Mohon tunggu...
Elisabet Olimphia Selsyi
Elisabet Olimphia Selsyi Mohon Tunggu... Administrasi - well organized and visioner.

Beri aku sebuah media citizen jounalism, niscaya akan kuguncangkan jagat media. S.I.Kom UAJY.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Pemecahan Masalah? Tentukan Dulu Perspektif yang Sesuai Untuk Menuju Pembangunan Berkelanjutan

6 Juni 2016   21:11 Diperbarui: 6 Juni 2016   21:26 324
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Menelaah Perspektif Melalui Kasus Konkret

Berdasarkan perbedaan yang ditekankan pada masing-masing pendekatan tersebut, MNP menyimpulkan bahwa pembuat kebijakan terjebak antara dua peran; sebagai instrumental (tujuan: perubahan perilaku) atau emansipatoris (tujuan: pembangunan manusia). Karena itu, mereka menyarankan adanya penelitian lanjutan dalam rangka mengklasifikasikan pendekatan EE, mana yang menjurus ke instrumental, emansipatoris, maupun gabungan keduanya. Penelitian lanjutan dilakukan dengan metodologi studi kasus yang memungkinkan kita untuk belajar dari contoh kompleks melalui deskripsi dan analisis kontekstual.

Kampanye Adopsi Ayam merupakan salah satu kasus dari kebijakan lingkungan yang benar-benar instrumental. Kampanye ditujukan untuk meningkatkan kesadaran dan dukungan masyarakat terhadap pertanian unggas organik dengan jalan mengadopsi ayam. Sebagai imbalannya, pengadopsi akan menerima token telur yang didapat dari perdagangan eco-eggs di toko organik. Mereka juga diberikan akses menggunakan website yang informatif dan menghibur, juga dapat membawa serta keluarga mereka berkunjung ke pertanian organik. Terbukti data (dalam Wals & Eijff, 2008, hal. 60) pada tahun 2003 lebih dari 75.000 warga Belanda mengadopsi ayam, mau memasuki toko makanan organik, dan konsumsi makanan organik di Belanda naik 10% pada tahun 2010. Ini merupakan siasat agar masyarakat mau mengunjungi toko makanan organik hingga akhirnya tujuan pemerintah untuk meningkatkan pangsa pasar konsumsi makanan organik dapat terwujud.

Lain kasus dengan proyek Penciptaan Daerah Kota yang Berkelanjutan yang dilakukan di kota Rotterdam dan The Hague. Dengan menggunakan pendekatan yang lebih emansipatoris, proyek tersebut bertujuan untuk mencapai keberlanjutan yang lebih besar dan meningkatkan kualitas hidup di daerah perkotaan. Cara yang dilakukan adalah dengan konsultasi pada masyarakat dan pemangku kepentingan. Motto mereka adalah live-ability, harapannya berbagai kegiatan yang mendukung keberlanjutan daerah dapat terus dikembangkan, diimplementasikan, dan ditindaklanjuti. Kesuksesan proyek memang sangat bergantung pada persepsi, gaya hidup, dan kepentingan warganya hingga mereka bersedia ambil peran. Oleh karena itu, pendekatan ini sangat menekankan pada penciptaan kepercayaan, transparansi, dan janji hasil jangka pendek oleh aktor komunikasi.

Kasus konkret yang menggabungkan kedua pendekatan, baik untuk mengubah perilaku maupun pembangunan manusia, yakni yang terjadi pada asosiasi Den Haneker dan cerita tentang Heuvelrug Region. Asosiasi Den Haneker melalui pendidikan lingkungan berusaha mengatur kursus, situs web, penawaran brosur, video, majalah, buku, dan kursus dengan tujuan konservasi dan pengelolaan pemandangan alam di daerah pertanian. Asosiasi Den Haneker pun sukses memengaruhi keputusan perencanaan penggunaan lahan pedesaan karena didukung oleh masyarakat yang proaktif, menarik perhatian masyarakat sipil, kelompok petani, dan komunitas bisnis, dukungan dari para anggota asosiasi, dan anggotanya yang dikuatkan dengan bekal informasi yang dimiliki.

Sama halnya dengan proyek Heuvelrug Region yang ingin membangun jembatan layang yang menghubungkan wilayah berbukit di Utrechtse Heuvelrug, Belanda. Dalam melakukan de-fragmentasi (keterhubungan wilayah) dibutuhkan kesadaran, kolaborasi, dan dukungan dari berbagai pihak, dari relawan, pejabat administrasi, pelajar, hingga pengunjung rekreasi Utrechtse Heuvelrug. Proyek ini juga melakukan kursus, kunjungan lapangan, materi pendidikan, booklet, dan simposium. Pemerintah lokal dan regional (struktur) dan relawan (aktor) juga aktif menjelaskan pentingnya de-fragmentasi untuk konservasi alam. Intinya, kedua kasus tersebut menunjukkan adanya upaya dilakukan dari dua arah, aktor dan struktur. Selain itu, adanya implementasi pendidikan, partisipasi, dan aktivitas komunikasi dalam dua kasus tersebut.

Penelitian Lanjutan Menjawab Tiga Aspek Pendidikan Lingkungan

Pembuat kebijakan pendidikan lingkungan memang terjebak dalam peran ganda, namun masing-masing perspektif telah memberikan kontribusi yang berarti. Dua pendekatan yang ekstrem−instrumental dan emansipatoris−dapat memperkuat masing-masing makna. Pendekatan instrumental membantu meningkatkan pengetahuan tentang kesadaran akan suatu kasus, terkhusus masalah ekologi. Sedangkan pendekatan emansipatoris bertujuan untuk perubahan jangka panjang yang berhubungan dengan pentingnya dukungan publik, keterikatan, dan keterlibatan (Wals & Eijff, 2008, hal. 61). Suatu masalah dapat terselesaikan dengan pendekatan yang sesuai, sehingga tujuan untuk mencapai dunia yang berkelanjutan dapat terealisasi dengan efektif. Oleh karena itu, mengenali pendekatan yang ada adalah baik sebelum kita mengupas suatu masalah.

Menyoal mengenai kompetensi dan efektivitas pembuat kebijakan, bagaimanapun pendekatan instrumental dan emansipatoris dapat memperkuat satu sama lain dilihat dari perspektif kebijakan. Namun, keduanya mungkin bertentangan bila dilihat dari perspektif pendidikan (Wals & Eijff, 2008, hal. 62). Dalam hal ini perlu dipertimbangkan mengenai otoritas pemerintah dan tantangan perubahannya−misalnya perubahan apa yang sejatinya kita inginkan. Dalam menentukan pendekatan mana yang tepat, perlu dipertimbangkan yang paling cocok dengan strategi pengawasan (monitoring) dan evaluasi (evaluation) atau yang dikenal dengan strategi M&E. Dan, strategi M&E ini dirasa paling sesuai dengan pendekatan emansipatoris.

Pertanyaan mengenai peran pengetahuan itu sendiri telah dijawab (Wals & Eijff, 2008, hal. 64), pada pendekatan instrumental jelas pengetahuan bukan satu-satunya faktor yang memengaruhi peningkatan kesadaran dan proses perubahan perilaku, tetapi itu tetap dianggap penting. Pendekatan instrumental mendekati fokus pengetahuan terletak pada transfer yang eksplisit dan relatif tak terbantahkan. Sedangkan pada pendekatan emansipatoris, peran pengetahuan adalah sebagai fasilitator dilaksanakannya penyebarluasan pengetahuan secara implisit, dapat memunculkan pengetahuan baru, dan dapat menyepakati makna bersama. Peran pengetahuan memang lebih kentara pada pendekatan emansipatoris. Biar bagaimanapun, pengetahuan tetap membantu pencapaian fokus tujuan masing-masing pendekatan−perubahan perilaku maupun pembangunan manusia.

Daftar Pustaka:

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun