Mohon tunggu...
Lilik Fatimah Azzahra
Lilik Fatimah Azzahra Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

Seorang ibu yang suka membaca dan menulis

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi | Sandiwara Hujan

14 Desember 2019   21:48 Diperbarui: 14 Desember 2019   21:50 136
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: pinterest.com

Di sebuah pelataran, hujan masih hidmat menggelar perhelatan. Memainkan peran beragam dengan sepenuh hati dan perasaan.

Hari ini ia ingin menarasikan dramaturgi. Tentang seorang perempuan yang masih enggan beranjak dari sunyi. Yang pada lehernya tersemat kalung suci. Terbuat dari kepak sayap burung kenari.

Ini memasuki lustrum kesekian. Aku masih saja duduk sendirian. Di sini. Menunggumu. Hingga waktu berbaik hati menjemputku.

Di padang savana nun jauh di sana, hujan tak mampu menggelar sajian melodrama. Ada genang air yang berusaha dicegah. Dari pelupuk mata seorang pria. Yang pada pinggangnya terlilit sabuk pending. Terbuat dari sayatan kulit Lambskin.

Ini memasuki dasawarsa kesekian. Kita tak jua dipertemukan. Jika waktu lebih dulu menjemputku, kuharap kau tidak meratap menangisiku.

Hujan di pelataran baru saja menutup tirai. Hujan di padang savana memutuskan untuk berlalu pergi. Langit biru pun membuka lanskapnya kembali. 

Sementara ditemani oleh sunyi yang getir, dua hati sibuk menjalani prosesi takdir. Yang entah sampai kapan akan berakhir.

***

Malang, 14 Desember 2019

Lilik Fatimah Azzahra

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun