Mohon tunggu...
Elly Suryani
Elly Suryani Mohon Tunggu... Human Resources - Dulu Pekerja Kantoran, sekarang manusia bebas yang terus berkaya

Membaca, menulis hasil merenung sambil ngopi itu makjleb, apalagi sambil menikmati sunrise dan sunset

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Betulkah Kreativitas Kita Baru Sebatas "ATM"?

5 Oktober 2018   14:41 Diperbarui: 8 Oktober 2018   21:46 3303
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber Foto: www.jagodesain.com

Termasuk yang bolak-balik study banding itu ya juga dalam rangka ATM. Isinya jalan-jalan, dibungkus dengan judul study banding. Ya kalau betul-betul ATM untuk dicontoh dan dibuat modifikasi yang sesuai dan manfaat untuk daerahnya syukur alhamdulilah. Kalau tidak ya buang-buang uang sih. 

Itulah alasan kenapa kita Indonesia sebetulnya menjadi tidak kreatif karena kreativitas bangsa kita baru sebatas ATM. Tidak semua sih. Ada orang yang memang berkutat membuat hal baru yang inovatif, tapi sebagian besar orang melakukan ATM. 

Yah wajar mengingat ATM itu dijejalkan pada ruang-ruang pikiran kita, di dunia mahasiswa, dunia kerja, isntansi dan lembaga. Seperti menyuruh kita hidup hanya sekadar jadi pengekor dan ikut-ikutan. Paling ujungnya dipoles sedikit dengan yang disebut modifikasi tadi.  

Sekali waktu sepulang saya dari Jogya dan sempat berfoto di Jurang Magunan. Eh tak lama saya menemukan objek yang nyaris sama  pake bingits, sampai saya ngotot haqqul yakin kalau itu di Jogya. Ternyata bukan di Jogya tapi di sebuah wilayah di Sumsel. Lokasi di tepi jurang, di bawahnya ada semacam jurang, lembah pegunungan, sampai perahu-perahuan rotannya pun sama. Yang berbeda cuma lokasi. 

Itu hasil ATM. Hasil jalan-jalannya kelompok pengembang wisata Sumsel ke Jogya yang lalu ditiru  plek (nyaris tanpa) dimodifikasi di sebuah wilayah di Sumsel.

Contoh lain, belum sempat saya melihat kampung warna-warni di Malang, baru sempat menengok gambarnya di artikel dan IG, eh sudah ada Kampung Warna-warni di Lubuklinggau, di Palembang. Hehehe, cepet sekali ATM nya. 

Contoh lain lagi, suka nonton TV?  kalau sempat lihat layar TV waduh, sinetron entah di channel mana saya kok seperti melihat majalah Hidayah itu. Nah beberapa sinetron itu adalah bentuk pengulangan ide dan ATM majalah Hidayah ketika saya masih bocah dulu, hmm...

Meskipun katanya ATM itu ada langkah-langkahnya. Meskipun ATM itu katanya tidak sama dengan menjiplak atau plagiat, tetap saja saya kurang suka dengan ATM.  

Bagi saya ATM itu bahasa lainnya ya bisa dibilang jiplak yang gak jiplak banget. Jiplak yang disesuaikan dengan kondisi setempat. 

Saya sukanya dengan ATM yang dibilik itu, terutama kalau HP butut saya sudah ada suara tut tut tut, notifikasi gaji sudah masuk, hehe.

ATM kelihatannya sudah membudaya. Budaya ATM itu juga yang membuat bangsa kita sering menjadi bangsa mengulang-ulang trend lama, pengekor dan suka latah ikut-ikutan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun