Mohon tunggu...
Nurdin Taher
Nurdin Taher Mohon Tunggu... Administrasi - Keberagaman adalah sunnatullah, karena itu pandanglah setiap yang berbeda itu sebagai cermin kebesaran Ilahi. Surel : nurdin.en.te.70@gmail.com0

Lahir dan besar di Lamakera, sebuah kampung pesisir pantai di Pulau Solor, Flores Timur. Menempuh pendidikan dasar (SD) di Lamakera, kemudian melanjutkan ke SMP di Lamahala, juga kampung pesisir serta sempat "bertapa" 3 tahun di SMA Suryamandala Waiwerang Pulau Adonara, Flores Timur. Lantas "minggat" ke Ujung Pandang (Makassar) pada Juli 1989. Sejak "minggat" hingga menyelesaikan pendidikan tinggi, sampai hari ini, sudah lebih dari 30 tahun berdomisili di Makassar. Senantiasa belajar dan berusaha menilai dunia secara rasional dengan tanpa mengabaikan pendekatan rasa, ...

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Nadiem di Antara Pusaran Pandemi dan Isu Reshuffle

19 Agustus 2020   09:50 Diperbarui: 19 Agustus 2020   10:52 209
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber Gbr : https://sumsel.tribunnews.com/

Hambatan yang paling utama adalah terkait fasilitas yang digunakan untuk pembelajaran daring, yakni berupa telepon seluler, handphone (HP) android. Seperti kita ketahui bahwa tidak semua orangtua siswa secara finansial dapat menyediakan fasilitas untuk belajar daring berupa HP sesegera sesaat kebijakan belajar daring itu ditetapkan.

Tidak jarang,  masalah fasilitas HP ini menjadi hambatan krusial yang membuat proses belajar daring menjadi kurang bermakna. Disebutkan bahwa "sebanyak 32 persen siswa tidak memiliki akses untuk proses belajar di rumah"[2].  

Belum lagi bicara kendala jaringan dan sinyal. Jaringan internet yang sering tidak stabil, terutama di daerah-daerah yang masih minim akses dan fasilitas internet. Begitu pula keluhan mengenai kuota internet dan sinyal pada daerah-daerah tertentu dengan topografi lembah dan pegunungan, yang seakan seperti, "kerakap tumbuh di atas batu, hidup enggan mati tak mau." Masalah lain yang tak kalah berpengaruh terhadap pembelajaran daring adalah soal jaringan listrik, juga menjadi hambatan tersendiri. 

Berikutnya, hambatan dalam interaksi belajar antara siswa dan guru cenderung monoton, satu arah. Guru tinggal membagikan materi dan atau tugas yang harus dikerjakan siswa kemudian setelah itu siswa melaporkan/mengirimkan kembali ke guru melalui media internet. Kalaupun ada proses interaksi secara virtual, itu juga kurang memberi kebermaknaan hubungan antara guru dan siswa. 

Kondisi tersebut membawa dampak lain terhadap tingkat pemahaman siswa. Berdasarkan penelitian diketahui bahwa, "... 30 persen anak kesulitan memahami pelajaran itu sendiri, bahkan 27 persen anak tidak memahami instruksi guru berdasarkan proses belajar daring"[3]. Belum lagi satu orang guru harus melayani lebih dari 30-40 orang siswa dalam satu pertemuan PJJ melalui sistem daring itu. 

Persoalan tersendiri juga bagi guru dalam hal belajar daring ini. Tidak semua guru melek dan mempunyai kompetensi yang memadai untuk dapat menggunakan fasilitas teknologi. 

Dengan kata lain sebagian guru, terutama guru-guru senior masih belum melek dengan teknologi sehingga dapat menjalankan pembelajaran daring secara efektif. "Tidak semua guru paham bagaimana menggunakan fasilitas daring sebagai media pembelajaran, hasilnya banyak siswa mulai merasa tertekan dengan banyaknya tugas yang diberikan guru yang tidak memperhatikan ranah kognitif, afektif dan psikomotorik siswa"[4]. 

Setali tiga uang, begitu pula dengan kemampuan orangtua dalam mendampingi anak-anaknya belajar di rumah. Tidak jarang kondisi ini malah menempatkan siswa pada kondisi yang serba tanggung.  

Dampak Psikologis dan Sosial   

Di samping hambatan teknis, pembelajaran daring juga membawa konsekuensi dan implikasi yang tidak ringan terhadap kondisi psikologis dan sosial siswa. Sejumlah dosen di Departemen Psikologi Pendidikan Fakultas Psikologi Universitas Padjadjaran (Unpad) Bandung, setelah melakukan survey terhadap lebih dari 1403 responden siswa menemukan sebuah fakta tentang dampak pembelajaran daring terhadap kondisi psikologis siswa. Menurut penelitian itu, yang paling menerima dampak dari pembelajaran daring adalah siswa. "Siswa, khususnya, paling terdampak selama pembelajaran jarak jauh"[5]. 

Kematangan emosi siswa (anak) menjadi hal yang krusial ketika mereka mengikuti PJJ melalui sistem daring dari rumah. "Selama belajar di rumah, hal ini turut berpengaruh terhadap situasi emosional anak khususnya untuk anak-anak yang masih menuju proses kematangan. Jika di sekolah mereka bisa membentuk kepribadian dan bereksperesi, tapi sejak di rumah mereka merasa terkekang dan sulit untuk berekspresi. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun