Cerita malam dari bilik panti asuhan. Dalam detak waktu yang sudah tak senja lagi. Kurangkai kata ini dalam linangan air mata. Betapa banyak kisah manusia, yang belum terungkap. Yang terkadang kita lengah dan anggap tak berguna.Â
Manusia sempurna kadang tak tahu kalau ada banyak manusia, di mana mereka terhimpit di bawah relung derita. Hidupnya bermandikan air mata dan nestapa. Ketika kita berjumpa dengannya dan merenungi kisah hidupnya, serta melihat keadaannya, semua pasti akan terdiam. Dan pada saat itu, Â kita yang merasa sempurna hanya bisa bicara dalam diam. Bergelut dengan hati dalam pikiran yang mendalam.
Kisah anak manusia yang jarang terungkap, mereka tak punya ayah dan ibu. Hidup dengan tubuh tak sempurna. Kadang tubuh sempurna tapi mata dan telinga yang tak sempurna. Kadang bisa bicara tapi kaki dan tangan yang tak lengkap.
Berharap kasih hanya pada satu jiwa. Yaitu ibu dan ayah panti. Menangis tak ada yang mendengar. Berurai air mata tak ada yang menghapus. Tak ada bahu tempat menyandar dan menghiba. Tak ada tangan yang akan membelai ketika sakit datang mendera. Tahankan sendiri. Betapa pilunya derita ini.
Hidup terasing dalam keramaian. Terhina dalam kemuliaan. Selalu salah di mata orang-orang sempurna. Padahal martabat manusia, Â di mata yang kuasa tak ada bedanya. Tapi ketika berada di tengah manusia yang sempurna. Kenapa mereka seolah disingkirkan.Â
Disembunyikan, seolah merasa kalau mereka pembawa sial. Mengundang malu, bukankah dia juga manusia. Yang perlu diperhatikan dan diakui tanpa harus diejek dan dihina.Â
Bukankah dia juga manusia yang harus dihargai tanpa dibuli dan dipandang dengan tatapan yang tak pantas. Bukankah dia manusia, yang seharusnya tak di buang dan disingkirkan.Â
Bukankah dia manusia yang seharusnya di sayang dan di manja. Sungguh terkadang dunia ini terasa tak adil buat mereka. Padahal mereka adalah anak-anak surga, yang akan masuk lebih dahulu daripada kita