He, tentu saya tidak membahas tentang ilmu filsafat secara betulan. Tapi sikap sok "filsuf", istilah teman saya, untuk orang yang bertameng sikap ruwet dan sok tahu seenaknya.Â
Padahal, ilmu filsafat itu katanya membahas semua gejala dan fenomena yang ada dalam kehidupan dan pemikiran manusia secara kritis dan skeptis dengan mendalami sebab-sebab terdalam kemudian dijabarkan secara teoritis dan mendasar.
Ya wajar, pada titik tertentu, manusia, alam dan dan seisinya adalah sekolah ilmu sosial terbaik di dunia. Banyak merasa serba tahu dengan hanya membaca 2-3-4 buku dan banyak pula yang merasa tahu banyak dengan membaca link tulisan portal berita.Â
Banyak yang merasa dirinya sedang kuliah ilmu sosial di Twitter. Bahkan yang pemalu dan introvert menjadi paling galak di sosmed. Yang tidak sabaran menjadi motivator paling bijak dsb.Â
Semua karena merasa serba tahu, merasa ahli filsafat, lebih (jago) filsafat dari ahli filsafat jebolan fakultas filsafat. Padahal kita tidak perlu jadi tahu atau ahli pada semua hal toh.Â
Kadang sering saya ketemu yang seperti itu. Merasa serba tahu. Menolak semua hal, apa-apa bilangnya tidak, padahal dia tidak punya landasan kuat untuk menolak.Â
Pada titik itu saya bersyukur ditunjukkan bahwa pada sebuah contoh bahwa saya, kita semua, tidak boleh seperti itu kalau mau maju. Kalau mau menjadi 5% dari bagian orang sukses kata Kang Ary Ginanjar Agustian itu ialah, "Kenapa cara berpikir dan sikap positif kita sering tidak bisa menuntun kita pada pemecahan masalah dan solusi terhadap hal yang kita alami? Karena kita sibuk dengan hal-hal yang tidak prioritas. Kita sibuk merasa ahli pada semua bidang dan semua hal. Kita sibuk pada hal remeh-temeh sekitar kita, sosmed kita dan abai pada masalah kita sendiri".
Di Twitter dan sosmed lain banyak yang mendadak ahli pada semua bidang. Seolah dia paham semua hal. Lihat saja segala debat ngeyel-ngeyelan saling sindir berujung tuduhan cebi vs kadrun dan debat juga twitwar aneka hal itu.
Kita Bukan Ahli Segala Hal
Kita kadang merasa lebih jago berfilsafat dari ahli filsafat. Sementara Plato, ahli filsafat betulan berkata bahwa gurunya saja (Socrates) telah berkata bahwa yang dia tahu adalah dia tidak tahu apa-apa. Lalu kenapa kita sok tahu dan merasa ahli segala hal?
Seolah kalau tidak tahu pembahasan yang sedang trending di sosmed, maka kita jadi terpuruk dan tidak keren, hehehe.
Tulisan ini sekadar penyeimbang tulisan saya sebelumnya tentang sikap skeptis dan kritis.Â