Mohon tunggu...
Elmi Safridati
Elmi Safridati Mohon Tunggu... Guru - Guru
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Menulis dan menorehkan sesuatu di medsos menjadi salah satu kesibukan saat ini, walaupun masih dalam tahap belajar. Semoga semuanya bermanfaat. Terima kasih untuk Omjay dan semua guru yang telah mengajarkan ku, semoga ilmu yang sudah diajarkan, berbalas pahala. aamiin...

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerita Kakek Telah Terbukti

21 Agustus 2022   09:18 Diperbarui: 21 Agustus 2022   09:20 1539
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

CERITA KAKEK TELAH TERBUKTI

Waktu aku duduk dibangku kelas satu sekolah dasar, kakekku suka sekali mengajak aku bercerita. Karena itulah aku semakin dekat dengannya. Kedatangannya ke rumahku selalu aku nantikan.

Kata kakek, "dahulu waktu zaman Belanda, kami membuat lobang di dalam kandang. Makanya rumah ini dibikin agak tinggi biar kami bisa masuk ke bawah lantai dan bersembunyi di bawah lantai, bahkan kami tambah dengan lobang yang dalam agar kami tidak ditemukan oleh para penjajah itu".

"Ketika pesawat tempur melintasi kampung kita ini, kami malah PUP di celana karena ketakutan, begitulah seramnya masa dahulu sebelum kemerdekaan", katanya.

Mendengar cerita kakek, aku sangat sedih. Membayangkan mereka menggali lobang didasar rumah dan bersembunyi di dalamnya.

"Lihat saat ini banyak orang santai melihat pesawat, malah menaikinya dan terbang bersamanya", kata kakek. Sepertinya kakekku sangat trauma dengan bunyi pesawat.

Aku makin serius mendengar ceritanya. "Seiring berjalan waktu dunia ini akan semakin canggih", katanya

"Nanti kamu akan melihat betapa dunia ini maju tak terkira. Jalanan kita yang sekarang ini berlobang dimana-mana serta becek dimana-mana, nanti akan berganti dengan pasir hitam yang bernama aspal".

"Orang-orang akan melintasinya dengan senang. Jalanan beraspal itu akan menembus gunung, bukit-bukit, lembah, bahkan lautan. Jembatan gantung dan jabatan layang serta Titian berayun akan ada dimana-mana", katanya begitu. Aku semakin menghayal, membayangkan, benarkah hal itu akan terjadi.

Kakek melanjutkan ceritanya. "Dahulu kami berjalan kaki, membawa beban di bahu dan di pundak, untuk mencapai suatu kampung menuju ke rumah saudara. Nanti kamu akan naik kendaraan dari depan rumahmu danturun di depan rumah saudaramu. Kamu akan berjalan di atas angin".

"Nanti, jika kamu jauh dari saudaramu, dan kamu rindu ingin bertemu sementara dia tidak bisa ke rumahmu, maka kamu tidak usah risau, saudaramu akan bisa engkau lihat di kaca yang ada di telapak tanganmu", kata kakekku.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun