Mohon tunggu...
Elis Nvs
Elis Nvs Mohon Tunggu... lainnya -

Penulis Lepas

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Bidikan Psikologis Jelang UN 2013

14 April 2013   13:03 Diperbarui: 24 Juni 2015   15:12 691
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

BIDIKAN PSIKOLOGIS JELANG UN 2013

Seperti yang kita ketahui bersama, beberapa pekan terakhir ini instrumen pendidikan kita disibukkan dengan berbagai macam bentuk persiapan menjelang Ujian Nasional, mulai dari penambahan jadwal pemantapan belajar sampai penyelenggaraan acara doa bersama. Sensasi Ujian Nasional tidak hanya berimbas pada kalangan siswa saja, yang secara jelas diposisikan sebagai pelaksana dari ujian tersebut. Akan tetapi sensasi itupun dirasakan pula oleh kalangan guru dan orang tua yang turut tegang menjelang perhelatan akbar ini dimulai.

Tepatnya 15 April 2013 nanti, Ujian Nasional untuk jenjang sekolah menengah atas akan dilaksanakan. Hampir semua sekolah tidak menyia-nyiakan kesempatan untuk memantapkan persiapan siswa-siswinya, semisal pelatihan soal yang biasanya dikenal dengan istilah try out dan sejenisnya. Berbagai bentuk soal diberikan dan dibahas agar siswa tidak bingung mengerjakan soal dengan tipe yang sama di ujian kelak. Bahkan upaya mencari kisi-kisi soal ujian pun gencar dilakukan oleh segenap guru yang mengampu mata pelajaran terkait. Tak jarang pula pembahasan soal Ujian Nasional tahun-tahun sebelumnya menjadi salah satu strategi untuk memprediksi jenis soal yang kiranya keluar saat ujian nanti.

Di tengah-tengah kesibukan siswa mempersiapkan seperangkat pengetahuannya yang akan menjadi senjata utama saat berlaga di medan Ujian Nasional nanti, ada satu hal yang sangat penting pula, yakni sisi psikologis siswa itu sendiri. Ketika segala macam pembekalan yang bersifat akademis dibenturkan dengan kesiapan psikis siswa, maka hal tersebut sejatinya bisa saling melengkapi dan mendukung jika dikondisikan secara bijak.

Bentuk kecemasan, ketakutan, ketegangan, bahkan kekhawatiran pun kerap kali menghampiri siswa menjelang ujian. Jika dibiarkan hal tersebut mengarah pada satu ritual dramatisasi suatu keadaan, yang pada dasarnya bisa dihadapi dengan sikap positif dan penuh optimisme. Meski ada sebagian siswa yang memantapkan pembekalan dirinya dengan ikut bimbingan belajar di luar jam sekolah, hal tersebut pasalnya tidak bisa mengelabui kondisi mental mereka yang senantiasa mendapat semacam tekanan, sehingga muncul kekhawatiran dan kecemasan serupa.

Bentuk Dramatisasi

Penyelenggaraan Ujian Nasional kerap kali membuat kalang kabut pihak sekolah. Standar kelulusan yang disentralisasikan menuntut setiap sekolah untuk bisa mencapai apa yang sudah ditentukan oleh pemerintah. Sejalan dengan itu pulalah, reputasi sekolah pun dipertaruhkan. Praktik-praktik bias tidak jarang ditempuh mereka untuk menjaga citra sekolah itu sendiri. Jika demikian faktanya, maka satu pertanyaan yang muncul adalah bukankah dengan terjadinya berbagai praktik semacam itu menandakan sudah tereduksinya esensi dari makna pendidikan itu sendiri?

Di dalam Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003 pendidikan dijelaskan sebagai usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Itulah tujuan dari pendidikan di Indonesia. Sayangnya, hal tersebut hanya akan menjadi rumusan saja jika pada realitasnya nilai dan esensi pendidikan di mata siswa hanya sebatas menuntaskan jenjang pendidikannya dengan standar nilai yang sudah ditentukan dalam kurun waktu sekian hari. Setelah itu, kelulusan tersebut didokumentasikan pada selembar ijazah sebagai tanda kelulusan siswa selama mengenyam pendidikan di bangku sekolah. Dan pada akhirnya tujuan pendidikan yang mengarah pada pengembangan potensi siswa yang berkekuatan spiritual dan sebagainya tampak menjadi samar dan hambar.

Hal di atas dipertegas dengan fenomena ketatnya pengaruh Ujian Nasional terhadap aspek psikologis siswa. Menjelang dilaksanakannya Ujian Nasional, seolah-olah otak siswa dibengkakan dengan pemadatan agenda akademik sebagai salah satu cara pembekalan intensif. Tidak jarang sisi kesehatan mereka pun terganggu bahkan tumbang menghadapi hal tersebut. Sebegitu dramatiskah wajah Ujian Nasional dalam panggung pendidikan kita?

Kita tentunya sangat berharap jangan sampai para siswa gugur sebelum berperang. Artinya bahwa mereka jangan sampai dipenjara oleh pemikiran-pemikiran dan kondisi mental yang destruktif, semisal tingkat kecemasan yang tidak terkendali. Selama seratus dua puluh menit mereka dituntut untuk bisa menaklukan puluhan soal di atas meja. Bersamaan dengan itu pula, masa depan kelulusan mereka pun dipertaruhkan. Skenario semacam inilah yang sebenarnya menjadi satu hal yang menegangkan bagi siswa. Bidikan secara psikologis pun menjadi tantangan berat yang tidak kalah sulitnya dengan sepaket soal yang harus mereka kerjakan.

Meski Ujian Nasional lebih sering dipandang sebagai satu agenda pendidikan kita yang menuai ketegangan juga kecemasan secara psikologis, namun kita tidak bisa angkat tangan (menyerah) begitu saja. Tiga hal pokok yang sebenarnya perlu dipersiapkan oleh siswa menjelang Ujian Nasional, yaitu kesiapan secara mental, kesiapan secara akademik, dan kesiapan secara instrumental. Ketiga komponen ini pada dasarnya harus saling mendukung dan melengkapi. Rasa optimis yang ditanamkan pada diri siswa harus tetap dijaga. Bukankah bersama kesulitan pasti ada kemudahan? Doa dan usaha optimal adalah kunci utama menaklukan semua tantangan, tidak terkecuali Ujian Nasional. Pikiran jernih, Ujian Nasional pun bersih.


(Elis Nvs/Penulis Lepas. Dimuat di Harian Inilah Koran edisi Sabtu, 13 April 2013)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun