Suami Seret Istri di Atas Kap Mobil, Kekhilafan atau Kesengajaan?

Entah apa yang merasuki pikiran pria berinisial JAK itu. Mendadak ia tidak bisa menguasai diri. Mungkin karena bingung, panik, atau semacamnya sehingga membuat ia nekat melarikan mobil sementara ada seorang wanita bergelayut di atas kap mobil seraya berteriak-teriak minta tolong.

Insiden ini terjadi pada tanggal 24 Januari 2021 lalu. Di sekitaran daerah Tuntang, Sulawesi Utara. Beruntung warga sekitar yang melihat kejadian tersebut langsung tanggap. Mobil yang melaju segera dihentikan secara paksa. Saat berhenti itulah diketahui bahwa si pengendara, JAK, ternyata seorang pejabat yang dipercaya sebagai Wakatum DPRD Sulawesi Utara.

Mirisnya, penyebab insiden tersebut dilakukan karena JAK tertangkap basah sedang bersama wanita lain di dalam mobilnya. Sedang yang bergelayut di atas kap mobil tak lain adalah istri sahnya.

Sontak  kejadian yang nyaris menghilangkan nyawa sang istri itu terekam oleh kamera. Bisa ditebak sebentar kemudian videonya pun viral di mana-mana.

Habislah sudah reputasi yang selama ini susah payah dibangun oleh JAK. Bukti otentik berupa rekaman video tidak mampu lagi membuatnya berkelit. Ia mesti berurusan dengan banyak pihak. Terutama pihak partai di mana dirinya selama ini bernaung.

Mempertaruhkan Reputasi demi Kesenangan Sesaat

Kiranya benar unen-unen para tetua, bahwa godaan terbesar yang kerap dihadapi seorang lelaki selain harta dan tahta, adalah Wanita.

Tidak terhitung berapa banyak kejadian serupa yang dialami oleh JAK menimpa orang-orang dari kalangan atas. Tergoda wanita lain. Meski pada akhirnya mereka harus tersungkur hanya gara-gara kesenangan sesaat.

Wahai, Pria! Hati-hati terhadap Godaan Harta, Tahta, dan Wanita

Berapa banyak kalangan elit yang tersandung masalah Harta? Tidak terhitung. Contohnya kasus korupsi yang tak kunjung mati. Meski sudah dibabat habis-habisan, tetap saja tumbuh bak jamur di musim hujan. Gaji besar ternyata tidak menjamin seorang pejabat merasa puas. Ambisi untuk terus memupuk Harta menjadikan mereka kehilangan harga diri. Bahkan rela menggadaikan maruah demi kehidupan mewah.

Ketamakan mengumpulkan Harta berbanding lurus dengan Kekuasaan atau Tahta. Aji mumpung tak segan dihalalkan. Mumpung memiliki jabatan, mumpung berkuasa, mumpung dapat kursi, mumpung .... Jadi kapan lagi?