Mohon tunggu...
Lilik Fatimah Azzahra
Lilik Fatimah Azzahra Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

Seorang ibu yang suka membaca dan menulis

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Novel [1] | Goodbye Nightmare!

11 Desember 2019   12:18 Diperbarui: 11 Desember 2019   12:54 278
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber:https://www.pinterest.com/pin/535295105695136948/

Bag-1

Masquerade Party Ball, Si Pemilik Mata Elang

------

Harap hadir tepat waktu
Pukul 19.00-sampai selesai 
Wajib mengenakan kostum dan topeng unik

Undangan singkat lewat ponsel itu dibacanya sekali lagi. Dari Deborah, teman satu kampus.

***

Laquita. 

Ia bergegas mempersiapkan segalanya. Termasuk merakit sendiri topeng cantik sesuai dengan apa yang ada di dalam pikirannya. 

Gaun satin hijau tosca ala Princes Renaissance, menggelembung di bagian pinggang---efek petticoat, semirip kurungan ayam menjadi pilihan favoritnya. Ia merombak sendiri gaun milik Ibunya yang diwarisi dari neneknya itu sedemikian rupa. Menyesuaikan dengan bentuk tubuhnya yang lebih ramping dibanding dengan dua perempuan yang amat dikasihinya itu. Yang dua-duanya sudah tiada.

Waktu bergulir lebih cepat dari perkiraannya. Ia harus segera membersihkan diri, berendam air panas untuk menghilangkan kotoran yang melekat di sekujur badan dan kepenatan yang sejak siang dirasakannya. Tak cukup sekali dua ia mengoleskan cairan body soap, menggosok tubuhnya dengan spon lembut berulang-ulang hingga  bathup dipenuhi oleh luapan busa. Dan, ketika secara tidak sengaja tangannya meraba bagian tubuh yang sensitif, ia terjengah, dua gundukan lembut pada dadanya dirasanya tumbuh semakin kenyal dan mencuat.

"Masih lama, ya? Buruan dikit dong. Sakit perut nih!" seseorang berseru seraya mengetuk pintu, membuatnya bergegas meraih shower. Mengguyur tubuhnya yang dipenuhi busa. Beberapa menit kemudian ia muncul dengan tubuh terlilit handuk yang ukurannya tidak seberapa lebar.

"Quit! Malam ini aku tidak bisa mengantarmu. Mobil baru saja masuk bengkel," Inta, kakaknya, memberitahu seraya menerobos masuk ke dalam kamar mandi yang pintunya sengaja dibiarkan terbuka.

***

Menggunakan taksi Laquita meluncur menuju rumah Deborah. Perjalanan sedikit terganggu akibat jalanan macet. Dan itu membuatnya terlambat sampai di rumah Deborah.

"Oh, Quit! Gaun dan topengmu bagus sekali! Kukira ini penampilan terbaik di antara para undangan  Masquerade Party Ball  malam ini," Deborah menyambutnya dengan wajah penuh senyum, tanpa topeng. Ya, hanya ia dan tunangannya yang mendapat prioritas, dibebaskan tidak mengenakan kostum dan topeng unik seperti yang dikenakan oleh para tamu yang lain.

Laquita membalas senyum Deborah dengan peluk dan cium. Ia ikut terbias aura kebahagiaan yang memancar dari wajah ceria Deborah.

Ia hendak mengambil tempat duduk ketika lampu ruangan yang semula benderang mendadak dimatikan. Bertukar dengan lampu remang-remang sebagai pertanda pesta Masquerade Party Ball akan segera dimulai.

Laquita berdiri ketika seseorang datang menghampirinya. Pria bertubuh tegap dengan wajah tertutup topeng style burung elang mengulurkan tangan ke arahnya.

"Jeremy telah memilihmu, Nona," pria itu membungkuk sopan, meraih tangan Laquita---dua-duanya, lalu mengecup punggung tangan gadis itu dengan lembut.

Musik klasik telah dimainkan. Iramanya mengalun syahdu mengundang para pasangan untuk segera berpeluk pinggang turun ke arena lantai dansa.

Akan halnya Laquita, ia tidak bisa menolak---lebih tepatnya tidak ingin menolak ketika pria bertopeng ala burung elang itu membimbingnya, menangkup pinggang rampingnya dan mempersilakan kedua tangannya menggelayut manja di lehernya yang perkasa.

***

Tidak ada satu pun dari mereka, para tamu yang hadir malam itu berniat melepas topeng meski pesta sudah berakhir. Bukan apa-apa. Mereka hanya mematuhi komitmen yang sudah disepakati, yakni sebisa mungkin menjaga kemisteriusan Masquerade Party Ball yang belakangan menjadi trend pesta anak-anak muda, yang sepertinya sengaja dimunculkan kembali.

"Aku berharap kita akan bertemu lagi, Nona," Jeremy berbisik di telinga Laquita sebelum alunan musik dansa berhenti.

"Tentu," Laquita menyahut gugup. Gadis itu mendadak merasakan degup jantungnya berdetak lebih cepat dari biasanya.  

"Thank's untuk dansa romantis ini, Nona," kembali Jeremy berbisik.

"Laquita. Namaku Laquita. Kau bisa memanggilku Quit." Laquita mengendurkan pelukannya.

"Oke, Quit, kita akan bertemu lagi, kan?" Jeremy mendekatkan wajah.

"Dengan atau tanpa mengenakan topeng?" Laquita menengadahkan wajah.

"Dengan mengenakan topeng."

Keduanya lantas melepas tawa.

Dan malam pun berlalu indah.

Terlalu indah. Mungkin.

Besambung.....

***

Malang, 11 Desember 2019 

Lilik Fatimah Azzahra

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun