Mohon tunggu...
elysia safa az zahra
elysia safa az zahra Mohon Tunggu... siswa

lopyu

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Laporan Hasil Observasi Upacara Panggih

27 Agustus 2025   15:05 Diperbarui: 27 Agustus 2025   15:07 34
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

2. Deskripsi Umum 

Upacara adat Panggih dalam tradisi pernikahan Jawa Yogyakarta merupakan prosesi sakral yang menandai pertemuan pertama antara mempelai pria dan wanita setelah menjadi pasangan suami istri. Panggih atau Temu Penganten dilaksanakan setelah akad nikah dan memiliki makna mempertemukan dua keluarga besar dalam ikatan yang resmi dan penuh restu.

Dalam upacara ini, mempelai pria dan rombongan keluarga datang ke tempat mempelai wanita. Setiap tahap dalam prosesi Panggih mengandung simbol dan doa, seperti harapan akan keharmonisan rumah tangga, kesuburan, keselamatan, serta penghormatan kepada orang tua. Beberapa tahapan penting di antaranya adalah penyerahan pisang sanggan, balangan gantal, wiji dadi (telur pecah), gendongan, timbang pangku, kacar-kucur, dhahar klimah, hingga sungkeman.

Selain prosesi simbolis, suasana Panggih diiringi dengan alunan gending gamelan khas Yogyakarta yang memberi nuansa khidmat, penuh keceriaan, dan sarat makna budaya. Pakaian adat yang dikenakan juga khas Yogyakarta, berupa beskap dan blangkon bagi mempelai pria, serta kebaya dan paes ageng bagi mempelai wanita. Dengan demikian, Panggih bukan hanya sekadar acara seremonial, melainkan juga warisan budaya yang mencerminkan nilai-nilai luhur masyarakat Jawa.

3. Deskripsi Bagian 

  • Penyerahan Pisang Sanggah - Rombongan mempelai pria menyerahkan sesaji berupa pisang raja lengkap dengan sirih dan janur kepada keluarga mempelai wanita : Simbol niat tulus, kesungguhan, dan penghormatan kepada keluarga mempelai wanita
  • Liru Kembang Mayang - Pertukaran kembang mayang antar keluarga: Persatuan dua keluarga besar, menghilangkan batas perbedaan
  • Balangan Gantal - Kedua mempelai saling melempar gantal (sirih gulung): Melambangkan melepaskan hal-hal buruk di masa lalu dan mengikat janji baru.
  •  Pidak Tigan (Injak Telur) - Mempelai pria menginjak telur ayam, lalu kakinya dibasuh oleh mempelai wanita: Simbol kesiapan suami memikul tanggung jawab, dan bakti istri kepada suami.
  • Gendongan-Setelah injak telur, mempelai pria menggendong atau menuntun mempelai wanita masuk ke pelaminan: Melambangkan kesanggupan suami melindungi dan menjaga istrinya.
  • Timbang Pangkon- Ayah mempelai wanita memangku kedua mempelai, lalu menyatakan beratnya sama: Simbol kasih sayang orang tua yang adil kepada anak dan menantu
  • Tanem Jero-Ayah mempelai pria menyerahkan mempelai wanita ke pengantin pria secara simbolis: Menandakan istri diterima secara resmi sebagai bagian keluarga baru.
  • Ngunjuk Rujak Degan-Kedua mempelai minum rujak degan (kelapa muda dengan buah): Simbol kesejukan, kesegaran, dan suka duka rumah tangga.
  • Kacar-Kucur- suami menuangkan biji-bijian, beras, uang logam ke pangkuan istrinya: Melambangkan suami mencari nafkah dan istri mengelola rezeki dengan baik
  • Dhahar Klimah-Kedua mempelai saling menyuapi makanan kecil (biasanya jenang atau nasi): Simbol kebersamaan, saling melengkapi, dan berbagi rezeki
  • Ngunjuk Toya Wening- Kedua mempelai minum air putih bersama: Melambangkan kesucian niat, kejujuran, dan ketulusan dalam berumah tangga
  • Papak Besan-Kedua keluarga (besan) bertemu, berjabat tangan, dan berpelukan: Simbol eratnya persaudaraan dan penyatuan dua keluarga besar
  • Sungkeman- Kedua mempelai bersimpuh di hadapan orang tua untuk memohon doa restu: Bentuk bakti, hormat, dan permohonan doa agar rumah tangga diberkahi.

C. KESIMPULAN 

Berdasarkan hasil observasi prosesi adat Panggih dalam pernikahan Jawa, dapat disimpulkan bahwa tradisi ini bukan hanya seremonial, tetapi memiliki makna yang sangat dalam. Setiap tahapan, mulai dari penyerahan pisang sanggan hingga sungkeman, mencerminkan nilai kehidupan seperti penghormatan kepada orang tua, kesungguhan dalam membangun rumah tangga, pembagian peran antara suami-istri, serta pentingnya kebersamaan.

D. PENUTUP (REFLEKSI)

Dari pengamatan prosesi Panggih ini, saya menyadari bahwa setiap budaya memiliki cara tersendiri untuk menanamkan nilai kehidupan. Upacara adat Jawa mengajarkan kita untuk menghormati orang tua, menjaga janji, dan menyeimbangkan peran dalam rumah tangga. Hal ini menjadi pengingat bahwa perkawinan bukan hanya penyatuan dua individu, melainkan juga penyatuan dua keluarga besar yang diikat oleh nilai luhur.

Keterangan: Laporan ini ditulis berdasarkan video upacara Panggih pada channel youtube Praya Visual (https://www.youtube.com/watch?v=We0nKw1qT3g) Senin,11 Agustus 2025.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun