Mohon tunggu...
Elly Suryani
Elly Suryani Mohon Tunggu... Human Resources - Dulu Pekerja Kantoran, sekarang manusia bebas yang terus berkaya

Membaca, menulis hasil merenung sambil ngopi itu makjleb, apalagi sambil menikmati sunrise dan sunset

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

Cobalt Blue, Musik Lembut dan Dinding Gudang Rempah Berwarna Biru yang Menderu di Kerala

7 Mei 2022   20:26 Diperbarui: 9 Mei 2022   11:13 3454
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Source: rocksterbd.com

Setoples kue yang isinya tinggal setengah di sebelah kanan. Sebelah kiri, kabel-kabel charger dan HP yang menyala. Tak cukup nyaman, he, saya pindah ke kamar, tentu dengan earphone supaya tetangga tak ikut mendengar apa yang saya tonton.  

Layar dibuka dengan keriuhan pagi di sebuah rumah, tepatnya kamar seorang pemuda, di  Fort Kochi, Kerala, Tahun 1996. Fort Kochi, sebuah kawasan tepi pantai Kerala, India yang sarat sejarah dan bangunan tua peninggalan Belanda dan Portugis. Lokasinya, katanya 12 km dari Kota Ernakulam, Kerala, dan merupakan kotapraja Eropa pertama di Kerala. 

Maka sepanjang film ini berlangsung, saya dimanjakan dengan musik lembut instrumentalia lembut yang selain Secret Garden, entah lagu apa lagi, bahasa Inggris aksen India yang unik, dan dimanjakan pula dengan suguhan pemandangan Fort Kochi yang dipenuhi bangunan tua, sebagian adalah gudang rempah-rempah yang dindingnya berwarna biru kobalt.   

Tanay salah satu pemeran utama, seorang mahasiswa pintar, penulis, yang sedang mencari jati diri. Hidup dalam keluarga besar India yang konservatif sekaligus berjiwa bebas, anak seorang pegawai yang bekerja di Pabrik Gudang Rempah di Kerala. Tanay...yang sejak awal muncul di film sengaja menampilkan  sisi lembut dan tak biasa seorang anak laki-laki. 

Dan benar saja...sisi tak biasa itu muncul dan terlampiaskan saat sang Kakek lalu disusul nenek  meninggal dunia dan kamar si kakek dijadikan sebagai kamar kos yang membuat Tanay mengenal lalu kepincut pada si pemuda kost. Seseorang yang kemudian menjadi tambatan jiwa dan pasangan seksualmya.

Sejujurnya, meski saya menghargai orang yang memiliki orientasi seksual aneh seperti ini, beberapa adegan meski diringi musik lembut dan shoot gambar keren tetap saja membuat saya jengah. Untunglah substansi film ini menarik hingga mampu membuat saya bertahan menontonnya hingga usai. 

Apa yang menarik, buat saya perjalanan pencarian jati diri manusia itu menarik. Bagaimana saya melihat India yang menganggap homoseksualitas (setidaknya menurut orang India yang disampaikan oleh sang dosen/Profesor Tanay) adalah penjahat toh tetap terbuka menyampaikan hal ini dalam film. 

Ya, siapa yang bisa mencegah seseorang memiliki  orientasi seksual tertentu. Film ini juga menyampaikan sebagaimana fakta yang sering kita lihat bahwa sebagian orang yang memiliki orientasi seksual tertentu (almh.ibu saya bilang menyimpang) itu memiliki bakat dan kecerdasan yang bagus.  

Hal menarik lain, saya suka film ini mampu menampilkan Ke"Indian"nya dengan manis. Musik instrumentalia Eropa sedikit digubah ala India (ada suara tabla sedikit). Tarian di balik tiang itu digantikan dengan tata gambar yang apik, pemandangan dinding gudang rempah yang bagi saya indah bak tarian. 

Menarik juga bagi saya melihat bagaimana Keluarga kelas Menengah India meski taat tradisi memberi ruang pada anak-anak mereka untuk melakukan hoby mereka. Anuja si anak perempuan yang tomboy suka bermain kriket.  Sayapun suka ketika Anuja dan saudaranya yang biawawati ditampilkan tanpa make up samasekali, disitulah saya melihat manisnya gadis India dengan keaslian mereka.

Tak semua keinginan menjadi kenyataan. Kura-kura yang dinamai Pablo Neruda (he nama Sastrawan peraih Nobel berasal dari Chili) di Kolam halaman rumahnya sesungguhnya tak ada. Tanaylah di Kura-kura itu. Cinta Tanay pada Pemuda Kost yang kandas. Tetapi... jejak kisah tersebut ia terbitkan menjadi sebuah novel Berjudul Cobalt Blue. Pada halaman persembahan buku itu tertulis, untuk  laki-laki di danau.

Ya Cobalt Blue adalah warna biru kobalt, warna yang mendominasi dinding-dinding gudang rempah yang ditampilkan dalam film ini. Sekaligus warna yang disukai si pemuda kost yang dicintai Tanay. 

Begitulah beberapa sisi film ini. Ini film Independen. Sebab 10 film teratas dan populer bagi saya terlalu mainstream, maka saya pilih genre Film Independen.

Film, ini diangkat dari sebuah Novel dengan judul yang sama, yang katanya ditulis selama 20 tahun.  Mau melihat sendiri menariknya film ini, masih tayang kok di Netflix. Judulnya Cobalt Blue, film yang diproduksi akhir Tahun 2021 ini disutradarai Sachin Kundalkar (sutradara yang juga dramawan India), dibintangi Neelay Mehenale (Tanay), Anjali Sivaraman (Anuja), Prateik Babbar (pemuda kost).

Selamat melanjutkan healing liburan Lebaran 2022. Selamat Idul Fitri 1443 H bagi yang merayakan. Salam  

logo-kompal-terupdate-627671f7ef62f66b5b3febc2.jpg
logo-kompal-terupdate-627671f7ef62f66b5b3febc2.jpg

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun