Mohon tunggu...
Elly Suryani
Elly Suryani Mohon Tunggu... Human Resources - Dulu Pekerja Kantoran, sekarang manusia bebas yang terus berkaya

Membaca, menulis hasil merenung sambil ngopi itu makjleb, apalagi sambil menikmati sunrise dan sunset

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Betulkah Kreativitas Kita Baru Sebatas "ATM"?

5 Oktober 2018   14:41 Diperbarui: 8 Oktober 2018   21:46 3303
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber Foto: www.jagodesain.com

Ada yang berkata, tak ada hal yang betul-betul  baru. Tak ada hal yang benar-benar orisinil. Semua sendi dan celah kehidupan adalah pengulangan-pengulangan.  

Seperti siklus beredarnya bumi mengelilingi matahari, fajar, pagi, siang, sore, malam dan seterusnya. Seperti siklus kehidupan manusia, lahir, anak-anak, remaja, dewasa, tua, dan seterusnya. Seperti juga ritme kita sehari-hari, bangun, sarapan, kerja, berkutat di pekerjaan, pulang kerja, masak, tidur lagi, dan seterusnya. 

Maka hal yang dialami manusia meski berbeda-beda, intinya tetap sama. Wajarlah cerita yang kita dengar, fenomena kehidupan, fenomena alam yang kita lihat, bahkan perasaan kita pada hakekatnya adalah pengulangan-pengulangan.  

Meski katanya semua hal kebanyakan adalah pengulangan-pengulangan dan tak ada hal yang benar-benar baru atau orisinil, tetap saja awak kurang setuju kalau dibilang orisinilitas itu tak perlu.  

Semua manusia harus punya sesuatu yang pure, orisinil miliknya atau khas dia. Entah itu ada pengaruh bawah sadar gaya nenek moyangnya, penulis pujaannya ketika remaja  dll.

Manusia harus bangga  dengan idenya sendiri, bangga dengan  gaya tulisan sendiri, bangga dengan apa yang dipunyai sendiri, entah barang atau pendamping hidup, suami atau istri (Masa mau bangga sama punya orang lain).

Beberapa tahun ini, saya sering sekali mendengar kata ATM. Sudah sering kan dengar kata ATM gaes ? Amati, Tiru dan Modifikasi (ATM). Haaaa, betapa sering saya sebal dengan kata itu. 

Dulu sering membahas perencanaan kegiatan sebuah badan yang bertanggung jawab dalam hal peningkatan Kapasitas SDM. Hampir di setiap rangkaian kegiatan diklatnya selalu ada sub kegiatan Observasi Lapangan (OL), sekarang namanya berganti menjadi Benchmarking, wew.  

Menurut saya ketika itu, tidak semua kegiatan diklat harus ditambahi Observasi Lapangan. Ada diklat yang jelas hanya perlu teori dan praktek di tempat dan tidak perlu perbandingan, ya tidak perlu Observasi lapangan. Kan bisa menghemat anggaran.

Tau apa alasan Observasi lapangan yang sekarang berganti menjadi benchmarking itu? ya itu tadi dalam rangka ATM-- amati, tiru dan modifikasi. Lokasi favorit biasanya sih Bali dan Bandung.

Bagaimana peserta diklat diajak untuk melihat sebuah objek di wilayah lain dalam rangka mengamati untuk nantinya ditiru dan dimodifikasi di wilayah kerja. Mungkin juga menjadi objek kertas kerja dan lain sebagainya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun