Dewasa madya berada pada rentang usia 40-60 tahun, dengan mulai meninggalkan ciri-ciri jasmani dan perilaku masa dewasanya dan memasuki suatu periode dalam kehidupan dengan ciri-ciri jasmani dan perilaku yang baru. Masa ini juga ditandai dengan menurunnya kemampuan fisik, kesehatan dan semakin besarnya tanggung jawab yang dimiliki. Saat kesehatan menurun, maka individu merasa lebih memikirkan akan kematian. Kecemasan terhadap kematian itulah yang menjadi lebih meningkat pada usia ini dibandingkan dengan usia lainnya serta meningkatnya kepercayaan dan ketertarikan terhadap Tuhan karena kesadarannya akan kematian (Merizka et al., n.d.). Pada dewasa madya biasanya akan terlihat tanda-tanda penuaan yang terjadi seperti, kulit  mulai berkerut dan mengendur karena kehilangan lemak dan kolagen yang terletak dibawah jaringan kulit, rambut akan menjadi tipis dan berwarna keabu-abuan, serta kuku jari tangan dan kaki menjadi lebih tebal dan rapuh (Kunci, 2019).
Usia dewasa madya merupakan periode perkembangan yang unik, dimana pertumbuhan (karir & relasi) dan kehilangan saling mengimbangi (Irianti, 2020). Tetapi ini juga masa produktif bagi yang memiliki karir. Di usia yang makin matang, kesibukan dalam karir, serta mobilitas yang cukup tinggi, terutama bagi perempuan yang tinggal di daerah perkotaan, dapat mengurangi kesempatan untuk menemukan pasangan hidup karena lebih mengutamakan karir, atau menginginkan kebebasan. Sehingga pilihan hidup melajang menjadi gaya hidup yang lebih bisa diterima. Beberapa faktor lainnya seperti adanya rasa takut untuk mengemban tanggung jawab saat berumah tangga serta usia yang semakin tua juga menyebabkan seseorang melajang (Studi Psikologi & Psikologi, 2018). Namun, budaya menjadikan seorang wanita belum mencapai puncak kesuksesan yang sebenarnya jika belum memiliki status pernikahan sehingga banyak wanita lajang yang kerap mendapat stigma sosial, mulai dianggap egois, terlalu pemilih dan jual mahal. Tetapi melajang pada dewasa madya juga berdampak pada beberapa aspek, seperti kebudayaan tradisional, hubungan dalam keluarga dan kebijakan sosial, sehingga dampak-dampak tersebut dianggap berpengaruh terhadap kesejahteraan psikologis seorang wanita lajang (Nurhikmah et al., 2022).
Penyesuaian diri pada masa usia dewasa madya dengan berbagai keadaan yang dihadapi bertujuan untuk mencapai kebahagiaan hidup. Kebahagiaan pada usia madya seperti halnya pada usia manapun, timbul dan dialami apabila kebutuhan dan keinginan seseorang pada waktu tertentu terpenuhi dan terpuasi. Kebahagiaan inilah yang mengacu pada emosional dewasa madya, faktor yang dapat mempengaruhi emosional diantaranya adalah kehidupan sosial, usia, kesehatan, pendidikan, iklim, ras, dan jenis kelamin, serta agama atau tingkat religiusitas seseorang (Syarif Hidayatullah & Larassaty, n.d.). Jika seseorang mengalami perubahan fisik atau tingkah laku khususnya pada dewasa madya, maka terjadi juga penurunan semua fungsi kejiwaan seperti proses berfikir, emosi, dan kemauan dalam memperoleh sesuatu (Sri Yulianti & Ariasti, 2020). Â Â
Semakin dewasa seseorang maka akan semakin dapat mengungkapkan emosinya, karena emosinya menjadi semakin mudah diklasifikasikan seperti rasa takut, muak, dan benci, juga apresiasinya terhadap nilai, keinginan, cita-cita, minat dan reaksinya terhadap orang, lembaga, tanggung jawab, sudut pandang, serta gagasan orang lain. Pada Tingkat dewasa inilah sering kali membawa implikasi adanya kontrol emosi, khususnya ditengah-tengah situasi sosial (Sofyan, 2015). Kontrol emosi juga berkaitan dengan kematangan emosi pada diri seseorang, karena kematangaan emosi merupakan suatu keadaan atau kondisi dimana seseorang mencapai tingkat kedewasaan dari perkembangan emosional pribadi. Â Kematangan emosi pada seseorang inilah yang dapat menyalurkan emosinya pada hal-hal yang bermanfaat, bukan menghilangkan emosinya karena dalam pengelolaan kecerdasan emosi. Semakin tinggi kecerdasan emosi mereka maka semakin rendah perilaku agresifnya. Sebaliknya, semakin rendah kecerdasan emosinya, semakin tinggi pula perilaku agresifnya(Asmoro et al., 2018).
Pada masa dewasa madya inilah individu menghadapi tantangan emosional yang kompleks, dan kematangan emosi menjadi sangat penting untuk kesejahteraan psikologisnya. Faktor-faktor yang mempengaruhi emosional pada dewasa madya :
- Faktor biologis
- Kesehatan fisik
- Pada masa ini seseorang akan mengalami penyusutan tinggi badan dan bertambahnya berat badan. Kehilangan massa kekuatan otot sering yang disebut sebagai sarcopenia, penurunan fungsi sendi mengakibatkan sendi individu menjadi kaku dan lebih sulit untuk digerakkan, pengeroposan tulang yang dapat menyebabkan osteoporosis(Ferdyansyah & Masfufah, n.d.). Tidak hanya itu, penyakit jantung koroner juga sering terjadi pada masa dewasa madya yang mengakibatkan kematian(Farahdika et al., 2015), serta nyeri punggung yang hampir semua masa pertumbuhan mengalami khusunya dewasa madya yang terjadi karena faktor individu, pekerjaan, serta psikososial (Sinaga & Makkiyyah, n.d.).
- Faktor intelektual
- Perkembangan kognitif pada usia madya dapat mencakup peningkatan dalam beberapa aspek seperti kemampuan verbal dan pengetahuan yang luas, serta pengalaman dan pengetahuan yang mendalam dalam bidang-bidang tertentu (Fadli et al., n.d.).
- Faktor keluarga dan sosial
- Perkembangan dewasa madya salah satunya yaitu tugas yang berkaitan dengan kehidupan keluarga. Tugas ini meliputi hal-hal yang berkaitan dengan peran individu sebagai orang tua maupun pemenuhan peran dari pasangan (Syarifa Amanta Fajri & Sri Indrawati, 2024). Namun, konflik rumah tangga yang berkepanjangan seperti ketidakmampuan untuk memiliki anak akan mengakibatkan beban emosional yang besar pada pasangan (Shona Pandanwati & Suprapti, n.d.). Hal inilah yang memungkinkan kurangnya dukungan sosial baik dari keluarga maupun pasangan.
- Faktor eksternal
- Wanita madya yang belum menikah mendapatkan tekanan dan pelabelan atau stigma negatif dari masyarakat sekitar dengan julukan "perawan tua", "tidak laku", dan "sudah lewat masanya" yang mereka dengar secara langsung maupun tidak langsung. Stigma ini berdampak pada kondisi psikologis para partisipan, diantaranya adalah perasaan tertekan karena bombardir dengan pertanyaan pertanyaan dan desakan untuk segera menikah (Mariam et al., 2020). Stigma negatif serta tekanan yang ada dalam masyarakat inilah yang mempengaruhi emosional seseorang.
- Faktor moralitas dan keberagaman
- Pada masa dewasa madya, seseorang lebih cenderung sangat menghargai adat istiadat dan daya tarik kearah religi apalagi diusia madya akhir, Â karena kecemasan dalam kesadarannya akan kematian (Dosen Tetap Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah Al-Hilal Sigli, 2016).
Masa dewasa madya berkaitan dengan teori perkembangan Erikson yaitu generativitas versus stagnasi. Generativitas mencakup fokus perhatian terhadap hal positif yang dapat dikerjakan dan dihasilkan guna meninggalkan warisan dirinya sendiri untuk generasi di masa datang. Sebaliknya, stagnasi terjadi ketika individu merasa bahwa mereka tidak melakukan apapun bagi individu generasi di masa yang akan datang. Secara keseluruhan, tugas perkembangan masa dewasa madya yaitu memiliki tanggung jawab yang besar untuk mengembangkan sesuatu yang berguna bagi generasi selanjutnya. Namun, kenyataannya dalam menjalankan tugas perkembangan, usia ini ditandai dengan adanya penurunan kemampuan di dalam diri seseorang akibat terlalu banyak bekerja, rasa cemas yang berlebihan, ataupun kurang memperhatikan kehidupan Penurunan itulah yang berpengaruh pada kemampuan secara fisiologis, perubahan emosi, dan sosial (Hafidah et al., n.d.).
Namun, pada pengaruh emosional yang terjadi pada usia dewasa madya juga berhubungan  dengan teori Piaget yang mendefinisikan bahwa kematangan emosi merupakan kemampuan seseorang dalam mengontrol dan mengendalikan emosinya secara baik, dalam hal ini seseorang yang emosinya sudah matang maka tidak akan cepat terpengaruh oleh rangsangan atau stimulus baik dari dalam maupun dari luar pribadi seseorang (T1_802011703_Full Text, n.d.). Maka, dapat dikatakan emosi sangat mempengaruhi perkembangan serta tingkah laku seseorang terutama pada dewasa madya.
Metodologi
Penelitian ini mengumpulkan data melalui observasi dan studi literatur. Proses pengamatan suatu objek, fenomena, atau perilaku untuk mendapatkan data dan informasi dengan tujuan untuk memahami, menganalisis, dan mendeskripsikan objek yang diamati disebut observasi. Di sisi lain, studi literatur adalah proses pengumpulan, analisis, dan sintesis data dari berbagai publikasi, baik jurnal, buku, maupun artikel, yang berkaitan dengan topik penelitian untuk membangun landasan teori. Observasi dilakukan melalui pengamatan sehari-hari di rumah, dan penelitian literatur dilakukan dari 20 juni 2025 hingga 30 juni 2025 dengan menggali data yang relevan. Jenis Penelitian yang digunakan adalah deskriptif kualitatif. Penelitian deskriptif kualitatif digunakan untuk mendeskripsikan dan menggambarkan masalah yang dihadapi subjek penelitian, seorang individu dewasa madya.
HasilÂ
Berdasarkan hasil observasi dan studi literatur yang dilakukan pada usia dewasa madya adalah terjadinya emosional karena beberapa faktor, baik dari segi intelektual, eksternal, keluarga dan sosial, biologis, serta moralitas dan keberagaman. Hal itulah yang mempengaruhi emosional yang terjadi pada dewasa madya. Tidak hanya itu, kematangan emosi juga sangat berpengaruh bagaimana seseorang dapat berbuat dan bertindak. Pada penelitian ini ditemukan hasil sebagi berikut :