Santernya kabar mewartakan siswa keracunan Makan Bergizi Gratis (MBG) membuktikan ini bukan hoaks. Buntutnya hari ini, sarapan nasi urap yang dibuat istriku urung kuhabiskan, raib seleraku.
Padahal rasa pedas dengan sensasi kencurnya pas di lidah. Apalagi topping lauknya ikan asin, tahu-tempe bacem, dan rempeyek teri yang renyah kesukaanku. Aku lebih memilih sruput kopi lahang, seduhan kopi Lampung dengan nira, air sadapan pohon aren, buat menenangkan hati.
Presiden Prabowo berharap program makan siang gratis yang ia gagas ini dapat meningkatkan gizi dan kesehatan masyarakat. Targetnya anak-anak sekolah, ibu hamil, ibu menyusui, mengatasi stunting dan menggerakkan ekonomi lokal.
Dikutip dari banyak sumber, MBG pada anak-anak sekolah belum berjalan optimal. Tubaba contohnya, di kabupaten ini masih ada sekolahan yang belum menerima manfaat.
Tapi MBG sudah menuai sorotan, insiden siswa keracunan merebak di sejumlah daerah. Publik juga menyoal kandungan gizi dari menu yang dipersiapkan SPPG (Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi).
Tercatat pada 6 Januari - 31 Juli 2025 ada 24 kasus dari 2.391 SPPG, dan pada 1 Agustus hingga 27 September 2025 terdapat 47 kasus dari 7.244 SPPG.
Uraiannya, wilayah terdampak dalam KLB ini adalah Sumatera: 9 kasus (1.307 korban). Jawa: 41 kasus (3.610 korban). Kalimantan, Sulawesi, Maluku, Papua, Bali, NTT: 20 kasus (997 korban).
Sruput kopi dulu luuur, kemarin muncul berita Kepala Badan Gizi Nasional (BGN), Dadan Hindayana mengaku dipanggil istana. Sakit kepala rupanya presiden kita tahu kasus-kasus keracunan lalu lalang di medsos diunggah netizen.
Prabowo minta perbaikan pelayanan, instruksinya, setiap SPPG harus dilengkapi koki terlatih, rapid test makanan, sterilisasi food tray, filter air, dan CCTV yang terhubung ke pusat.
Ada yang bikin geli, sebelumnya, gegara tanya soal MBG ke Prabowo ID pers milik jurnalis CNN Indonesia, Diana Valensia dicabut BPMI Sekretariat Presiden. Sontak Dewan Pers dan Ikatan Jurnalis Televisi Indonesia (IJTI) pun bereaksi.
BGN merilis, terdapat 9.615 unit SPPG yang telah melayani sekitar 31 juta penerima manfaat. KLB keracunan sejak Januari-September 2025 dilaporkan ada 70 kasus dengan total 5.914 penerima terdampak.
Laboratorium kesehatan mengungkap, dari sampel MBG yang diduga terkontaminasi terdeteksi adanya jenis bakteri E. coli, Satphyloccus aureus, Salmonella, Bacillus cereus, Coliform, Klebsiella, Proteus.
Prof Tjandra Yoga Aditama, mantan Direktur Penyakit Menular WHO Asia Tenggara, menerangkan bahwa bakteri Salmonella pada makanan ditemukan pada makanan tinggi protein seperti daging, unggas, dan telur.
Prof Tjandra menjelaskan, penyimpanan nasi yang tidak tepat juga memicu Bacillus cereus. Keracunan juga bisa akibat kontaminasi bahan kimia pada makanan. Hal ini mengingatkan kita bahwa penggunaan perabot dapur berbahan logam maupun plastik yang salah juga berbahaya buat kesehatan.
Dadan Hindayana berkilah, keracunan terjadi di SPPG yang baru beroperasi karena SDM belum pengalaman. Sementara Wakil Kepala BGN, Nanik S. Deyang, menegaskan BGN bertanggung jawab penuh dan berjanji untuk berbenah agar kejadian serupa tidak terulang.
Penulis sepakat dengan wakil kepala BGN, terlepas pro kontra MBG harus diteruskan, tetapi dengan sejumlah catatan harus ada pembenahan. Terutama sisi pengawasan.
BGN harus membuka diri, selain SDM masih baru (minim pengalaman), kualitas bahan baku dan air juga dipertanyakan. Termasuk temuan adanya pelanggaran SOP.
Baru satu target sasaran, yaitu anak-anak sekolah saja, sudah memunculkan banyak problema. Lantas bagaimana jika program sudah mulai menyasar ke ibu hamil dan ibu menyusui?
Fungsi pengawasan juga harus mendapat prioritas. Misal, bagaimana jika dugaan dapur MBG yang dikelola legislator, atau keluarga dekat penguasa itu benar adanya?
Jika pengawasan eksternal tidak kuat dikhawatirkan target program MBG ini termutilasi. Artinya sasaran meningkatkan gizi dan kesehatan masyarakat juga teranulir.
Pesan khusus kepada Presiden Prabowo, "Satu korban sudah terlalu banyak!" Tabik. ** (ES.007)
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI