Mohon tunggu...
Elviza Diana
Elviza Diana Mohon Tunggu... Freelancer - Penjelajah kata

Ibu,penulis,jurnalis,dan penjelajah

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama

Bertaruh Nyawa Demi Setetes Madu

9 April 2020   22:41 Diperbarui: 10 April 2020   12:01 2933
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Doni Pangaribuan, pemanen madu hutan dan keluarganya/ Elvi Zadiana

Bujang Ali (37) menghidupkan motornya. Di bagian belakang motor terikat sebuah bungkusan besar yang berisi ember dan baju yang akan dikenakannya nanti. 

Matahari mulai hangat, dia seperti terburu-buru untuk sampai ke lokasi Pohon Sialang tempatnya panen madu hari ini. Bukan pertama kali Bujang Ali memanjat Sialang, ini entah pemanjatan yang ke berapa. 

Dia menjalani pekerjaannya sebagai pemanjat Sialang sejak berusia 25 tahun. Dulu dia masih mengikuti tradisi panen madu di malam hari sejak 3 tahun terakhir, Ali beralih memanjat Sialang di pagi dan siang hari.

"Kalau malam hari gelap tidak tampak tangganya, kalau siang terang jelas nampaknya.  Siapa tahu ada dahan yang lapuk kita tidak tahu.Lebih aman saja kalau siang," ujarnya.

Peralatan yang digunakan Ali sangat sederhana: dia hanya menggunakan baju kaus berlapis lima,sarung kaki dan tangan yang juga berlapis-lapis. Ali menggunakan saringan minyak yang dijahitkan di jaket pelapis terluar yang digunakannya.


Ali mulai menapaki satu per satu paku berukuran kurang lebih 15 cm yang tertancap di pohon Sialang. Di tas ranselnya ada sebotol air putih yang dibawanya juga naik. "Ini panas, kita butuh minum di atas nanti".

Kali sarang yang mereka temui hanya dua buah yang berisi dan itu pun tak penuh berisi madu. Ada ratusan lebah liar mengitari pohon saat asap dihidupkan di bawah. 

Ali begitu cekatan menempelkan tubuhnya merayap ke dahan yang bersarang dan memisahkannya ke dalam ember dilengkapi katrol tali yang dinaikkan Doni Pangaribuan, rekan pemanen yang berjaga di bawah. Tak sampai 2 jam, Ali sudah tiba di bawah kembali. Hasil panen yang didapat kali ini hanya sedikit.

Biasanya ia sudah bisa memprediksi perkiraan hasil panen dengan melihat sarangnya saja dari bawah. Kemudian sarang yang bergelayut besar dan dipenuhi banyak lebah menghasilkan madu yang banyak. 

Ali menyebutkan dari tempat yang sering dipanennya, Desa Suo-suo menjadi tempat yang memproduksi banyak madu." Di desa Suo-suo, Sialangnya berisi banyak. Pernah 150 kilo gram sekali panen", ujarnya.

Dari apa yang Ali kerjakan, ia menjual jasanya sebagai pemanen madu secara aktif sejak 3 tahun terakhir. Sebelumnya dia juga memanjat beberapa Sialang namun sistem pembagiannya dibayar dengan madu yang didapat. 

Di sana Ali berjumpa dengan Doni Pangaribuan membuat menjadi pemanen madu sebagai sumber mata pencaharian utamanya. "Sekali panen dibayar 500 ribu, kadang ada juga yang ga dapat apa-apa kalau sarangnya tak berisi, " sebutnya.

Ali memiliki kebun karet tua, dia bercerita penghasilan dari penyadap karet tidak mencukupi kehidupannya bersama istri dan ketiga anaknya.  Ali berasal dari Desa Madras, sekitar 30 kilo meter untuk bisa tiba di Desa Muara Kilis. Ia tidak punya pilihan lain, mencukupi kebutuhan keluarganya selain panen madu. 

Meski berulang kali sebagai pemanjat, Ali mengaku pernah ketakutan untuk memulai memanjat. Jika awalnya dia takut dan ragu, Ali memilih tidak meneria tawaran tersebut. 

Ia memiliki tiga anak, semua laki-laki. Ali tidak mau anaknya bernasib sama seperti dirinya yang bertaruh nyawa setiap hari dari pohon Sialang satu ke lainnya. "Pekerjaan ini berbahaya, biar saya saja. Anak-anak jangan."

Istri Ali, Siti Aminah (25), seorang ibu rumah tangga. Dia bergantung pada penghasilan suaminya memanen madu. Harga getah karet yang murah tidak bisa diharapkan lagi.

Seragam dan alat pengaman juaro untuk panen madu/ Elvi Zadiana
Seragam dan alat pengaman juaro untuk panen madu/ Elvi Zadiana

Doni Pangaribuan (38) merupakan pendatang di Desa Mura Kilis Kecamatan Sumay Kabupaten Tebo. Laki-laki asal Sumatera Utara ini merantau sejak 6 tahun yang lalu dan pindah ke Desa Muara Kilis sekitar empat tahun.

Dari keterangan adik iparnya Kiarma, Pangaribuan membeli pohon sialang dari beberapa Orang Rimba di desa mereka. Ada lebih dari dua puluh pohon Sialang yang dimiliki Pangaribuan. 

Namun, Pangaribuan bercerita hanya satu pohon Sialang yang dia miliki. Jika musim panen di Juni, Oktober dan Maret, Pangaribuan mengaku bisa setiap minggu bergilir panen madu.

Empat tahun lalu harga madu berkisar Rp 40 ribu hingga Rp 50 ribu saja, mereka mengaku sejak setahun sudah menjual madu seharga Rp 80 ribu hingga Rp 90 ribu. "Sejak kami kerjasama dengan ABT ini dua kali lipat harganya,kami merasa terbantu," ujar Pangaribuan.

Pangaribuan memberikan tanda pada sialang yang dia punya menggunakan goresan pisau yang bernama dia dan memasang seng di sekeliling pohon Sialang tersebut. 

"Biar aman dari orang dan juga beruang, kami biasanya lomba cepat juga dengan Beruang panennya", katanya sambil tertawa.

Pangaribuan memiliki tiga orang anak yang satu bersekolah di Sumatera Utara, dia menghidupi mereka dari hasil panen madu dan kebun sawit yang dimilikinya. 

Diana Mariana Panjaitan (33), istriya menggendong Bryan (1). Di rumah papan seukuran 4x6 ini mereka beraktivitas sehari-hari. Diana membantu proses penyaringan madu ketika hasil panen dibawa ke rumahnya. 

Dia membersihkan ember berjaring-jaring dan sebuah ember besar untuk menampung madu. "tidak boleh diperas, madu dibiarkan menetes. Nanti rasanya berubah kalau diperas,lebih masam", katanya.

Diana mengaku terbantu dengan adanya panen madu yang didapat suaminya setahun terakhir. Dia mulai lancar mengirimkan uang sekolah anaknya di kampung halaman mereka. Baginya, agar nilai madu yang mereka jual berharga baik, maka kualitas dan kebersihan madu harus pula tetap terjaga.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun