Mohon tunggu...
Elsa HediaP
Elsa HediaP Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Mitos Kapasitas Otak

14 Agustus 2018   16:43 Diperbarui: 14 Agustus 2018   19:00 78
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Apakah benar manusia hanya menggunakan 10 persen dari kapasitas otaknya? Mitos ini sudah banyak beredar di seluruh dunia, bahkan digunakan dalam media periklanan, hiburan dan berbagai mainstream media lainnya. Ada juga pihak-pihak yang menjanjikan bahwa dengan melakukan serangkaian hal, itulah yang menjadi rahasia membuka potensi otak kita yang sebenarnya.

Awal mula timbulnya kepercayaan bahwa kita hanya menggunakan sebagian kecil otak kita belum jelas. Ada kemungkinan bahwa mitos ini berawal pada awal 1800an saat timbul perdebatan antara pihak yang percaya bahwa fungsi otak manusi dapat dilokalisasi ke bagian-bagian tertentu dan pihak yang memercayai bahwa otak bekerja secara keseluruhan. Debat ini berpusat pada Franz Joseph Gall dan Johann Spurzheim yang mengembangkan bidang phrenology, yaitu teori bahwa sifat dan karakteristik tertentu dari manusia dapat diindikasikan oleh bentuk dan besar dari otak. Tentunya banyak juga yang kontra terhadap Gall dan Spurzheim, seperti Marie-Jean-Pierre Flourens yang memercayai bahwa walaupun korteks serebral, serebelum, dan batang otak memiliki fungsi terpisah, masing-masing bagian bekerja secara global sebagai suatu kesatuan atau bisa disebut ekipotensial.1

Apa bukti sebenarnya mengenai mitos ini? Banyak hal yang ditemukan yang sudah menyangkal mitos ini. Pertama, teknik riset pemetaan otak seperti PET scans dan fMRI secara jelas memperlihatkan bahwa sebagian besar otak akan digunakan untuk melakukan berbagai jenis kegiatan. Seringkali saat scan otak dipublikasikan, gambar-gambar tersebut sudah dimanipulasi untuk menunjukkan jumlah relatif dari aktivitas otak dan bukan aktivitas absolutnya. Presentasi data aktivitas otak secara grafis seperti ini biasa digunakan untuk menunjukkan perbedaan dalam aktivitas otak. Oleh karena itu, terkadang beberapa bagian otak terlihat tidak aktif, padahal sebenarnya bagian-bagian tersebut aktif namun hanya dalam tingkat yang lebih rendah. Scan otak biasanya digunakan untuk melihat aktivitas otak secara terisolasi dalam satu jenis tugas saja, seperti daya ingat atau visual processing. Bayangkan otak adalah sebuah dapur. Jika kita melihat dapur dalam satu kali, mungkin kita hanya akan melihat sang koki memasak sebuah salad. Namun kita mungkin tidak melihat bahwa ada hidangan lain yang dimasak dalam oven. Begitu pula dengan otak, jika kita hanya melihat gambar otak saat melakukan satu jenis tugas, kita tidak akan melihat aktivitas otak yang berhubungan dengan tugas-tugas lainnya.1

Kedua, bukti klinis mengindikasikan bahwa gangguan pada bagian kecil pada otak akan menimbulkan dampak yang besar. Contohnya jika seseorang terkena stroke atau Parkinson's disease yang hanya mempengaruhi salah satu bagian kecil dari otak, orang tersebut dapat mengalami disability yang sangat signifikan. Mitos ini mengimplikasikan bahwa jika 90 persen dari otak kita diangkat maka kita tidak akan mengalami dampak yang signifikan. Namun hal ini sangatlah tidak logis, karena kecacatan dapat ditimbulkan oleh kerusakan pada bagian otak yang jauh lebih kecil daripada 90 persen. Bahkan karena pembuangan dari sebagian kecil otak saja dapat sangat berbahaya, dokter bedah saraf harus dengan teliti melakukan pemetaan otak terlebih dahulu sebelum melakukan pengangkatan jaringan otak saat melakukan operasi untuk pasien epilepsi atau tumor otak.1

Banyak organ dalam tubuh yang memiliki kapasitas lebih. Manusia dapat hidup hanya dengan 1 sisi paru-paru atau hanya 1 buah ginjal. Organ-organ seperti kulit, usus kecil, usus besar, dan sumsum tulang memiliki jumlah yang lebih dari yang dibutuhkan manusia sehingga pengangkatan sebagian dari organ-organ ini dapat dilakukan. Bahkan ada organ-organ seperti usus buntu, timus, dan limpa yang dapat dipindahkan seluruhnya dari tubuh manusia. Namun seperti dijelaskan di atas, otak tidaklah sama seperti organ-organ ini.2

Bukti lain yang menentang mitos ini justru adalah kurangnya bukti yang mendukung mitos ini sendiri. Kate Wong pernah menulis di sebuah blog Scientific America, "The notion that we humans have massive reserves of gray matter just sitting there waiting to be summoned into service has obvious appeal, but there is no scientific evidence to support it." Dia juga mengutip ahli saraf dari John Hopkins School of Medicinie, Barry Gordon, bahwa otak merepresentasikan 3 persen dari berat tubuh manusia dan menggunakan 20 persen dari energi tubuh. Mitos ini terus bertahan dalam masyarakat bukan karena dasar ilmiah yang jelas, namun karena media yang terus mempromosikannya, seperti contoh film Lucy yang tayang 2014 silam.3

Kesimpulannya, mitos ini adalah omong kosong yang tidak memiliki asal-usul maupun dasar yang jelas. Bahkan dengan segala kemajuan teknologi dan ilmu pengetahuan, justru sudah banyak fakta yang membuktikan bahwa pernyataan manusia hanya memakai 10 persen kapasitas otak adalah salah.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun