Yang namanya mitos jelas bukanlah fakta. Dan yang namanya fakta harus didukung oleh data dari sumber kredibel. Bukan dari situs atau orang tidak jelas macam Raden Nuh, atau VOAI, Arrahmah, chirpstorynya triomacan2000, notes Facebook, blog (termasuk Kompasiana), dsb. Dan ini termasuk salah satu mitos dalam pemilu kali ini, bahwa semua media sudah disetir untuk mendukung capres tertentu dan mendiskreditkan Prabowo. Padahal, media yang membahas keburukan Prabowo sangat banyak dan bukan hanya dari Indonesia. Bahkan juga termasuk berbagai buku sejarah. Oalah, mau bilang apa? Dan seandainya, seumpama memang semua itu disetir oleh pihak yang tidak suka Prabowo, Anda lalu lebih memilih sumber dari media abal-abal? Jangan-jangan kalau rekening listrik Anda naik, lalu Anda menuduh PLN disetir oleh pihak tertentu untuk merugikan Anda karena Anda mendukung Prabowo? Baeklah, inilah beberapa mitos tentang Prabowo yang sering sekali saya dengar belakangan ini.
Mitos 1: Prabowo ditakuti Amerika.
Fakta: Prabowo tidak disukai Amerika. Ia bahkan dilarang masuk ke Amerika karena dianggap sebagai orang yang tidak disukai (persona non grata). Tidak disukai jelas beda dengan ditakuti. Anda tidak suka Olga Syahputra, misalnya. Atau benci acara YKS. Apakah itu artinya, Anda takut dengan Olga atau takut nonton acara YKS karena acara itu mengancam Anda? Status persona non grata ini diakui sendiri oleh Prabowo sehingga ia malah menyamakan diri dengan Nelson Mandela yang juga sempat mendapatkan status seperti itu. Padahal, jelas beda sekali. Nelson Mandela dianggap "teroris" oleh pemerintahnya (dan dunia Barat). Sementara Prabowo menikmati status sebagai menantu presiden, selalu hidup kaya raya, dan setelah dipecat bebas melenggang ke Yordania saat Indonesia rusuh dan kembali bahkan nyapres saat merasa sebagian rakyat Indonesia sudah lupa dosa-dosanya.
Sumber: http://www.tempo.co/read/news/2013/09/23/078515717/Prabowo-Samakan-Dirinya-dengan-Mandela
Mitos 2: Prabowo anti asing, mendukung ekonomi pro rakyat.
Fakta: Prabowo adalah anak dari Sumitro Djojohadikusumo yang dijuluki Orba sebagai begawan ekonomi. Sumitro ini adalah gurunya ekonom-ekonom pembangun sistem ekonomi Orba yang dikenal sebagai Mafia Berkeley. Merekalah peletak sistem kapitalisme dan neoliberalisme di Indonesia. Anda boleh berkata, itu kan bapaknya? Tapi, di lain kesempatan Prabowo mengakui sendiri kalo ia mendukung Westernisasi, ia mengidolakan Barat, ia pun alumnus sekolah militer di Amerika seperti SBY.
Sumber: http://id.wikipedia.org/wiki/Mafia_Berkeley, http://www.merdeka.com/uang/deretan-menteri-keuangan-muda-dalam-sejarah-indonesia/soemitro-djojohadikusumo.html, http://www.tempo.co/read/news/2013/10/26/078524825/Prabowo-Mengaku-Berkiblat-ke-Barat
Mitos 3: Prabowo tegas, diperlukan oleh bangsa Indonesia
Fakta: Akibat ketidakpuasan pada SBY yang meski militer tapi berkarakter cenderung lembek, maka sebagian orang menganggap Prabowo adalah jawaban dari kelemahan SBY. Bahkan sebagian, saking kalapnya (saya sebut demikian) juga memuji-muji pemimpin macam Suharto dan Sukarno karena dianggap tegas, pokoknya beda dengan SBY. Tegas, tegas, dan tegas. Sungguh menyedihkan jika karakter temperamen tinggi, tangan besi, bahkan memaksakan kehendak disamakan dengan tegas. Pemimpin perlu tegas. Tapi, tegas bagi mereka disamakan dengan keras. Pertanyaannya, jika orang-orang tegas macam John Key, Hercules, Tommy Winata, Munarman, juga nyapres, apakah para sadomasokis perindu ketegasan itu juga akan memilihnya? Bukankah "ketegasan" mereka tidak kalah, bahkan mungkin lebih dari Prabowo? Mohon maaf, tapi saya rasa orang yang rindu mendapat kekerasan hanyalah orang-orang yang merendahkan dirinya sendiri. Seolah mereka tidak akan bisa diatur jika tanpa digebug. Ataukah mereka berharap kebencian mereka akan kelompok tertentu dapat dilampiaskan melalui tangan pemimpin keras itu? Tegas tidak selalu keras. Tegas adalah sikap yang pasti, jelas, dan terang. Jika Prabowo tegas, tentunya ia akan menjelaskan tudingan pelanggaran HAM yang selama ini selalu membayanginya kan? Bukannya berlindung di balik pendukungnya saja.
Sumber: http://kbbi.web.id/tegas
Mitos 4: Prabowo belum terbukti menculik, kalaupun ia menculik, ia hanya menjalankan perintah atasan.