Mohon tunggu...
emnis wati
emnis wati Mohon Tunggu... Guru - Pendidik

Seorang guru dari SDN 012 Surya Indah di Kecamatan Pangkalan kuras. Sekarang pindah ke Dinas Pendidikan dan Kebudayaan sebagai Pengawas sekolah Dasar di Kabupaten Pelalawan. Saat ini tengah menekuni belajar menulis cerpen. Motto: Belajar sepanjang hayat

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Misteri Rumah Nenek yang Sudah Lama Kosong

18 September 2022   11:55 Diperbarui: 18 September 2022   11:57 698
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Semenjak kakek meninggal, nenek jarang pergi ke rumahnya. Kesepian membuat  beliau lebih memilih tinggal bersama anaknya yang perempuan yaitu ibuku. Entah kenapa semua  pakaian dan peralatan yang ada di rumah beliau tak mau memakai dan membawanya ke rumahku.

Setiap mau tidur nenek selalu menceritakan kebaikan kakek selama bersamanya. Setelah puas bercerita barulah tertidur. Dalam lelapnya selalu mengigau menyebut nama kakek dan rumahnya yang ada penghuni baru. Anehnya sekujur badan beliau menggigil dan basah kuyup oleh keringat, seperti habis berlari karena ketakutan.

Setiap malam selalu begitu, akhirnya nenek jatuh sakit disertai lumpuh. Keadaan beliau yang sekarang membuat kami sangat kuatir. Tak henti-hentinya memanggil kakek supaya dijemput pergi bersama. 

Rumah sudah ada yang menempati orangnya menakutkan. Nenek  berkata- kata sendiri sambil melambaikan -lambaikan tangannya melihat kearah kuburan kakek. Karena dari rumah makamnya dekat dan terlihat jelas.

Memang belakangan ini banyak orang yang bilang rumah nenek ada penunggunya. Asal ada yang melewati rumah itu pasti melihat penampakan. Namun, cerita itu kami menangkisnya karena tak percaya sebelum ada bukti.

Sore ini aku mengajak adek-adekku yang lelaki untuk pergi dan masuk ke dalam rumah nenek yang telah lama kosong itu. Tetapi  mereka berdua takut  akan adanya peristiwa yang tidak diinginkan dan penampilan yang menakutkan itu akan nyata terlihat.

"Heh, kalian lelaki atau bukan?  Begituan saja takut," ujarku. Mereka merasa tertantang  akhirnya mau.

Matahari mulai terbenam, tak lama lagi azan untuk salat Magrib akan terdengar. Kami bertiga pergi ke rumah nenek. Sesampainya di sana, terdengar suara dari  dalam rumah seperti ada yang menangis, ada yang mandi dan ada juga yang menggiling cabe.  Merinding bulu romaku rasa takut sudah menghantui. Aku berusaha diam, walau tercium aroma kemenyan.

"Kak, bau apa ini, pusing aku dibuatnya," bisik Toni padaku.

Aku hanya menggeleng kepala dan pura-pura tidak tahu. 

Tiba-tiba pintunya terbuka diiringi angin yang kencang sekitar rumah. Aku sangat takut badan menggigil dan lidah terasa kelu. Aku melihat sosok bayangan yang akan menghampiri kami. 

Aku berlari tunggang langgang tidak memperdulikan kedua adek yang masih berdiri ketakutan di depan rumah itu. Aku menoleh kebelakang berharap adek-adekku menyusul. Astaga! Mereka tak terdengar dan tak ada di belakangku. Jangan-jangan mereka pingsan atau dibawa pergi, pikiranku mulai berkecamuk. 

Azan Magrib terdengar jelas, namun badan terasa lemas, kaki  terasa berat dan sulit sekali untuk dilangkahkan. Ku buka mata perlahan-lahan, kulihat kiri kanan muka belakang. Telihat jelas adekku yang sedang menonton TV siaran  Indosiar. Baru sadar bahwa yang kualami barusan adalah mimpi yang menakutkan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun