Dua laki-laki berlari memasuki rumah yang dindingnya terbuat dari anyaman bambu itu. Sigap mengikat kedua tangan Neswari dengan tali. Neswari yang tengah tertawa terbahak-bahak di depan cermin, sontak terdiam.
"Kita kirim saja perempuan ini ke RSJ sebelum ia mengamuk seperti tahun-tahun lalu saat melihat iring-iringan kereta kencana itu lewat!" salah seorang dari laki-laki itu berseru.
Mendengar kata RSJ Neswari tersentak. Ia seperti terbangun dari mimpi buruk.
"Konspirasi macam apa lagi ini? Bukankah hanya aku yang pantas menjadi sosok Ken Dedes dan duduk anggun di kursi kereta kencana yang akan kalian kirab berkeliling desa?" Neswari mulai meronta-ronta. Mencoba melepaskan diri dari ikatan.
"Astaga! Dia sudah menyiapkan pisau pula!" salah satu dari laki-laki itu merampas sebuah pisau dari balik kutang Neswari.
"Dengar! Soal dua perempuan malang itu---Srinem dan Kartini, aku mengakui. Baru dua orang itu saja yang kulukai. Belum tujuh turunan seperti yang tercatat dalam buku sejarah!"
Sepertinya dua petugas keamanan itu tidak perlu lagi mendengarkan ocehan Neswari, perempuan pengidap Skezofrenia yang hidup sebatang kara itu. Yang selalu merasa dirinya adalah titisan Ken Dedes.
Gending marak ati mulai dibunyikan. Iring-iringan pawai bergerak perlahan menyisir desa.
Selanjutnya, ketika mobil putih itu berpapasan dengan kereta kencana tiruan, Neswari berteriak histeris. Ia melihat di dalam kereta itu duduk sosok yang amat dikenalnya.
Nyai Gayatri.
"Kubunuh kau, Gayatri!"
***
Malang, 08 Desember 2019
Lilik Fatimah Azzahra
*Manjing (Bahasa Jawa) = Merasuk
Â
 Â
Â
 Â
Â