Mohon tunggu...
Elsa Fy
Elsa Fy Mohon Tunggu... Administrasi - :)

reading and writing

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

Jembatan ke Taman Jiwa: Perpustakaan

22 Oktober 2020   08:50 Diperbarui: 22 Oktober 2020   09:35 130
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Source : unsplash.com/@anneliesgeneyn

Dalam duniamu aku cacing tak bermakna
Yang melata dari lumpur ke lumpur
Peradaban tanpa jiwa, yang menggeliat
Di selokan-selokan kumuh kota, yang
Bahagia ketika pohon-pohon berbunga

Cobalah kaudengar zikirku, menetes
Jadi madu di pucuk-pucuk akar pohon itu
Kucangkul tanah keras jadi gembur
Kurabuk ladang tanpa hara jadi subur
Kubimbing akar-akar pohonan
Menyusup sela-sela batu dan belukar
Menghisap sari madu kehidupan
Sedang aku cukup tumbuh
Dari daun-daun gugur

Di kota-kota padat beton dan baja
Aku jadi penghuni tak berharga
Tapi dengarlah kecipak ikan-ikan
Bernyanyi atas kehadiranku
Ketika tubuhku kurelakan
Lumat jadi santapan

Akulah si paling buruk rupa
Diantara para kekasih dunia
Namun syukurku tak tertahankan
Ketika dapat ikut menyuburkan
Taman bunga di beranda
1990

Benarkan?  tidak ada sangkut- pautnya sama Mate-Matika apalagi sama Rumus Phytagoras tapi berkat puisi-puisi itu timbul rasa ingin tahu akan sesuatu termasuk mencoba untuk belajar, dan membaca banyak ragam buku. Pokoknya saya haturkan terimakasih kepada Ahmadun Yosi
Herfanda atas puisi ajaibnya!!.
 
 Jembatan Menuju Taman Jiwa

Sembilan atau delapan tahun yang lalu saya lupa kapan tepatnya, tapi waktu itu saya masih SMA (Sekolah Menengah Atas) . Entah kelas dua atau kelas tiga SMA saya menemukan jembatan. Jembatan yang mengantarkan saya ke Taman  Jiwa. Taman Jiwa yang mampu membuang dahaga negatif dari rasa "Merasa".   

Merasa lebih pintar, merasa lebih penting, merasa lebih baik dan perasaan tinggi hati lainnya. Nama jembatan itu adala Perpustakaan SMA Negeri 2 Pagar Alam. Entah bagaimana keadaan Perpustakaan itu sekarang, masihkah sama ataukah sudah dibangun kembali. Kalau dulu Perpustakaan itu  berbentuk persegi empat panjang tidak besar juga tidak terlalu kecil.  

Didalamnya hanya ada tiga rak buku yang diletak-kan dibagian tengah serta di dinding kiri -- kanan juga menempel rak buku yang lumayan besar. Dekat pintu masuk sebelah kanan tempat petugas Perpustakaan berjaga, tempat buku tamu dan sebuah komputer. 

Didepan sebelah kiri Perpustakaan ada Pohon Beringin besar yang menaungi. Saya berharap Perpustakaan itu diperbaiki dan koleksinya bertambah. Agar adik-adik tingkat saya yang bersekolah di SMA tersebut memiliki kesempatan untuk mencoba betapa indahnya melewati jembatan yang membawa kita ke Taman Jiwa.  

Jembatan yang nantinya akan membawa kita ke taman yang mampu membuat kita optimis menghadapi hidup, selalu ingin belajar dan rendah hati. Mungkin bagi sebagian orang yang membaca ini mengira saya hanya melebih-lebihkan tapi itulah kenyataannya . Kenyataan yang baru saya sadari setelah beberapa tahun saya meninggalkan sekolah tersebut .  

Buku yang menyimpan ilmu pengetahuan  itu mampu menembus dinding strata sosial, mampu membuat kita berani bermimpi, ia ada untuk siapa saja tidak memandang kaya dan miskin. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun