Mohon tunggu...
Lilik Fatimah Azzahra
Lilik Fatimah Azzahra Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

Seorang ibu yang suka membaca dan menulis

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi | Pagi Ini Hanya Ada Secangkir Kopi dan Sisa Pecahan Kepalamu

10 November 2019   10:46 Diperbarui: 10 November 2019   10:57 102
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber:selecthealth.org

Semalam, kita berselisih paham begitu hebat. Tentang musabab hujan yang turun sedemikian lebat. Kau bilang hujan datang karena sengaja diundang oleh para perempuan. Yang lemah hati. Yang hanya bisa menghimpun airmata beramai-ramai. 

Bukan begitu. Kau salah! Hujan turun karena para dewa di kahyangan merasa iba. Terhadap para perempuan yang diperlakukan semena-mena. Oleh pria-pria yang terkutuklah hati mereka.

Kau marah?

Aku jauh lebih marah!

Lalu kita berdua berlarian di tengah derasnya hujan. Untuk mencari pembenaran dari masing-masing pernyataan.

Hujan semakin membadai. Tempiasnya mengamuk bak sabetan pedang samurai. Kita berdua jatuh terkulai. Di antara reruntuhan dingin dan tajamnya jarum-jarum angin.

Dan, ketika kilatan cahaya berkekuatan mega itu menyambar tepat di kepalamu, aku diam terpaku.

Kekasihku, maafkan aku.

Lalu hujan dan airmataku pun bersekutu.

Pagi ini. Di atas meja kamarku hanya ada secangkir kopi dan remahan kenangan. Sisa-sisa pecahan kepalamu. Aku rindu!

***

Malang, 10 November 2019

Lilik Fatimah Azzahra

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun