Mohon tunggu...
Lilik Fatimah Azzahra
Lilik Fatimah Azzahra Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

Seorang ibu yang suka membaca dan menulis

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Menyembuhkan "Inner Child yang Terluka", Mungkinkah?

20 Juni 2022   06:34 Diperbarui: 27 Juni 2022   10:05 1524
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi menyembuhkan luka inner child| Shutterstock via Kompas.com

Jika kita merasa enjoy, nyaman-nyaman saja menjalani kehidupan ini, berarti inner child kita berada di dalam zona aman.

Namun jika sudut pandang kita dalam melihat dan menyikapi sisi dunia lebih dikuasai pikiran negatif, seperti; selalu merasa was-was, takut tanpa sebab, merasa sendiri meski berada di keramaian, insecure, paranoid, emosional, sulit move on, maka bisa jadi inner child kita sedang berada pada ciri-ciri fase terluka.

Image from www klikdokter com
Image from www klikdokter com

Cara Menyembuhkan Inner Child yang Terluka

Setiap orang pernah menjalani masa kecil yang, tentu saja dengan pengalaman yang berbeda. Dan, jika kebetulan Anda termasuk pemilik inner child yang terluka, berusaha menyembuhkannya adalah langkah terbijak. Cos membiarkan inner child terus terluka berdampak buruk pada kesehatan mental kita.

Beberapa langkah berikut bisa dijadikan acuan untuk penyembuhan inner child yang terluka.

1. Berdamai dengan Diri Sendiri

Langkah awal proses menuju kesembuhan inner child yang terluka adalah berdamai dengan diri sendiri. 

Berdamai dengan diri sendiri berarti mengikhlaskan apa yang sudah terjadi berlandaskan pikiran-pikiran positif. 

Pikiran positif di sini yakni berusaha menanamkan prasangka baik, bahwa kejadian atau peristiwa traumatik yang menimpa di masa kecil merupakan bagian dari perjalanan hidup yang harus dilewati, yang tentu saja bisa diambil hikmah serta pelajaran berharganya.

Sumber: hipwee.com
Sumber: hipwee.com

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun