Mohon tunggu...
Lilik Fatimah Azzahra
Lilik Fatimah Azzahra Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

Seorang ibu yang suka membaca dan menulis

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Apakah Bapak dan Ibu Kita Sudah Berubah Menjadi Tikus?

28 Maret 2018   21:20 Diperbarui: 29 Maret 2018   04:32 904
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hingga satu bulan berselang kami tidak juga melihat Bapak pulang ke rumah. Dan Ibu sepertinya sudah mulai merelakan kepergian Bapak.

"Bapak benar-benar sudah menjadi tikus. Ia tidak ingat rumah, lupa istri dan anak-anaknya," aku membisiki Rash. Rash merapatkan tubuhnya ke arahku.

"Lalu bagaimana dengan Ibu? Apakah mulai ada tanda-tanda Ibu juga akan berubah menjadi seekor tikus?" Rash menjijitkan kakinya agar bibirnya sampai di telingaku.

"Kupikir begitu. Kulihat Ibu akhir-akhir ini jarang menangis lagi. Ibu juga sering keluar rumah di malam hari. Bukankah tikus betina suka pergi meninggalkan anak-anaknya saat hari menjelang gelap?"

"Wah, aku jadi penasaran ingin melihat wajah Bapak seperti apa sekarang. Apakah ini-nya sudah ditumbuhi ekor?" Rash meraba pantatnya sendiri. Aku tertawa. Membayangkan Bapak memiliki ekor dan berlarian di bawah kolong tempat tidur lalu menggerogoti celana kotor kami.

"Malam nanti kita cari Bapak, yuk!" Rash berseru riang. Aku mengangguk. Aku juga penasaran. Seperti apa penampilan Bapak setelah lama pergi meninggalkan rumah.


Usai menutup pintu dan jendela, malam itu aku dan Rash melewati lorong-lorong panjang di sekitar area setasiun. Kami mencari Bapak di sana. Kami sengaja tidak bertanya pada orang-orang yang kami temui. Sebab kami tidak ingin mereka tahu bahwa Bapak kami sudah berubah menjadi tikus.

Suasana pengap serta bunyi peluit kereta sesekali membuat langkah kami terhenti. Rash yang umurnya lebih muda dua tahun dariku sering bertanya ini itu, membuatku harus berpikir keras untuk memberikan jawaban yang mudah dimengerti olehnya.

"Beberapa pria dan wanita mengendap-endap masuk ke dalam gerbong kereta yang kosong. Kau tahu apa kira-kira yang mereka lakukan?" Rash menyentuh punggung tanganku.

"Mungkin mereka bersembunyi seperti Bapak dan Ibu kita---sedang menjalani proses menjadi tikus," aku menjawab serius.

"Oh...jadi mereka tidak ingin ada yang tahu bagaimana ekor tumbuh dari balik bokong mereka?" Rash menyipitkan kedua matanya. Aku mengangguk dan berharap dalam hati Rush tidak bertanya hal-hal rumit lagi, yang membuatku kebingungan mencari jawabannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun