Mohon tunggu...
eli laraswati
eli laraswati Mohon Tunggu... lainnya -

seorang

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Jika Ada Rainkarnasi, Aku Tetap Memilih Jadi Anakmu Ayah

20 Februari 2016   20:58 Diperbarui: 20 Februari 2016   21:09 137
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Fiksiana. Sumber ilustrasi: PEXELS/Dzenina Lukac

Ayahku aku sudah merindukannya saat kehidupan mulai berdenyut padaku . Tuhan sudah takdirkan aku menjadi anaknya apa hendak dikata aku dan ayahku tak bisa memilih siapa yang menjadi anaknya siapa yang menjadi ayahku.

Kehidupan tak memberikan yasng terbaik buatku tapi kehidupan melimpahkan karunia yang begitu banyak pada ayah, istri yang cantik dan muda anak-anak yang sehat  dan baik . Tuhan seperti selalu berpihak padanya

Tapi sayang kebersamaanku dengannya tidaklah panjang kalau tak ingin dibilang kosong sama sekali  .  Tapi aku tak menyesalinya sama sekali bahkan tak ingin melupakannya kenangan itu mungkin jika diingat tak akan melebihi dari hitungan jariku, tapi itu sangat berarti kenangan sedikit itu mampu membuat pandangan hidupku bahkan merupakan suatu bekal berharga dalam menjalani hidup.

Akal kecerdikan ,kerja keras, kata ayah kemalasan adalah suatu dosa besar karena kemalasan, Tuhan tak akan memberimu apa-apa kecuali kemiskinan dan penyakit .

Ayah bilang perempuan haruslah tangguh dan pintar tahan dari semua rasa sakit karena kelak akan melahirkan yang tak akan pernah kau bayangkan sakitnya. Aku selalu merindukannya saat aku mengingat semua yang pernah kujalani bersamanya.

Tahukah kau, andai saja aku menjalani kehidupan bersamu ayah, pastilah hidupku akan riang gembira,dimana ada ayah yang akan mengantarkan langkahku menuju masa kemandirianku  akan ada jawaban disaat kegamangan datang padaku.


Tapi  iblis telah merebut kau dari sisi kami sehingga kami kehilanganmu sejak itu kami tak lagi memiliki tiang pegangan jalanku semakin hari semakin tak setabil tak ada lagi yang memberiku tawa , tak ada lagi yang memberiku semangat dan pujian agar aku mantap melangkah tanpa rasa takut, iblis merebutmu dari sisi kami dengan begitu jahat hingga kau tak mampu lagi melihat kami dengan jelas matmu telah tertutup katatrak yang begitu tebal dan aku selalu berharap katarak itu mampu diangkat hingga kau ampu melihat kami dengan jelas kembali.

Tahukah kau ayah  aku menuju masa pertumbuhanku dengan sangat oleng , tak ada yang memberiku tawa tak ada yang memberiku semangat , tak ada yang memujiku ketika aku bisa melakukan hal-hal yang baik , Dan kau pun tak bisa melihat bahwa aku sesungguhnya memiki hal yang sama seperti dirimu.

Mereka bilang aku adalah sosok keras kepala yang tak bisa diatur, berani melawan siapa saja, mereka tak tahu bahwa aku melakukan itu karena aku mempertahankan diriku karena aku tak mau kehilangan diriku sendiri, diriku yang seharusnya punya hak akan kehidupanku jika aku tak memiliki kekerasan kepala sepertimu kapankah aku akan mendapatkan yang kuinginkan? Kapankah aku menjadi diriku sendiri? Kapankah aku akan manghargai kehidupan yang diberikan Tuhan padaku? Jika aku hanya menjadi orang yang penurut ? dan hanya menjadi seorang bermental budak. Lalu siapakah aku?

Percayalah aku tak pernah menyesal jadi anakmu sekeras apapun orang membicarakan dirimu, seburuk apapun mereka menghujatmu tapi kau tetaplah ayahku yang sesungguhnya memiliki keteguhan hati yang kuat .ketika kau berpaling dari ibu itulah kesalahanmu yang terbesar dan kaupun memalingkan wajahmu dari anak-anakmu , suatu dosakah itu atau  sebuah kelalaian ?

Yang pasti ada do’a untukmu , semoga Tuhan tak menjadikan kesalahanmu sebagai dosa yang menjasi hak Tuhan untuk menghukumu semoga dosa yang ada padamu menjadi ampunan  sebagai bukti bahwa sesungguhnya Tuhan memang maha pengampun karena kau adalah manusia bukan keturunan iblis maka  aku mohon pada Tuhan untuk mengembalikan mu pada kesadaran walau itu baru ada diujung nafasmu yang terakhir .

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun