Mohon tunggu...
EMIRZA NUR WICAKSONO
EMIRZA NUR WICAKSONO Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Fakultas Kedokteran UNISSULA 2010.

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Seorang Perokok dan Pro Rokok yang Sama-sama Bodoh

2 Juni 2013   12:06 Diperbarui: 24 Juni 2015   12:39 628
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Pada dua tulisan saya di kompasiana kemarin, memang saya menulis tentang rokok dan bahasanyapun KERAS, yaa, keras bertujuan untuk menyadarkan para perokok. Saya harus katakan para perokok itu "Bodoh", karena dibungkus rokok dan di akhir iklanpun ada peringatan bahaya rokok yang ditulis si pabrik rokok sendiri, dan eehh kenapa diterjal, maka itu patut saya katakan "bodoh" dan mungkin lebih buruk dari pada orang yang sebenarnya "Tuna Aksara" atau tidak bisa membaca, ya memang. Dan karena tulisan saya di Kompasiana kemarin, saya di serang oleh sebuah akun PRO ROKOK di twitter saya dengan statement yang menurut saya sama bodohnya dengan seorang perokok. Saya TIDAK menyerang para petani tembakau maupun pabrik rokok, tapi dia sendiri yang mengait-ngaitkannya. Kalaupun memang bisa tu tanah ditanam selain tembakau kan bisa? Lalu, kalaupun harus ditanam tembakau, bisa diolah menjadi hal lain ataupun kita ekspor itu rokok, tetep kan negara kita untung? Kok kenapa ya dia sendiri minta bahwa seorang perokok harus difasilitasi dengan baik. "WOOWW", sebuah kedzoliman kok minta difasilitasi? Dengan alasan mereka membantu perekonomian negara dengan membeli rokok. Yakin? dibawah saya jelenterkan bahwasanya rokok sebenernya sangat merugikan negara, dan banyak solusi sebetulnya dan ga usah terlalu takut kalau memang pemerintah mau membatasi ruang gerak para perokok agar perokok itu JERA karena Rokok selain membahayakan perokoknya ternyata jauh lebih membahayakan perokok pasif (orang orang sekitarnya).

Dengan harga rokok yang murah, pemerintah sendiri sebetulnya ikut serta mendukung rakyatnya merokok, yang secara tidak langsung bahwa si perokok itu difasilitasi oleh negara dengan harga rokok tersebut. Di indonesia harga rokok per bungkus harganya mulai dari Rp. 8000,00 sampai Rp. 16.000,00, coba kita liat singapura, harganyapun diatas Rp.100 ribu. Makanya itu, para turis yang di Indonesia bisa dengan asyiknya merokok, karena di Indonesia sendiri adalah "Surga" dari rokok. Nah ini PR pemerintah untuk kedepanya memperhatikan masalah rokok, jika ingin target indonesia sehat terlaksana. Karena sebenarnya sudah banyak Undang-undang yang mengatur tentang rokok itu banyak, salah satunya Dalam UU Kesehatan No.36 Tahun 2009 disebutkan bahwa nikotin adalah zat aditif, artinya menghisap rokok sama saja dengan menghisap narkoba. tinggal pemerintah saja bagaimana mau mengimplementasi. Undang-undang lho itu?  hayo piye?  Buat peraturan juga yang memuat sanksi para perokok. Pemerintah tidak usah terlalu takut, saya yakin kalau di implementasikan rakyat sejahtera.

Lalu banyak diantara kita yang mengatakan bahwa merokok itu adalah suatu simbol kejantanan, padahal dibungkus rokok itu sendiri tertulis bahwa rokok menyebabkan Impotensi, tidak salah saya menilai bahwa seorang perokok itu SANGAT BODOH. Ada juga pernah saya temui beberapa orang yang kalau mau beli susu anaknya alasanya tidak punya uang, tapi dia sendiri ngerokoknya banter? konyol sekali

Nah setelah saya jelaskan panjang kali lebar diatas, saya tuliskan disini sebuah analisa saja dari statement saya kemaren di tulisan ini. Karena itu, beberapa orang menanyakan dampak yang terjadi apabila para perokok itu dilarang, jikalau mengatakan bahwa rokok sebenarnya menguntungkan negara karena cukai rokok besar? Siapa bilang? Tidak sebanding pemasukan dan biaya kesehatan yang harus dikeluarkan akibat rokok. oke lah pemasukan cukai sebesar sebesar Rp 32,6 triliyun dari rokok sampe Rp. 55 triliyun, tetapi biaya pengobatan penyakit akibat rokok mencapai Rp 167 triliyun atau lima kali lipat cukai rokok dan data terbaru yg saya dapat pengeluaran makro pengobatan akibat rokok Rp.254,41 triliyun. Biaya tersebut diantaranya untuk pengobatan rawat inap dan rawat jalan serta biaya akibat hilangnya produktivitas karena morbiditas atau disabilitas yg diakibatkan karena rokok. Belum lagi nanti tahun depan di era BPJS, pasti beban pemerintah akan lebih besar, minimal harus menanggung Rp 80 Triliyun  karena penyakit akibat rokok. Kita tahu sendiri bahwa biaya berobat di negara kita itu mahal, dan di bungkus rokok sendiri ada peringatan. Jadi menurut saya kalau memang Pemerintah bisa semakin membatasi ruang gerak para perokok, Insya Allah negara tidak akan rugi. Bahkan bisa menguntungkan karena produktivitas rakyat Indonesia akan tinggi. Karena Tidak ada para peminum alkohol dan pecandu narkoba TANPA dia merokok terlebih dahulu. Semoga bermanfaat

Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun