kalian kira telah mati malam itu. Kau dengar, Bajingan! Hari ini aku akan mengantarmu menemui Bapak dan Simbok, menjumpai Yu Sri, orang-orang yang kau perlakukan seperti binatang. Orang-orang yang kau antar pada kematian mereka dengan penuh kepongahan, dengan nafsu iblismu."

 "Aku hanya disuruh. Tolong ampuni aku, jangan sakiti anakku ...." 

Bibir hitam itu terus mengiba, dan aku tak peduli. Mataku gelap, hatiku lebih gelap. Setan menabuh genderang, saat diri ini mendekati tubuh gadis yang kini tampak ketakutan. Sebelum aku memulai aksiku, seringai kejam kuhadihkan untuk sang bapak. 

"Bapaaak, tolong Ayu. Sakiiit ...." Lolongan gadis itu bak orkestra di telinga. Saat aku mencabik keprawanannya, Yu Sri seperti hadir di kamar ini. Suara-suara itu kembali memenuhi ruang gelap hatiku, menyulut bara dendam dan kebencian yang telah mengakar kuat. Tak ada kenikmatan yang kurasa, hanya rasa sakit dan kesedihan saja setelah aku usai membalas derita kakak tercintaku. Gadis itu masih menangis, sedang si tua bangka tampak mendelik kaku melihat balasan perbuatannya di masa lalu. Aku yakin, sebentar lagi malaikat akan datang, menghadiahinya dengan kematian yang paling busuk. 

# 

Dengan uang dan kekayaan yang kupunya, segala keinginan sangat mudah terpenuhi. Banyak yang antre, berbanjar, ingin dijadikan teman. Tentu saja mereka cuma ingin uang, uang dan uang. Diriku terkenal sangat royal dan tidak pelit. Aku tak pernah peduli dengan orang-orang di sekelilingku. Bagiku wajah mereka semua sama, munafik! Namun, mereka bisa dimanfaatkan untuk menemukan para pembunuh keluargaku. Mengawasi gerak-gerik mereka selama dua puluh empat jam. Aku puas sudah bisa memusnahkan mereka, tinggal biangnya. Dia target istimewaku. 

Kemuning tampak ternganga saat aku bercerita semuanya. Dia mendekapku erat, menyembunyikan wajah. "Kenapa kau ceritakan semua ini padaku, Kang?"

 "Karena aku percaya padamu. Aku sangat mencintaimu. Tak ada orang yang kupercaya selain kamu dan Lik Sarno, adik kandung almarhum bapak." Aku membelai pundak telanjang milik Kemuning. 

"Kalau boleh tau, siapa pembunuh keluargamu, Kang?" tanyanya dengan sedikit takut.

 "Kamu pasti tak akan percaya kalau kuberitahu siapa orangnya." 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun