Mohon tunggu...
ELPIDA YANTI
ELPIDA YANTI Mohon Tunggu... Guru - Guru

Menulis adalah salah satu cara mengungkapkan isi hati.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Hubungan yang Salah

12 Februari 2023   14:26 Diperbarui: 12 Februari 2023   15:00 171
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Diah menggandeng lelaki itu dengan mesra. Dia merasa bahagia. Betapa tidak, lama sudah dia hidup sendiri. Setelah dia dikhianati oleh orang yang benar-benar dia cintai dulu. Yah, itu dulu. Kini, dia seperti menemukan kembali kebahagiannya. 

Lelaki yang kini mengisi hatinya adalah seorang pengusaha muda yang sukses. yang secara tak sengaja bertemu saat Diah makan di sebuah resto. Padahal suasana hatinya saat itu tidak bagus. Masalah pekerjaan membuatnya badmood luar biasa. Tetapi kehadiran lelaki itu di depannya seolah menjadi magnet yang mampu merubah suasana hatinya.

"Hai, boleh aku duduk di sini?" Lelaki itu tiba-tiba sudah ada di depannya. Entah kenapa dia langsung mengangguk. Sedetik kemudian dia menyesali keputusannya. 

"Sepertinya kamu sendirian, kalau begitu boleh dong aku menemani kamu makan. Kebetulan aku juga lagi sendirian."

"Tentu," jawab Diah seketika. 

Moodnya perlahan berubah. Mereka berkenalan dan terlibat percakapan seru. Ada saja yang kemudian diperbincangkan. Bahkan tanpa sadar Diah tertawa lepas. Begitu dia menyadarinya, sejenak Diah terdiam. Pada akhirnya Diah berfikir untuk menikmati rasa bahagianya saat itu. 


'Bagaimana nanti, kita lihat saja,' pikirnya.

Perkenalan dan perkacapan hari itu diakhiri dengan saling bertukar nomor whatsapp. Dengan alasan klise bahwa keduanya saling nyambung bicara. 

Dari sanalah hubungan mereka di mulai. Dan sekarang, Diah menikmati masa-masa bahagianya. Lelaki bernama Will itu mengaku bahwa dia seorang pria lajang. Maka lengkaplah  kebahagiaan Diah. Mereka sering bertemu, makan bersama, bahkan Diah sering diajak liburan. Seperti saat ini, mereka merayakan enam bulan hubungan mereka dengan menyusuri pusat perbelanjaan terbesar di kota. Will bilang akan memberikan sebuah kejutan kepada Diah. 

Pasangan bahagia itu memasuki sebuah toko perhiasan. Will menanyakan pesanannya tempo hari kepada pramuniaga toko. Alangkah kagetnya Diah saat Will mengajaknya menikah. 

"Diah, will you marry me?" Will berlutut dihadapan Diah. 

Tanpa pikir panjang lagi, Diah menerima lamaran Will dengan sukacita. Diah langsung memeluk lelaki dihadapannya itu. Tak peduli lagi jika mereka berada di tempat umum. Mereka juga mendapatkan ucapan selamat dari pramuniaga toko. 

***

"Kamu Diah?" tanya seorang wanita, saat Diah berjalan di loby menuju pintu keluar kantor. 

Diah seketika menoleh dan berhenti. Diamatinya wanita di depannya dengan penuh selidik. Dia merasa belum pernah bertemu dengan wanita itu.

"Aku Laksmi. Aku istrinya Mas Will." Wanita berpenampilan modis dan berkacamata hitam itu memperkenalkan dirinya, seakan bisa membaca pikiran Diah.  Diah terkesiap. Dadanya berdebar. Matanya membulat. Ada rasa tak percaya. Padahal selama enam bulan mengenal Will, tak pernah Will mengakui bahwa dia sudah menikah. 

"Kita perlu bicara, tentang Will." Wanita itu langsung berbalik, berjalan menuju mobil sedannya yang terparkir di halaman gedung. Diah dengan hati tak karuan menyeret langkahnya dengan ragu. Apakah sebaiknya dia lari saja? 

'Ah, kalau begitu artinya aku mengakui kalau aku pelakor,' pikirnya.  

Akhirnya Diah memutuskan mengikuti langkah wanita bernama Laksmi itu. Kemudian masuk ke dalam mobilnya. Laksmi melajukan mobilnya ke sebuah resto. Sekali lagi Diah merasa dadanya berdebar kencang. Bukankah itu resto tempat dia bertemu Will dulu? Apakah yang akan dilakukan wanita itu terhadap dirinya?

'Kita lihat saja nanti,' bisik hatinya. Jika perlu dia akan menghubungi Will untuk datang ke resto itu.

Mereka mengambil tempat di pojokan, yang agak jauh dari keramaian. Diah duduk di depan Laksmi. Masih membisu. Laksmi melihat jari manis Diah. Dia mulai mengerti sejauh mana hubungan suaminya dengan wanita di depannya itu. 

"Saya pesan es jeruk dua," kata Laksmi kepada waitress yang datang membawa catatan pesanan. 

Dipandanginya perempuan yang telah merebut suaminya itu, dengan tatapan tajam seakan akan menerkam lawannya. Diah hanya bisa menunduk. Entah karena takut, atau mungkin juga karena merasa bersalah.  Dia hanya meremas tangannya sendiri sampai memerah. Sungguh sangat tidak nyaman dalam posisi ini.

"Jadi, sudah berapa lama kamu menjalin hubungan dengan Mas Will?" tanya Laksmi masih menatap tajam ke arah Diah. 

"Sudah  enam bulan, Mbak." 

"Hmm, pasti sudah jauh ya hubungan kalian. Sudah tidur bersama?" Tanya Laksmi lagi. Kali ini matanya tak lagi menatap Diah. Dia malah sibuk mengaduk dan menyeruput es jeruk di depannya. Tak ada jawaban. 

"Ok, diammu kuanggap sebagai jawaban iya."  Lagi-lagi dia menyeruput es jeruk di depannya, bahkan sampai habis setengah gelas. Tampaknya hati Laksmi jauh lebih gerah dengan sikap diam Diah, dari pada rasa haus di tenggorokannya. Laksmi menghela nafas berat dan menghempaskannya begitu saja.

"Tentu saja kalian sudah tidur bersama. Mana mungkin ada lelaki beristri yang tahan untuk tidak menyentuh selingkuhannya selama enam bulan. Mana ada kucing yang mendiamkan ikan asin di depannya. Semakin busuk, semakin enak dia memakannya." 

"Mbak!" Nada suara Diah meninggi. Seketika rasa marah meluap di dada Diah. Dia ingin melepaskannya tetapi dia tak mampu hanya untuk sekedar membuka mulutnya.

"Kenapa? Tersinggung? Masih peka rupanya. Tapi selama enam bulan main hati sama suami orang tak merasa bersalah?" Nada suara Laksmi tetap dingin dan tajam, membuat Diah merasa tersudut.

"Boleh aku jelaskan semuanya, Mbak?" Diah mencoba menenangkan dirinya sendiri.

"Aku tak butuh penjelasanmu. Apa yang kau sajikan di hadapanku saat ini sudah menjawab semua. Cincin tunangan di jari manismu telah mempertegas sejauh mana hubunganmu dengan suamiku." 

Laksmi membuka tasnya. Dikeluarkannya sebuah amplop agak tebal berwarna coklat, dan diletakkannya di atas meja. Diangsurnya amplop itu ke arah Diah. Laksmi langsung berdiri.

"Perhatikan langkahmu selanjutnya. Karena kau takkan pernah memenangkan permainan ini. Mas Will takkan pernah jatuh ke tanganmu sampai kapanpun. Dan jangan pernah menganggap ini ancaman. Karena aku bisa melakukan lebih dari itu kepadamu." Selesai bicara, Laksmi langsung melangkah ke luar. Ditinggalkannya Diah yang terdiam duduk. 

Perlahan Diah mengambil amplop itu dan membukanya dengan sangat hati-hati. Dadanya bergemuruh saat tahu apa isi amplop itu. Ya, isinya foto Diah dan Will saat menghabiskan waktu bersama. Ada di restoran, di pantai, di hotel bahkan di apartemennya sendiri. Diah merasa muak sekaligus ngeri akan ucapan wanita yang mengaku sebagai istri Will itu.

Dia meraih gawainya dari tas. Kebetulan sekali gawai itu berbuntyi. Dengan mata mulai basah, Diah menjawab panggilan di gawainya. Siapa lagi kalau bukan Will.  Airmata langsung membanjiri wajahnya yang mulus, seketika setelah gawainya mati. Diah tak bisa menahan tangisnya. Bukan karena sedih atau marah telah dibohongi, tetapi yang jauh lebih sakit adalah saat privasinya sudah tidak lagi  menjadi privasi.

Begitu Will datang ke resto, Diah dalam kondisi kepala tertunduk. Matanya masih basah. Make-up di wajahnya mungkin sudah luntur semua, karena air mata. 

"Sayang..., kamu kenapa?" tanya Will heran saat melihat Diah tertunduk lesu. Diangkatnya wajah Diah dengan kedua tangannya menangkup pipi basah itu. Tetapi Diah menepis. Dia semakin heran. Selama enam bulan menjalin hubungan dengan Diah tak pernah Diah seperti ini. 

"Sayang..., apa yang terjadi?" tanya Will sekali lagi. 

Diah langsung membuka cincin di jari manisnya dan meletakkannya di atas amplop yang diberikan Laksmi tadi. Lalu dia berdiri dan langsuung meninggalkan resto dan Will yang masih tak mengerti dengan semua yang terjadi. Will langsung membuka amplop itu dengan rasa penasaran. Will mulai meraba-raba apa yang terjadi. Dan sepertinya dia mulai memahaminya. Dia mencoba mengejar Diah ke luar resto, tetapi Diah sudah tidak nampak lagi. 

Akhirnya Will menyusul Diah ke apartemennya. Tetapi masih terkunci. Will mencoba membuka dengan kunci yang ada padanya, tetapi apartemen Diah kosong. Dengan kebingungan Will kembali mencari Diah ke berbagai tempat, tetapi tidak juga ditemukannya. Akhirnya Will memutuskan untuk pulang. 

"Sudah pulang, Mas?" Tiba-tiba Laksmi muncul saat Will memasuki rumah. Tumben.

Will tak menyahut. Dia membuka dasinya dan langsung masuk ke kamar, tetapi ditengah jalan, kakinya terhenti mendengar ocehan Laksmi.

"Jadi, selingkuhanmu udah ketemu?"

"Apa maksudmu?" Will menatap wanita yang sudah lebih sepuluh tahun menjadi istrinya itu. 

"Tak usah pura-pura. Aku sudah tahu kok semuanya. Dan aku juga tahu kalau kamu baru saja mencari dia, siapa ya namanya? Diah, kan? Yah... " Laksmi menjawab dengan lugas tetapi nadanya masih tetap dingin. 

"Oh..., jadi kamu memata-matai aku, ya. Aku jadi mengerti, kamu adalah biang kerok dari semua ini." Jawaban Will bukannya membuat Laksmi merasa sedih atau takut, malah dia tertawa.

"Hahaha..., Mas..., Mas... Mana ada yang bisa kamu sembunyikan dari aku. Maling akan tetap jadi maling dan sepandai-pandainya maling menyembunyikan bangkai, lama-lama akan tercium juga." 

Dengan geram Will masuk ke kamar. Dia mengerti sekarang, apa yang menyebabkan Diah menangis dan menghilang begitu saja setelah menyerahkan cincin tunangannya tanpa sepatah kata. Pasti Laksmi telah mengancamnya. Tak lama, Will kembali keluar, bersiap untuk pergi lagi.

"Kamu mau pergi lagi, Mas?" Tanya Laksmi, masih dengan nada dingin.

"Gak usah sok peduli kamu. Aku semakin benci sama kamu, dan takkan pernah memaafkanmu. Camkan itu." Will langsung keluar dan membanting pintu. Laksmi agak kaget, tetapi dia tetap saja tenang dan dingin. Hanya matanya yang menyiratkan api.

Sementara Diah, malam itu juga tak pulang. Dia naik taksi online ke luar kota. Dia memutuskan untuk menghilang. Hatinya begitu sakit. Sangat tidak dia duga bahwa selama ini dia diperdaya lelaki yang terlanjur dicintainya itu. Salahnya juga sih, percaya begitu saja pada mulut manis Will. Apalagi di labrak oleh istri Will dengan dingin sikapnya, membuat dia menjadi terpojok dan semakin bersalah. Lalu, foto-foto dia dan Will, entah bagaimana wanita itu mendapatkannya. Sungguh dia merasa sangat bodoh dan merasa bersalah. Berani berbahagia diatas penderitaan wanita lain. Sungguh, Diah merasa harga dirinya sudah benar-benar hilang. Dia merasa malu. Mengambil hubungan yang salah dengan orang yang salah dan waktu yang salah. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun