Mohon tunggu...
elisa wibisono
elisa wibisono Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

Pengaruh Manga di Indonesia

8 April 2016   23:50 Diperbarui: 4 September 2019   11:43 1047
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Warna kaca patri hias jadi lebih menonjol (OhayoJepang)

Pada zaman ini, pengaruh globalisasi memberikan berbagai dampak yang cukup signifikan terhadap aspek-aspek yang berkaitan dengan kehidupan sosial dan budaya. 

Jika dikaitkan dengan aspek kebudayaan, pengaruh globalisasi juga dapat dilihat pada perkembangan komik yang ada di Indonesia, dimana sejak adanya globalisasi memberikan kesempatan yang lebih lebar bagi komik-komik asing untuk memasarkan komiknya di Indonesia. 

Komik merupakan alat komunikasi massa yang menggabungkan khayalan dan pandangan tentang kehidupan nyata yang dianggap sesuai dengan masyarakat luas dan juga memiliki hubungan yang sangat erat dengan budaya suatu bangsa (Boneff, 1998). 

Jika merujuk pada definisi komik tersebut menunjukkan ketidaksesuaian dengan realita yang dialami saat ini, dimana komik karya anak negeri justru sangat sulit untuk ditemukan dan komik impor terutama yang berasal dari Jepang seperti Manga justru lebih banyak mendominasi penjualan komik di Indonesia (Gleichen, 2014).

Beberapa negara memiliki istilah tersendiri untuk komik, misalnya Jepang dengan Manga, Cina dengan Manhua, Korea dengan Manhwa, dan Indonesia dengan Cergam. Bentuk komik atau cergam bisa strip (sebaris panel) yang dimuat di koran atau majalah atau dikompilasi dalam satu buku. 

Sebelum abad ke-18, jenis komik yang terkenal di negara Eropa lebih mengarah pada karikatur, dimana karya Thomas Rowlandson, James Gillray dan buku cerita yang diterbitkan dengan ilustrasi gambar merupakan karya yang berpengaruh pada zaman itu. 

Menjelang tahun 2000, pasar komik Eropa didominasi manga yang mempengaruhi perkembangan komik disana dan menghasilkan perpaduan manga dari segi cerita dengan gaya visual komik Eropa yang mempunyai istilah La Nouvelle Manga yang diprakarsai oleh Frederic Boilet.

Di Indonesia, dunia perkomikannya pernah mengalami kejayaan sekitar tahun 1960 hingga 1980-an, namun untuk saat ini cukup sulit bagi penulis komik Indonesia untuk mengembangkan karya-karyanya. 

Kepopuleran budaya asing terutama yang berkaitan dengan Anime dan Manga menimbulkan ketertarikan masyarakat Indonesia menjadi semakin meningkat terhadap komik-komik Jepang atau yang biasanya disebut Manga yang dijual di Indonesia dan menjadi kurang tertarik dengan komik lokal. 

Dari produk seperti Anime dan Manga inilah produk budaya popular yang digunakan oleh Jepang untuk menyebarkan budayanya.

Astiningrum dan Prawitasari (2010) mendefinisikan Manga sebagai komik yang memiliki ciri‐ciri spesifik yang membedakannya dengan komik jenis lainnya (misalnya Komik Eropa). Karakter manga memiliki ciri khas mata yang besar (mata wanita lebih besar dari laki‐laki), hidung dan mulut yang kecil, serta wajah yang datar. 

Pada mata seringkali digambarkan kesan pupil yang transparan, sorotan, atau pantulan kecil di sudut mata, di mana hal ini hanya ada pada karakter yang hidup. Sedangkan pada karakter yang telah mati, mata digambarkan gelap. 

Karakteristik manga lainnya adalah adanya gelembung dialog yang eks‐ presif, garis kecepatan (speed lines), kilas balik kecil (mini flashback), latar belakang abstrak, dan simbol‐simbol tertentu. 

Gaya gambar Manga yang khas memberikan kesan yang lebih menarik dibandingkan komik lokal Indonesia, sehingga menjadi sangat diminati oleh para pembaca dan juga komikus Indonesia. Hal itu menyebabkan banyak penulis komik muda maupun awam cenderung untuk menggambar atau mendesain serta membuat karakter komik yang masih meniru gaya desain dari Manga tersebut.

Ketertarikan dan keunikan suatu komik sangat bergantung pada isi cerita dan gaya dari sang komikus untuk menuangkan imajinasinya dalam menggambar komik yang akan dibuat sehingga sangat dipengaruhi oleh style dan kreativitas dari sang komikus tersebut. 

Pembawaan cerita komik asli Indonesia cenderung masih kurang menarik dan gambar yang masih didesain dengan amat tradisional (Gleichen, 2014) sehingga mungkin kurang sesuai dengan perkembangan zaman dan menjadi kurang diminati oleh masyarakat. 

Masuknya gaya Manga yang terkesan lebih keren dan dinamis menyebabkan para komikus Indonesia mulai banyak yang meniru dan mengadopsi style, pembuatan karakter dan cerita dari Manga.

Akibatnya gaya pembuatan karakter yang dibuat oleh para komikus maupun para remaja masih cenderung meniru ke arah Manga. Manga ini sangatlah berpengaruh besar didunia komik di Indonesia. 

Oleh karena itu sangat penting untuk dilakukan identifikasi mengenai faktor-faktor mengapa banyak komikus atau remaja di Indonesia masih cenderung dengan gaya Manga Jepang.

Menurut KBBI komik adalah cerita bergambar (dalam majalah, surat kabar, atau berbentuk buku) yang umumnya mudah dicerna dan lucu. Komik adalah cerita yang bertekanan pada gerak dan tindakan yang ditampilkan lewat urutan gambar yang dibuat secara khas dengan paduan kata-kata. 

Menggambar komik berarti menuangkan ide gagasan yang berisi gambar ke dalam sebuah cerita yang nantinya disebut sebagai komik, rangkaian gambar yang saling melengkapi serta memiliki alur cerita. 

Bentuk komik dapat berupa buku maupun lembaran gambar singkat (comic strip). Bentuk gambaran pada komik biasanya memiliki tubuh yang proporsional dengan pewarnaan blok hitam dan putih saja, tidak ada arsiran atau degradasi warna. 

Namun tidak semua komik memiliki pewarnaan blok hitam putih saja, saat ini sudah ada perubahan dalam pembuatan komik. Efek gradasi dan penuh warna sudah dapat ditemui pada komik untuk karakter yang proporsional dan juga cara menggambar yang cenderung di blok. 

Manga merupakan komik yang di buat di Jepang. Memiliki ciri-ciri yang menceritakan tentang karakter di luar superhero dan imajinasi dari pembuatnya. Alur cerita lebih detail dan terkadang memiliki cerita yang mundur ke belakang sehingga mudah untuk dipahami karena tidak ada cerita yang terlompati. 

Bentuk karakter juga tidak selalu proporsional, seperti contohnya mulut dan hidung yang kecil, mata yang besar, kepala lebih besar dan selalu ada bagian tubuh tertentu yang dibuat berbeda dan tidak proporsional. Dari rambut juga ditemukan lebih runcing dan tajam dibandingkan komik. Bentuk pewarnaan yang selalu hitam putih.

Kebudayaan Indonesia lekat dengan cara bertutur menggunakan sebuah gambar. Narasi visual berupa relief pada dinding candi yang tersebar diseluruh Indonesia merupakan format storytelling yang memiliki kemiripan dengan narasi komik di masa kini. 

Pada relief, karakter digambarkan secara realis dan merefleksikan kondisi sosial masyarakat saat itu. beberapa relief juga menggambarkan tentang pemujaan terhadap Raja dan Tuhan dengan berbagai gaya dan simbolisasi. 

Hal ini membuktikan bahwa narasi visual seperti komik sebenarnya bukan merupakan hal baru dalam khasanah kebudayaan Indonesia.

Komik di Indonesia mulai muncul tahun 1930-an pada zaman penjajahan. Pada saat itu komik di Indonesia dapat dilihat pada beberapa media Belanda seperti De Java Bode dan D’orient. Komik yang dibuat oleh Kho Wan Gie juga telah terbit secara rutin pada surat kabar Sin Po pada tahun 1931. 

Sejarah pertumbuhan Komik Asli Indonesia dimulai pada awal Perang Dunia 1, yaitu pada saat dipublikasikannya cerita bergambar karya Nasroen A.S dengan judul Mentjari Poetri Hijaoe di Harian Ratoe Timoer, Solo, pada tahun 1939 (Marcel Bonneff). 

Pada 19 Desember 1948, Harian Kedaulatan Rakyat, Yogyakarta, memuat sebuah komik karya Abdulsalam yang berjudul Kisah Pendudukan Jogja. Komik inilah yang tercatat sebagai komik yang telah dibukukan pertama di Indonesia pada tahun 1952. 

Namun sayangnya komik Indonesia mulai tertutup oleh komik-komik buatan Amerika setelah itu.

Pada era 60 hingga 70-an mulai muncul komik bertema persilatan seperti Si Buta dari Gua Hantu, Siluman Serigala Putih, Mahabharata, Majapahit dan lain sebagainya. Pada saat inilah dapat dibilang merupakan masa keemasan dunia komik di Indonesia. 

Komikus Indonesia dapat mengeksplorai gayanya masing-masing dan terbebas dari kekangan saat memasuki era 90 hingga 2000 karena adanya kebebasan informasi dan teknologi internet di Indonesia yang sudah menyebar. 

Sayangnya komikus Indonesia masih belum bisa memanfaatkan dengan baik keadaan tersebut. Akhirnya pamor komik Indonesia yang meredup, komik Indonesia harus menghadapi dominasi komik Jepang yang mendunia. Berbagai karakter dari ciri khas budaya Indonesia diterjemahkan terhadap gaya Manga Jepang yang popular.

Sejak tahun 1990-an, Manga mulai menarik perhatian penggemar di Indonesia dengan manga seperti Candy Candy, Doraemon, Dragon Ball, Kungfu Boy dan lain sebagainya. Elex Media Komputindo yang merupakan penerbit terbesar di Indonesia yang mulai menerbitkan manga sejak tahun 1991. 

Kepopuleran  manga di Indonesia juga diikuti oleh negara-negara Asia lain seperti Hongkong, Taiwan, Malaysia dan Korea. Selain di Asia, manga juga merabah hingga pasar Amerika Serikat.

Dunia komik di Indonesia masih dapat dibilang di kuasai oleh manga, budaya Jepang tersebut sangat berkembang cepat di berbagai belahan dunia. Komikus ataupun para remaja di Indonesia dalam hal pembuatan karakter komik masih terpengaruh oleh gaya manga. 

Padahal gaya desain karakter komik di Indonesi sangatlah banyak dan tidak kalah dengan desain luar. Contohnya seperti Gundala Putra Petir (1969), Kalong (1972), Sembrani (1974), dan lain sebagainya. 

Gaya desain tersebut pada zaman itu sudah cukup bagus. Tetapi  seiring dengan perkembangan zaman itu pula yang membuat manga semakin menyebar luas dan sangat berpengaruh dan laku di berbagai negara di Asia. Terutama di Indonesia, manga sangatlah berkembang dengan cepat di kalangan anak-anak maupun orang dewasa.

Pada perkembangan komik Indonesia masih kurang dalam memberikan perhatian pada desain karakternya. Desain karakter masih identik dengan terpengaruh oleh gaya Manga ataupun desain luar. Suatu karakter harus dapat mencakup aspek menyeluruh seperti visual, simbol, psikologis atau lain sebagainya. 

Minimnya perhatian terhadap desain karakter komik Indonesia dipengaruhi oleh produk impor yang memberi pengaruh luar biasa tinggi salah satunya adalah manga yang tidak hanya berpengaruh terhadap para pembaca melainkan kepada kreator komik di Indonesia. 

Desain komik di Indonesia saat ini masih banyak sekali ditemukan tema-tema lokal yang didominasi dalam gaya Manga. Oleh sebab itu gaya desain karakter komik Indonesia-pun kebanyakan lebih menonjol terhadap gaya desain manga.

Gaya manga ini sangatlah mendominasi kalangan remaja ataupun komikus di Indonesia. Sifat ataupun karakter masyarakat di Indonesia yang masih cenderung terpengaruh oleh gaya ataupun kebudayaan luar lah yang menyebabkan gaya desain komikus ataupun remaja di Indonesia dalam pembuatan komik masih terpengaruh oleh manga. 

Oleh karena itu seharusnya komikus ataupun remaja di Indonesia harus bisa melestarikan kebudayaan yang ada di Indonesia, karena budaya di Indonesia yang beraneka ragam masih sangat patut dibanggakan. Lestarikan budaya Indonesia yang beraneka ragam.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun