Mohon tunggu...
Nurdin Taher
Nurdin Taher Mohon Tunggu... Administrasi - Keberagaman adalah sunnatullah, karena itu pandanglah setiap yang berbeda itu sebagai cermin kebesaran Ilahi. Surel : nurdin.en.te.70@gmail.com0

Lahir dan besar di Lamakera, sebuah kampung pesisir pantai di Pulau Solor, Flores Timur. Menempuh pendidikan dasar (SD) di Lamakera, kemudian melanjutkan ke SMP di Lamahala, juga kampung pesisir serta sempat "bertapa" 3 tahun di SMA Suryamandala Waiwerang Pulau Adonara, Flores Timur. Lantas "minggat" ke Ujung Pandang (Makassar) pada Juli 1989. Sejak "minggat" hingga menyelesaikan pendidikan tinggi, sampai hari ini, sudah lebih dari 30 tahun berdomisili di Makassar. Senantiasa belajar dan berusaha menilai dunia secara rasional dengan tanpa mengabaikan pendekatan rasa, ...

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Nadiem di Antara Pusaran Pandemi dan Isu Reshuffle

19 Agustus 2020   09:50 Diperbarui: 19 Agustus 2020   10:52 209
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber Gbr : https://sumsel.tribunnews.com/

Sehingga hal ini turut berpengaruh terhadap emosional anak saat proses menuju kematangannya"[6]. Pada kondisi selanjutnya dapat menimbulkan apa yang disebut "declining social relationship (DCR) atau hubungan sosial yang meluruh di kalangan siswa"[7].  

Dari beberapa kutipan terkait PJJ melalui daring menggambarkan bahwa pandemi Covid-19 memberikan dampak pada kesehatan fisik dan juga kesehatan psikologis sekaligus terhadap perkembangan kematangan dan emosi anak (siswa). 

Kecemasan, ketakutan, kehawatiran yang berlebihan serta dampak psikosomatis lainnya, adalah beberapa kondisi psikologis siswa yang turut terdampak akibat Covid-19 dengan adanya penyelenggaraan PJJ melalui sistem daring [8].  

Pada batas tertentu kondisi ini sangat mempengarhui tingkat kejenuhan dan kebosanan, yang pada gilirannya akan turut memberikan kontribusi terhadap kesulitan belajar anak karena ketidakmampuan menyesuaikan diri (maladjusment). Kondisi di mana anak dan mungkin pula guru mengalami ketidakmampuan melakukan penyesuaian terhadap perubahan social yang sedang berlangsung, seperti kondisi pandemi saat ini.

Kesehatan Mental 

Pembelajaran daring juga turut pula menimbulkan gangguan kesehatan mental, yang mana hal itu juga akan banyak mempengaruhi keadaan psikis siswa. Gangguan psikomatik, rasa cemas, panik dan ketakutan adalah kondisi-kondisi yang rentan dialami anak dalam situasi saat ini. Sugesti yang dibangun dalam pikiran sangat berpengaruh terhadap kondisi fisik dan psikis. Psikomatik akan timbul ketika seseorang merasa stress serta cemas berlebih bahkan dapat menimbulkan depresi [9]. 

Padahal lingkungan sekolah menjadi persemaian yang baik dan potensial tidak hanya berkaitan dengan perkembangan mental (psikologis) siswa, tetapi juga sebagai wadah perkembangan keterampilan sosial siswa. Pandemi telah merenggut sebagian peluang itu, sehingga memungkinkan kondisi psikologis dan sosial anak menjadi terganggu. 

"Sekolah mempunyai pengaruh penting bagi perkembangan anak terutama dalam perkembangan sosialnya. Interaksi dengan guru dan teman sebayanya di sekolah, memberikan peluang yang besar bagi anak-anak untuk mengembangkan kemampuan kognitif dan keterampilan sosial, memperoleh pengetahuan tentang dunia serta mengembangkan konsep diri sepanjang masa pertengahan dan akhir anak-anak. Di sekolah anak dapat belajar dalam kelompok, bergaul dengan banyak teman dengan beragam karakteristik, memahami figur otoritas guru dan bergaul dengan lingkungan sekolah. Interaksi dengan teman-teman di sekolah akan mengajarkan tentang perilaku kerjasama, persahabatan, tolong menolong, kompetisi dan kemampuan sosial di masa depan" [10]. 

Pada kondisi pandemi Covid-19 seperti sekarang, yang masih belum ada kepastian kapan berakhir ini, malah menjadi prakondisi munculnya berbagai ganguan perkembangan anak, baik dalam hal perkembangan kognitif, afektif, perkembangan mental, perkembangan kepribadian, psikologi, dan keterampilan sosial mereka. 

Program Organisasi Penggerak 

Di tengah carut marut penyelenggaraan PJJ melalui sistem daring, Kemendikbud meluncurkan sebuah program baru, yang disebut Program Organisasi Penggerak (POP) sebagai bagian dari Sekolah Penggerak (SP). Alih-alih program ini mendapat sambutan yang positif, malah mendatangkan polemik. Beberapa organisasi massa dan profesi dalam perjalanan setelah mengikuti dan lolos seleksi sebagai turut serta dalam program POP itu malah kemudian menarik diri (mundur). Sebut saja, Nahdlatul Ulama(NU), Muhammadiyah, dan PGRI. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun