Mohon tunggu...
Elly Suryani
Elly Suryani Mohon Tunggu... Human Resources - Dulu Pekerja Kantoran, sekarang manusia bebas yang terus berkaya

Membaca, menulis hasil merenung sambil ngopi itu makjleb, apalagi sambil menikmati sunrise dan sunset

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Pemberantasan Kemiskinan Indonesia Seyogianya Dimulai dari Perempuan

28 Agustus 2018   15:44 Diperbarui: 29 Agustus 2018   10:40 2130
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: LangitPerempuan.net

Sesungguhnya tidak ada yang perlu ditakuti dengan kemiskinan sepanjang kita manusia nrimo dan ihklas. Lihat saja riwayat hidup orang besar yang menghasilkan karya besar, kebanyakan karya mereka dibuat saat mereka dalam kondisi dililit kemiskinan. 

Sebut Nama Iwan Simatupang, merana numpang tinggal di rumah kakak perempuannya menjahit baju robek kedua anaknya sambil menunggu karya novelnya diterbitkan.  

JIka saya terpesona dengan kemampuan Iwan Simatupang menggali-gali kesepian, keterasingan, dan kefatalan hidup manusia yang menurut saya mengagumkan, itu ditempa karena perjalanan hidup dan di akhir masanya disebabkan kemiskinan. Kemiskinan kadang menempa  manusia jadi lebih bernas mengeluarkan kelebihannya.

Tetapi, kemiskinan menjadi  sumber malapetaka ketika menimpa mereka yang lemah pendidikan dan lemah akses, atau yang kita sebut kemiskinan absolut. Pada level ini, kemiskinan akan memicu penyakit sosial, konflik dan kriminalitas bahkan. 

Itulah sebabnya kita mengenal program pemerintah Penanggulangan Kemiskinan, tentu yang dimaksud adalah kemiskinan absolut.  Kemiskinan karena tidak mampu memenuhi kebutuhan hidup yang mendasar. 

Sudah banyak program penanggulangan kemiskinan. Bahkan sudah ada Tim Nasional Penanggulangan Penurunan Kemiskinan (TNP2K) yang diketuai oleh Wakil Presiden dan di Daerah ada Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan Daerah (TKPKD) yang diketuai oleh Wakil Gubernur. 

Hampir di semua dokumen perencanaan Pembangunan (RPJP, RPJMN, RPJMD, RKP, RKPD, Resntra dst) program penanggulangan kemiskinan menjadi isu strategis dan program pembangunan di daerah. 

Hasilnya seperti apa? ya bisa dilihat sendiri. Setiap tahun kemiskinan memang selalu menurun. Hanya, laju penurunan kemiskinan tidak seperti yang diharapkan. Jika disandingkan antara anggaran yang digelontorkan untuk penanggulangan kemiskinan dengan laju penurunan kemiskinan, mungkin tidak sebagaimana harapan. 

Lalu apa lagi yang belum dilakukan....? saya kira terobosan. Kenapakah terdapat disparitas laju penurunan kemiskinan antar daerah, antar provinsi, antar kabuparen/Kota ? Salah satu faktor utamanya adalah komitmen daerah. 

Komitmen inilah yang akan membuat daerah melakukan pemetaan kondisi daerahnya dan melakukan upaya yang benar-benar terobosan.. Apa upaya yang harus dilakukan sesuai dengan kondisi, potensi dan kebutuhan daerah. Bukan sesuatu yang sudah biasa ada, sesuatu yang biasa saja tapi tak berdampak (bussiness as usual).

Jika selama ini program penanggulangan kemiskinan kegiatan prioritasnya itu -itu saja, mungkin perlu ditinjau kembali dan dibenahi. Barangkali sasaran dan lokasi harus dibenahi. Sebagai contoh, penduduk miskin banyak di wilayah A tapi program dan kegiatan penanggulangan kemiskinan turun di wilayah B. 

Ini yang harus dibenahi. Kegiatan banyak, tetapi indikator output tidak menunjang untuk mencapai indikator outcome penurunan kemiskinan, alias tidak memiliki daya ungkit yang besar terhadap penurunan kemiskinan. 

Beberapa daerah sudah melakukan terobosan. Pemerintah Provinsi Sumatera Selatan contohnya melakukan pemetaan dan membuat program inovasi penanggulangan kemiskinan bernama Gertak Sejuta Mandiri (Gerakan Serentak Menuju Rumah Tangga Mandiri) yang fokus pada sasaran 10% PPLS data BDT (Basis Data Terpadu) menggunakan by name by address. 

Sumsel juga punya tools Sistem pemetaan SIGertak untuk melihat dimana lokasi penduduk miskin, dan dimana program kemiskinan turun sehingga dapat diketahui apakah terjadi ketidaktepatan untuk dikoreksi di tahun mendatang.

Apalagi yang harus kita lakukan ?  saya kira Indonesia harus mulai mengkawinkan program penaggulangan kemiskinan dengan program pemberdayaan perempuan. Dengan kata lain, membidik penurunan kemiskinan harus dimulai dengan perempuan. 

Perempuan dijadikan sasaran penanggulangan kemiskinan. Adalah hal yang sia-sia jika penanggulangan kemiskinan tidak dimulai dari perempuan Kenapa ? karena perempuan adalah pusat kehidupan. 

Jika perempuan pintar, maka anak-anaknya akan pintar dan sehat sehingga akan muncul angkatan usia produktif yang bermutu sebagai bagian dari Bonus Demografi. 

Jika perempuan pintar, maka pengaturan rumah tangga atau keluarga  sebagai bagian terkecil dari Masyarakat yang merupakan penduduk di Indonesia akan dilakukan dengan baik. JIka perempuan berdaya secara ekonomis, maka akan membantu perekonomian keluarga.

Meski angka sex ratio Indonesia lebih tinggi jumlah penduduk laki-laki sedikit dibandingkan perempuan, tetapi perempuan tetap memegang peranan penting. Seperti yang saya bilang tadi perempuan adalah pusat kehidupan. 

Jika perempuan dijadikan subjek atau sasaran pemberantasan kemiskinan entah individu maupun kelompok, disinyalir angka kemiskinan Indonesia akan menurun. Sebagai gambaran rendahnya kemampuan ekonomi perempuan dapat dilihat pada tabel ketenagakerjaan Sumatera Selatan berikut ini. 

Sumber: Sakernas, 2016
Sumber: Sakernas, 2016
Berdasarkan tabel tersebut terlihat bahwa tingkat partisipasi angkatan kerja perempuan lebih rendah dibandingkan laki-laki. Prosentase pekerja tak dibayar pada perempuan lebih tinggi dibandingkan laki-laki (Sakernas, 2016). Ini menggambarkan bahwa sumbangan pendapatan pekerja perempuan lenih rendah dibandingkan laki-laki. Kondisi ini terjadi hampir di seluruh wilayah Indonesia. 

Hal ini sebetulnya gambaran tentang perlunya membidik perempuan sebagai sasaran program penanggulangan kemiskinan. Peningkatan produktivitas ekonomi perempuan juga harus digarap. banyak hal yang bisa dilakukan seperti peningkatan industri rumahan dan wirausaha perempuan dan lain sebagainya. 

Seandainya perempuan dijadikan sasaran penanggulangan kemiskinan entah individu atau dalam kelompok pemberdayaan berupa pelatihan dan pendidikan ketrampilan untuk  peningkatan partisipasi angkatan kerja dan penurunan pekerja perempuan tak dibayar, maka sumbangan perempuan terhadap pendapatan akan meningkat. 

Bisa diharapkan kemampuan ekonomi keluarga untuk memenuhi kebutuhan dasar akan meningkat. 

Demikian. Perlu kajian mendalam memang. Hanya saya mau bilang koordinasi dan sinergisitas adalah kata yang mudah diucapkan dan sulit dilaksanakan. Penanggulangan kemiskinan memang harus keroyokan dan terpadu dan sungguh-sungguh. Tepat lokasi, tepat sasaran, tepat waktu dll.

Ketika antar Kementerian dan lembaga sibuk dengan jargon masing-masing  meskipun dengan embel-embel sama penanggulangan kemiskinan, hasilnya ya jalan sendiri- sendiri dan kurang maknyus dampaknya pada penurunan kemiskinan. 

Penanggulangan kemiskinan dengan sasaran perempuan ini memang harus digarap serius. Katanya 70% dari penduduk miskin dunia adalah perempuan (Sayang saya belum ketemu data kemiskinan Perempuan Indonesia). 

Berdasarkan Berita Resmi Statistik Indonesia Maret 2018, tingkat kemiskinan Indonesia sebesar 9,82 % dimana kemiskinan pedesaan sebesar 13,20% sedangkan kemiskinan perkotaan sebesar 7,02%. 

Berdasarkan angka tersebut perkiraan jumlah penduduk miskin perdesaan adalah sebesar 61%. Sementara, Bu Menteri Perekonomian kita yang menyatakan bahwa dari penduduk miskin tersebut, 60%nya adalah perempuan. Saya bilang ini masuk akal mengingat sex ratio Indonesia sebesar 101. Artinya penggarapan kemiskinan perempuan utamanya adalah di pedesaan.

Sejalan dengan itu, saya melihat Pada Rencana Aksi Nasional Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (RAN SDGs), keterkaitan dan keterpaduan semua sektor, stakeholder dan pelibatan semua pihak pada Goal 1 (penanggulangan kemiskinan) dan Goals 5 (Kesetaraaan gender)sudah mulai terlihat. 

Bahkan keterkaitan dan keterpaduan antara kedua Goals tersebut juga sudah terlihat. Semoga dilaksanakan dengan baik. 

Begitulah. Perempuan itu powerfull kalau diberdayakan. Kalau gak, ya cuma ecek-ecek pemenuhan kuota. Pemenuhan kuota 30 % di parlemen dan lain sebagainya. He, saya sering meringis ketika the power of emak-emak konotasinya cuma naik motor dengan lampu sen kiri tapi belok kanan. 

Atau emak-emak yang melabrak polisi sambil ngamuk-ngamuk padahal doi salah, haiyah. Lebih parah lagi, jadi obrolan saling berbalas dengan tema "Pelakor", wew. Saatnya perempuan menjadi bagian inti program penanggulangan kemiskinan. Serius akan berdampak signifikan kalau digarap sungguh-sungguh dan terpadu.

Salam kompak selalu. Salam Kompal. Salam Kompasiana. Salam Nusantara. Salam emak-emak eh Perempuan Indonesia. 

Sumber:Kompal
Sumber:Kompal

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun