Ada hari-hari di mana ruang yang biasanya terasa aman, tiba-tiba berubah menjadi tempat yang ingin segera kutinggalkan.
Bukan karena dinginnya udara atau sulitnya pelajaran, tapi karena ada momen yang menghantam hati tanpa aba-aba.
Semuanya bermula dari hal sederhana: seseorang berdiri di depan, menjawab pertanyaan, lalu mendapatkan perhatian dan tepuk tangan.
Di sampingnya, berdiri sosok lain yang pernah punya cerita dengannya.
Seharusnya itu hanya momen biasa, tapi lalu terdengar seruan ringan diikuti tawa riuh.
Bagi sebagian orang itu hanya candaan, tapi bagiku itu seperti mengupas luka yang sudah susah payah kututup.
Aku menunduk, menahan napas.
Jantungku berdegup cepat, tangan mulai gemetar.
Aku tahu, jika aku bertahan lebih lama, air mata ini akan jatuh di depan semua orang.
Jadi aku memilih keluar.
Langkahku cepat, gerakanku mungkin terlalu keras, dan pintu yang kubuka meninggalkan suara yang tak bisa disamarkan.
Bukan niatku membuat drama, hanya... aku tidak ingin menjadi tontonan.
Di luar ruangan, aku berdiri sendiri.
Menarik napas dalam, mencoba mengusir rasa sesak yang semakin menumpuk.
Kupikir, setelah itu akan ada pesan masuk, atau suara yang memanggil namaku.
Kupikir akan ada kalimat sederhana,
"Hei, aku tahu tadi nggak enak buat kamu, maaf ya, sini aku jelasin."
Tapi yang datang justru... hening.
Tak ada kabar, tak ada pertanyaan, hanya diam yang memanjang.
Diam yang membuatku bertanya-tanya.
Apakah perasaanku tidak penting?
Apakah momen tadi terlalu sepele untuknya, sementara bagiku itu cukup untuk membuatku merasa terasing di ruangan yang seharusnya aku kenal?
Dan di titik itu aku sadar...
Yang paling menyakitkan bukanlah tawa orang-orang, tapi ketidakpekaan seseorang yang seharusnya tahu lebih banyak tentang isi hatiku.
Yang paling meninggalkan bekas bukanlah ejekan singkat, tapi diamnya orang yang pernah berjanji untuk selalu menjagaku.
Hari ini aku belajar satu hal:
Tidak semua luka berasal dari kata-kata.
Kadang, justru heninglah yang meninggalkan bekas paling lama.
Aku hanya berharap, suatu hari nanti, dia mengerti bahwa rasa yang kubawa pulang hari ini bukan sekadar sedih... tapi kecewa.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI