Mohon tunggu...
emnis wati
emnis wati Mohon Tunggu... Guru - Pendidik

Seorang guru dari SDN 012 Surya Indah di Kecamatan Pangkalan kuras. Sekarang pindah ke Dinas Pendidikan dan Kebudayaan sebagai Pengawas sekolah Dasar di Kabupaten Pelalawan. Saat ini tengah menekuni belajar menulis cerpen. Motto: Belajar sepanjang hayat

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Cincin Pembawa Berkah

4 Oktober 2022   08:57 Diperbarui: 4 Oktober 2022   09:15 61
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Cincin Pembawa Berkah

Beberapa bulan yang lalu, aku  harus ikhlas melepaskan cincin yang melingkar di jariku. Aku harus menjual cincin itu  ke toko dimana aku membeli dahulu. Sedih memang yang kurasakan. Namun, membayar uang kuliah anak lebih penting. 

Pendidikan anak jangan sampai terkendala. Waktu sangat berharga. Lalai sedikit saja kita akan kehilangan kesempatan.
Uang bisa dicari, waktu dan kesempatan tak bisa ditarik lagi.

Berdoa dan berharap semoga  dapat reziki lagi untuk membeli cincin yang lebih dari itu. Kata itulah sebagai obat penenang hatiku. Sebagai orang tua harus mengalah demi masa depan anak.

Kewajiban sebagai orang tua sudah dilaksanakan. Pasrah pada Allah SWT yang terbaik bagiku. Anak senang belajar orang tua sudah bangga. Semoga  anakku sukses meraih impiannya. 

Liburan tiba, aku sekeluarga pulang ke kampung. Senang rasanya bisa berkumpul dengan orang-orang yang tercinta. Memasak dan makan bersama.

Tengah asiknya bebincang- bincang, Ibu bertanya padaku," kemana cincin yang Ibu berikan dulu?"

Jantungku tiba-tiba berdetak kencang, takut dan sedih jadi satu. Sebenarnya ingin mengatakan sejujurnya pada Ibu. Takut beliau sedih dan memikirkan yang aneh-aneh tentang kehidupanku.
Aku hanya diam dengan seribu bahasa sambil tersenyum pada Ibu. 

Ibu sangat memahami perasaanku. Tatapan  Ibu pada ku penuh  makna. 

Ibu berkata, " sudah waktunya harta peninggalan nenek diberikan padamu. Cincin ini adalah warisan dari nenek, jangan sampai di jual atau hilang, itu pesan ibu padaku." 

Akhirnya aku punya cincin kembali. Senangnya hati bukan main dapat warisan yang tak terduga.  Rezeki siapa yang tau. Kalau ikhlas memberi, apalagi anak sendiri. Allah pasti ganti dengan yang lebih baik dan banyak dari pada yang kita berikan.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun