Mohon tunggu...
Elfryanty Novita
Elfryanty Novita Mohon Tunggu... Pegawai BPS Kota Sorong

Suka dengan segala hal berbau analisis data, volunteering, Trainings, Projects, Reading Economics News. Di waktu luang suka mengecek kondisi ekonomi dan pasar saham. Penggemar K-Drama dan slogan hidup adalah" Be good for yoursef before you treat others nicely"

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Misteri Rumah Tangga

21 Juli 2025   09:00 Diperbarui: 21 Juli 2025   06:00 78
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

            Aku menggangguk lalu mohon pamit. Namun baru beberapa langkah aku berbalik lagi. Tadi Bunda berpesan kalau ada undangan rapat kompleks di rumah. Aku pun menuju belakang. "Maaf, Dek. Kakak lupa pesan dari Ayah Kakak. Tolong ..."

            Aku tiba-tiba membeku. Tak ada seorang pun di sana. Anak perempuan yang tadi berbicara denganku pun tak tampak sosoknya. Aku berusaha berpikir. Tadi rasanya aku tak mendengar suara pintu dibuka. Aku dan Rafa kan baru menjauh beberapa langkah. Seharusnya suara derit pintu masih terdengar. Lalu kulihat kardus, namun isinya kosong. Samar-samar terdengar rintihan pelan, ditingkahi suara lolongan yang terdengar sedih. Aku yakin itu.

            Ketakutan menguasaiku. Aku pun berlari tergesa-gesa. Sempat kutangkap raut keheranan Rafa.

            "Kenap..."

            "Ayo, cepat ke luar, Raf."Aku menarik tangan Rafa. Keringat dingin membanjiri wajahku. Aku berusaha tak mengingat apa pun.

            Sejak itu, meski otakku terus bertanya-tanya siapa sosok anak perempuan itu, aku berusaha tak memikirkannya. Meski aku sering berpapasan dengan Bapak tua itu setiap ke luar rumah, aku hanya mengangguk sopan dan cepat-cepat menghindarinya. Aku masih ketakutan dengan tatapan Bapak itu yang penuh horor. Istrinya juga nyaris tak pernah ke luar. Sekalinya ke luar, kami malah bertemu. Dia terus memandangiku hingga aku merasa takut sendiri. Entah mengapa, aku merasa mereka mengetahui kedatanganku saat itu.

            Seminggu kemudian, pasangan tua itu pindah. Semua tetangga di komplek kami terkejut. Bapak tua itu ke rumah dan melapor akan pindah pada Ayahku. Ketika dia menyeret langkah ke luar, dia melirik tajam ke arahku cukup lama. Kami berpapasan di depan rumahku ketika aku pulang dari sekolah. Aku berusaha menenangkan debar jantungku yang kian terpacu. Darahku seolah tersirap.

*****

            Seorang Bapak tua memandang istrinya. Seakan ada pengertian antara keduanya.

            "Apa kita akan pindah lagi?"Tanya Ibu tua dengan raut cemas. Si Bapak mengangguk.

            "Sepertinya anak perempuan yang tinggal di depan rumah kita curiga ada sesuatu di rumah ini. Kita sebaiknya cepat pergi sebelum orang-orang mulai menyadari keberadaan cucu kita, Dino."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun