Apa yang membuatmu mencintai Indonesia, anakku? Bau tanahnya yang khas, ataukah bening sungainya yang mengalir jauh tanpa batas?
Jawabmu; Bau tanah airku tak lagi harum. Terlalu banyak ditimbuni bangkai dusta para pemimpin yang serakah.
Bukankah kau masih bisa mencintai Indonesia dari sisi yang lain, anakku? Semisal, mataharinya yang setiap pagi tersenyum hangat. Atau hujan tropisnya yang berjatuhan di sepanjang musim begitu lebat.
Jawabmu; Di sini, di kota tempat kedua kakiku berdiri, matahari enggan bersahabat lagi. Dan, hujan tropis yang berjatuhan, selalu saja menyisakan duka banjir yang memilukan.
Jika begitu, alihkan cintamu pada tubuh Indonesia yang masih tersisa, anakku. Semisal pada laut dan pegunungan. Yang tak lekang menyimpan begitu banyak rindu dan keindahan.
Jawabmu; Baiklah, aku tak akan berhenti mencintai Indonesiaku. Apa pun yang terjadi. Sebab, jika bukan diri ini, siapa lagi yang akan dipeluk Ibu Pertiwi?
***
Malang, 14 July 2020
Lilik Fatimah Azzahra