Mohon tunggu...
Lilik Fatimah Azzahra
Lilik Fatimah Azzahra Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

Seorang ibu yang suka membaca dan menulis

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

[Bagian 1] Misteri Gunung Semeru

7 September 2019   07:56 Diperbarui: 7 September 2019   08:17 900
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: tanahnusantara.com

Misteri Gunung Semeru

Bag.1

-----

Malam itu suhu berkisar 10 derajat celcius. Bisa saja terus meluncur di bawah angka nol. Sedang tubuh ini dipastikan tidak akan kuat menahan udara dingin. Maka hal yang terbaik adalah merelakan keinginan mendaki cukup sampai di Villa Gimbal Alas saja.

Beberapa teman terlihat mulai mendekati api unggun yang berada di halaman villa. Melingkari tong besar yang berisi bara kayu untuk menghangatkan badan.

Sementara saya memilih meringkuk di dalam sarung, di pojok ruang tamu yang terletak di lantai dua. Ditemani seorang pemuda yang mengaku sebagai salah satu tim pendaki yang sudah berpengalaman.

"Jadi besok Mbak tidak bisa ikut naik ke puncak Semeru?" pemuda itu menatap mata saya seraya menyodorkan secangkir teh panas. Saya mengangguk.

"Ah, sayang sekali. Padahal panorama di atas jauh lebih bagus daripada di sini. Juga---banyak kisah misteri yang bisa Mbak tulis," ujar pemuda itu sembari mengumbar senyum. Mendengar kata 'misteri' rasa dingin yang sejak tadi menguasai sejenak tersingkirkan.

Pemuda itu menggeser duduknya.

"Ada banyak kisah misteri di sekitar Gunung Semeru ini, Mbak. Mulai dari awal pendakian hingga sampai ke titik puncak. Dan aku kira Mbak tadi sore sudah sedikit mencicipinya," pemuda itu semakin melebarkan senyum.

"Tadi sore? Di mana?" aku mengernyitkan alis.

"Di sekitar Danau Ranu Pani."

"Benarkah?"

Pemuda itu tertawa.

"Benar. Dan Mbak tidak menyadarinya," lanjut pemuda itu usai tawanya mereda. "Bukankah Mbak tadi sempat bertemu seseorang?"

"Bertemu seseorang?" saya mencoba mengingat-ingat. Lalu ingatan saya berhenti pada pertemuan dengan seorang perempuan tua.

"Sebentar. Apakah yang kau maksud nenek tua itu?" saya mendekatkan wajah. Pemuda itu mengangguk.

"Tak banyak orang seberuntung Mbak, bisa bertemu penunggu Danau Ranu Pani," pemuda itu melirihkan suaranya. Saya tertegun. Lalu teringat kejadian sore tadi saat kami beramai-ramai mengikuti langkah pemuda itu menuju area danau.

Misteri Danau Ranu Pani

Danau Ranu Pani. Dokpri
Danau Ranu Pani. Dokpri

Senja di sekitar Danau Ranu Pani beberapa kali menyihir langkah saya. Membuat saya tertinggal jauh dari rombongan. Bahkan saya mengabaikan seruan anak laki-laki saya yang meminta agar ibunya ini bergegas mempercepat langkah.

Saat menyusuri jalanan di antara rindang pohon cemara, mendadak seorang perempuan usia paruh baya membarengi langkah saya. Ia berpakaian lusuh. Kakinya yang mengenakan sandal jepit tampak kotor diselimuti debu. Wajahnya memerah khas wajah orang-orang daerah pegunungan.

Perempuan tua itu berjalan lebih cepat dari langkah saya. Seperti orang sedang memburu sesuatu. Saking cepatnya beberapa menit ia sudah menghilang di kejauhan.

Saya mengabaikan pertemuan itu. Eksotisme panorama sekitar danau kembali mencuri perhatian saya.

Saya terus berjalan menyusuri jalanan yang lengang. Sembari sesekali menelengkan kepala untuk sekadar mengambil gambar.

Usai jepret sana jepret sini, saya melanjutkan langkah. Dan, kembali saya merasakan ada seseorang berjalan di samping saya. Saya pun menoleh. Ternyata perempuan paruh baya itu lagi!

Seperti sebelumnya, ia berjalan terburu-buru mendahului langkah saya.

Tapi kali ini saya tidak ingin mendiamkannya. Saya segera mengejar langkah perempuan tua itu. Menggamit lengan dan memeluk pundaknya.

"Ibu mau ke mana?" saya menegurnya ramah. Perempuan itu tidak menyahut. Ia hanya tersenyum. Kebetulan tangan kiri saya menenteng tas kresek berisi makanan. Buru-buru saya meraih sebungkus kue dan menyerahkannya kepada perempuan itu.

"Untuk Ibu," saya tersenyum ke arahnya.

Semula perempuan tua itu menolak dengan menggelengkan kepala. Tapi saya terus memaksanya. Akhirnya ia mengalah, mau menerima pemberian saya meski tanpa mengucapkan satu kalimat pun.

Usai menerima pemberian saya, perempuan tua itu melanjutkan perjalanannya kembali. Masih dengan langkah yang sama. Terburu-buru. Sebentar kemudian saya tidak bisa melihat punggungnya lagi. Ia menghilang di kejauhan.

"Mbak sudah selesai mengingat pertemuan singkat dengan perempuan tua itu?" suara pemuda di samping saya membuyarkan ingatan yang baru saja melintas.

Saya mengangguk.

"Sepintas tidak ada sesuatu yang aneh," saya meluruskan kaki yang tertekuk.

"Memang. Tapi apa Mbak tidak menyadari, sebelum Mbak memberi sebungkus kue itu, nenek itu selalu berjalan di samping Mbak?" pemuda itu melebarkan kedua matanya. Saya terhenyak.

"Kamu benar! Dua kali tiba-tiba ia muncul di sampingku, padahal jalannya sangat cepat sekali," saya mulai menyadari adanya keanehan.

"Nah! Ini baru satu misteri. Mbak akan menjumpai misteri lain yang lebih seru jika Mbak bersedia tinggal lebih lama di sini..."

Bersambung....

***

Malang, 07 September 2019

Lilik Fatimah Azzahra

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun