Undangan reuni merah jambu berhias pita emas itu tergeletak tak tersentuh di atas meja riasku. Aku hanya membaca sepintas huruf-huruf Italic yang berderet rapi pada sampul bagian bawah sebelah kiri.
Harap datang tepat waktu pada reuni akbar SMU Diponegoro lulusan tahun 1987
an. Panitia
Herlambang
Aku membuang pandang ke luar jendela. Menatap jalanan yang sore itu tampak lengang.
Herlambang.
Ah, tiba-tiba saja ingatanku kembali terlempar ke masa lalu.Â
Her--aku biasa memanggilnya begitu. Ia adalah seniorku saat duduk di bangku SMU. Kami berbeda kelas satu tingkat.Â
"Pris! Aku lulus!" masih kuhafal suaranya yang ngebas. "Itu berarti aku bisa segera melamarmu."
"Ogah! Aku tidak mau menikah muda," aku sengaja mencibir. Aku tahu Her hanya bergurau.
"Menikah muda itu banyak keuntunganya. Pris. Kita belum seberapa tua anak-anak kita sudah beranjak dewasa," ia masih melanjutkan kalimatnya.