Belajar dari Masa Lalu: Kegagalan SDR IMF
Sebelum BRICS muncul sebagai motor reformasi, lembaga-lembaga lama sempat mencoba menawarkan alternatif terhadap dominasi dolar. Salah satunya adalah IMF yang memperkenalkan Special Drawing Rights (SDR) pada tahun 1969. SDR dirancang sebagai aset cadangan internasional yang nilainya didasarkan pada sekeranjang mata uang utama dunia.
Namun, upaya ini tidak berhasil mengurangi ketergantungan pada dolar. Penggunaan SDR terbatas hanya dalam transaksi antarnegara dan IMF, serta tidak dapat dipakai langsung di pasar swasta. Kurangnya likuiditas, kerumitan mekanisme, dan dominasi negara maju dalam alokasi SDR menjadi hambatan utama.
Pelajaran penting dari kegagalan SDR adalah bahwa keberhasilan sistem moneter alternatif tidak hanya bergantung pada kesepakatan politik, tetapi juga pada penerimaan pasar, kestabilan nilai, dan ketersediaan infrastruktur pendukung. Ini adalah tantangan yang kini juga dihadapi BRICS dalam membangun sistem multipolar.
Masa Depan: Menuju Tatanan Moneter yang Lebih Terfragmentasi?
Terlepas dari semua tantangan, tanda-tanda pergeseran menuju sistem moneter multipolar mulai terlihat. Krisis keuangan global, pandemi COVID-19, sanksi ekonomi unilateral, dan konflik geopolitik telah membuat banyak negara mempertimbangkan diversifikasi cadangan devisa dan memperkuat ketahanan moneter nasional.
Beberapa langkah konkret yang dapat mempercepat transisi ini antara lain:
Ekspansi penggunaan mata uang lokal dalam perdagangan internasional, tidak hanya antar pemerintah tetapi juga sektor swasta.
Penguatan institusi keuangan alternatif seperti NDB dan CRA, dengan membangun rekam jejak kepercayaan dan transparansi dalam tata kelolanya.
Kolaborasi yang lebih luas dengan kekuatan ekonomi menengah, seperti Indonesia, Meksiko, Turki, dan Nigeria, untuk memperluas basis dukungan sistem alternatif.
Namun, penting untuk diingat bahwa perubahan besar dalam sistem moneter tidak terjadi secara revolusioner. Dolar tidak menjadi dominan dalam semalam; ia memperoleh statusnya melalui dekade stabilitas ekonomi AS, kepercayaan investor global, serta dukungan institusi dan infrastruktur global.