Tahukah Anda jikalau di dalam diri kita ada sosok lain yang terus menerus mengikuti tanpa pernah mau meninggalkan kita?
Yup. Benar! Sosok itu tak lain dan tak bukan adalah masa kecil atau biasa dikenal dengan sebutan inner child.
Inner child bisa digambarkan sebagai bagian dari diri kita yang tidak ikut tumbuh dewasa, artinya selamanya ia tetap menjadi anak-anak.
Inner child menetap dan bersembunyi di dalam diri kita. Menyimpan rapat-rapat setiap ingatan dan emosi yang pernah kita alami saat masih kecil. Baik itu ingatan indah maupun ingatan buruk.
Keberadaan inner child inilah konon mampu memengaruhi kepribadian dan pola pikir seseorang. Terutama ketika ia dihadapkan pada satu masalah.
Inner child yang menyimpan memori baik tentu akan membawa pengaruh baik pula terhadap kepribadian seseorang. Namun bagaimana jika inner chlid terlanjur mengalami luka akibat trauma di masa kecil?Â
Ciri-Ciri Inner Child yang Terluka
Untuk menguji apakah inner child di dalam diri kita sedang terluka atau tidak, mari kita merenung sejenak. Lalu tanyakan beberapa hal pada diri sendiri.
Apakah selama ini kita merasa baik-baik saja? Apakah cara pandang kita terhadap dunia ini sudah benar?
Jika kita merasa enjoy, nyaman-nyaman saja menjalani kehidupan ini, berarti inner child kita berada di dalam zona aman.
Namun jika sudut pandang kita dalam melihat dan menyikapi sisi dunia lebih dikuasai pikiran negatif, seperti; selalu merasa was-was, takut tanpa sebab, merasa sendiri meski berada di keramaian, insecure, paranoid, emosional, sulit move on, maka bisa jadi inner child kita sedang berada pada ciri-ciri fase terluka.
Cara Menyembuhkan Inner Child yang Terluka
Setiap orang pernah menjalani masa kecil yang, tentu saja dengan pengalaman yang berbeda. Dan, jika kebetulan Anda termasuk pemilik inner child yang terluka, berusaha menyembuhkannya adalah langkah terbijak. Cos membiarkan inner child terus terluka berdampak buruk pada kesehatan mental kita.
Beberapa langkah berikut bisa dijadikan acuan untuk penyembuhan inner child yang terluka.
1. Berdamai dengan Diri Sendiri
Langkah awal proses menuju kesembuhan inner child yang terluka adalah berdamai dengan diri sendiri.Â
Berdamai dengan diri sendiri berarti mengikhlaskan apa yang sudah terjadi berlandaskan pikiran-pikiran positif.Â
Pikiran positif di sini yakni berusaha menanamkan prasangka baik, bahwa kejadian atau peristiwa traumatik yang menimpa di masa kecil merupakan bagian dari perjalanan hidup yang harus dilewati, yang tentu saja bisa diambil hikmah serta pelajaran berharganya.
2. Mengajak Inner Child yang Terluka Bicara
Setelah berdamai dengan diri sendiri, langkah selanjutnya adalah; kita ajak bicara baik-baik inner child yang berada di dalam diri kita. Selayak seorang ibu atau ayah, kita rengkuh, kita beri semangat agar dia --- sisi anak kecil itu merasa nyaman dan aman berada di dalam diri kita.Â
Katakan padanya, bahwa kita akan selalu ada dan siap membantu mengobati luka atau trauma yang pernah terjadi.
Ingat, yaa. Jangan sekali-kali memusuhi inner child yang ada dalam diri kita. Terutama dengan terus menerus menyesali diri.
3. Memahami Penyebab Terjadinya Inner Child yang Terluka untuk Menemukan Solusi
Bagi sebagian orang memahami penyebab luka masa kecil sangatlah mudah. Sebagai contoh, seseorang pernah menerima kekerasan fisik saat masih kecil. Hal ini bisa langsung dimengerti mengapa orang tersebut mudah emosional ketika ia beranjak dewasa.
Namun, ada sebagian orang yang tidak bisa menemukan penyebab luka masa kecil itu. Tepatnya tidak bisa mengidentifikasikan rasa terluka ke dalam bentuk verbal --- mungkin karena lukanya terlalu dalam dan berat.Â
Menghadapi kasus seperti ini upaya penyembuhan tentu tidak bisa dilakukan seorang diri. Butuh orang lain untuk membantu. Dan, pergi ke psikiater merupakan alternatif terbaik.
4. BersyukurÂ
Hidup adalah sebuah perjalanan panjang, berproses, dan tentu setiap individu memiliki takdir beserta ujiannya masing-masing.
Selayak siswa yang sedang belajar di sebuah sekolah, ada masa-masa kita dihadapkan pada sesi ujian, baik ujian ringan maupun berat, tergantung pada tingkatan atau grade yang akan kita tempuh.
Apapun itu, senyampang tetap mengedepankan rasa syukur terhadap kondisi dan keadaan yang kita hadapi, insya Allah semua bisa dilewati dengan sebaik-baiknya.
Oh, ya. Jika hidup adalah perjuangan, maka bersyukur adalah vitamin terbaik bagi kesehatan mental kita.
Salam sehat!
***
Malang, 20 Juni 2022
Lilik Fatimah Azzahra