Mohon tunggu...
Elin Moevid
Elin Moevid Mohon Tunggu... Freelancer - Freelance Translator

reviewing parenting and children books in a bookstagram @bukubibi

Selanjutnya

Tutup

Hukum Artikel Utama

#JusticeForAudrey Itu Harusnya Tak Cuma Petisi, tapi Evaluasi

10 April 2019   00:08 Diperbarui: 11 April 2019   21:51 873
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi kekerasan terhadap perempuan. (KOMPAS/TOTO SIHONO)

Mirip sinetron atau cuplikan adegan bullying film luar negeri seperti itulah. Sayangnya ini nyata, ulah anak bangsa, dan korban masih merasakan trauma. Apakah sekumpulan bocah ingusan ini menganggap hidup hanyalah drama? Atau mereka telah terbiasa melihat adegan ini di tempat lain hingga berani melakukannya? Dan akankah berhenti di sini karena viralnya amarah warganet, atau malah mengundang inspirasi dari rekan sejawat? Atau jangan-jangan ini hanyalah sepotong potret kenakalan remaja masa kini?

Remaja dan Pergaulannya

Saat mengetahui berita ini pun saya marah, sama meledaknya dengan sebagian besar warganet. Tapi apakah sampai di situ yang bisa dilakukan?

Memberikan edukasi sekaligus menjadi teman yang baik bagi remaja adalah PR yang sulit bagi orang tua. Apalagi bagi orang tua yang juga membagi waktunya untuk mencari nafkah. Berharap dengan bersekolah, si anak mampu mempelajari norma sosial yang ada dan membekali diri dengan ilmu untuk masa depan. Sayangnya, hal negatif pun bisa muncul di sekolah. Salah satunya melalui pergaulan dengan cara yang salah.

Dalam kasus ini, korban dianiaya karena dipicu dari obrolan WhatsApp terkait laki-laki yang menjadi pacar salah seorang pelaku, sekaligus mantan dari kakak korban. Secara logika, yang bermasalah tentu si mantan, sang lelaki, dan pacar. 

Namun anehnya, pelaku melibatkan 12 orang siswi SMA. Mungkin atas dasar solidaritas, para pelaku lain ikut berkontribusi. Namun tentu saja, solidaritas dan tipe pergaulan macam geng wanita super inilah yang salah. 

Menekankan arti pertemanan dan pentingnya memilih lingkungan pergaulan bukan perkara mudah untuk disampaikan, apalagi pada remaja yang mulai merasa dirinya ingin diakui. Dan hal ini bukan serta merta dilakukan dengan metode ceramah sekali dua kali, namun dengan metode pendekatan antara orang tua kepada anaknya. 

Mengenali Emosi Remaja 

Hal lain yang mengerikan dari kasus ini adalah bagaimana cara pelaku melampiaskan kekesalannya. Sekali lagi kasus ini tentunya seputar si mantan, sang lelaki, dan pacar. Namun bisa berujung pada korban, yang notabene adik sepupu si mantan. Lah, dianya aja ngga ikut macarin, kok dipukuli? Dari media dikabarkan motif pelaku adalah untuk memancing si mantan keluar dari rumahnya. 

Kisah Audrey yang dibagikan via twitter @tiara_nazilia
Kisah Audrey yang dibagikan via twitter @tiara_nazilia

Memancing si mantan keluar dari rumahnya dengan menganiaya adiknya? Masuk akal? Kalau saya jadi pacar, mending teriak-teriak saja di depan rumah si mantan. Selesai perkara. Namun mereka memilih menganiaya orang lain. Hal brutal seperti ini, kalau tidak ada pemicunya, jelas tidak mungkin. Pasti ada salah seorang diantara 12 siswi itu yang menjadi biang. Atau mungkin ada contoh yang pernah dilihat salah satu pelaku lalu berkembanglah menjadi skenario sadis. Ngeri ya?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hukum Selengkapnya
Lihat Hukum Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun