Aku sedang menari bersama bayangan ketika kamu datang, berdiri menatapku dengan sebilah pedang dan sekuntum bunga sepatu tertangkup manis di tangan.
Sungguh, kala itu aku ingin menghentikan sejenak tarian lalu bertanya lirih kepadamu, "Siapakah Tuan? Titisan Rahwana-kah, atau sekadar penyamun cinta?"
Namun bayangan enggan menghentikan langkah. Ia kian erat memeluk pinggang. Seakan tak hendak memberi sedikit waktu maupun sejeda ruang.
Aku masih menari bersama bayangan ketika kamu memutuskan beranjak pergi. Sekuntum bunga sepatu kautinggalkan di sudut hati. Sepenggal luka baru kautorehkan di dinding-dinding sunyi sanubari. Dan, selarik pesan kausematkan di atas permukan licin bebatuan.Â
"Kelak aku akan kembali. Jika kautak lagi sibuk menari bersama bayanganmu sendiri!"
Pagi ini, kukabarkan berita duka ini kepadamu. Bayanganku baru saja mati. Tapi aku masih belum juga berhenti menari. Bersama siapa? Bersama bayanganmu yang lupa kaubawa pergi.
***
Malang, 19 Januari 2021
Lilik Fatimah Azzahra