Mohon tunggu...
M. Aminulloh RZ
M. Aminulloh RZ Mohon Tunggu... Guru - Hidup Berpetualang
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Politik hanya momentum, berbuat baik selamanya

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Resesi Toleransi

12 Oktober 2020   10:30 Diperbarui: 12 Oktober 2020   10:37 326
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kedua, peringkat negara-negara dengan persentase penduduknya yang ateis atau agnostik, mulai dari Korea Utara 71,3%, kemudian Czech 70%, penduduk Kristen bertambah 34%, penduduk yang menganut Hindu bertambah 27% dan Yahudi bertambah 15%, dengan rata-rata pertumbuhan sebesar 32%.

Sementara, Pew Forum on Religion and Public Life, dalam laporan yang bertajuk The Future of the Global Muslim Population, Projection for 2010-2030, dipublikasikan pada 27 Januari 2011,  melaporkan bahwa penduduk Muslim di dunia, akan meningkat 35% dalam kurun waktu 20 tahun kedepan. dari peningkatan 1,6 miliar pada tahun 2010, menjadi 2,2 miliar pada tahun 2030. 

Secara global, diprediksi jumlah penduduk Muslim akan terus berkembang dua kali lipat dibandingkan penduduk non-Muslim. Bahkan penduduk Muslim Eropa yang berjumlah 4,9% dengan total 25,8 juta pada tahun 2016, akan terus meningkat karena pengaruh dan faktor imigrasi.

Yang lebih penting dari sekadar angka-angka statistik jumlah penganut agama, adalah refleksi atas tanggung jawab agama terhadap kemanusiaan. Sebagai makhluk ciptaan Tuhan Yang Maha Pencipta di planet bumi, angka 88% manusia beragama tentu dapat menjadi kekuatan yang sangat besar dalam rangka mewujudkan kesejahteraan dan perdamaian di seluruh alam raya ini. 

Walaupun banyak hal dalam perbedaan yang mendasar dalam sikap teologi, semestinya ummat beragama menyepakati penciptaan manusia sebagai khalifah fil ardh dengan tujuan yang sama, yakni kesejahteraan dan perdamaian. Dan itu hanya dapat diimplementasikan dari masing-masing untuk bersikap toleran terhadap segala macam perbedaan pandangan dan keyakinan.

Ketika Barat memandang Islam sebagai agama yang kaku, keras dan juga ekstremis dalam kurun waktu tahun 800-an hingga 1500-an, George Sale (1697-1736) pada bulan November tahun 1734 menerjemahkan al-Quran ke dalam bahasa Inggris. 

Berdasarkan metodologi dan epistemologi terhadap al-Quran, sejak saat itu, banyak kalangan sarjana Barat memandang Islam sebagai agama dengan tingkat toleransi yang tinggi. Misalnya, Voltaire (1694-1778), seorang pujangga dari Prancis begitu mengagumi Nabi Muhammad SAW. 

Johan Wolfgang von Goethe (1749-1832), Seorang yang berasal dari Jerman itupun mengungkapkan bahwa dia tidak menemukan Nabi Muhammad SAW adalah seorang penipu dan pendusta. 

Bahkan dalam bukunya West-Ostlicher Divan (1877), mengatakan bahwa "kalau Islam berarti berserah diri kepada Tuhan, bukankah kita semuanya hidup dan akan mati dalam Islam?".

Sementara untuk Indonesia jika kita menengok sejarah, penganut agama Islam pada umumnya memiliki sikap akomodatif, toleran, dan inklusif. Pasca-serangan 11 September 2011, setidaknya lebih dari 12000 serangan teror yang mengakibatkan ribuan nyawa melayang di seluruh belahan bumi ini, termasuk tragedi bom Bali, JW Marriott, Kedutaan Australia dan lainnya.

Pelakunya tentu bukan zombie ataupun kuntilanak, akan tetapi orang yang mengaku ummat Nabi Muhammad SAW dengan panji hitam bertuliskan kalimat tauhid yang suci. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun