Aku berlari tunggang langgang tidak memperdulikan kedua adek yang masih berdiri ketakutan di depan rumah itu. Aku menoleh kebelakang berharap adek-adekku menyusul. Astaga! Mereka tak terdengar dan tak ada di belakangku. Jangan-jangan mereka pingsan atau dibawa pergi, pikiranku mulai berkecamuk.Â
Azan Magrib terdengar jelas, namun badan terasa lemas, kaki  terasa berat dan sulit sekali untuk dilangkahkan. Ku buka mata perlahan-lahan, kulihat kiri kanan muka belakang. Telihat jelas adekku yang sedang menonton TV siaran  Indosiar. Baru sadar bahwa yang kualami barusan adalah mimpi yang menakutkan.