Mohon tunggu...
Elan Priananda
Elan Priananda Mohon Tunggu... -

Hanya perangkai kata, mencoba mengutarakan isi kepala melalui bahasa yang menjamah rasa... Journalism - Communication Program of Faculty of Social and Political Science Universitas Atma Jaya Yogyakarta (elanpriananda11@gmail.com)

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Berbenah dalam Bermedia Online di Era Digitalisasi dan Kemajuan Teknologi

15 April 2016   17:43 Diperbarui: 15 April 2016   17:59 209
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pada titik inilah ruang redaksi bertemu dengan kepentingan bisnis media sebagai industri. Di ruang redaksi, traffic diperoleh sebagai hasil produksi berita yang dibuat wartawan. Berita-berita yang di-klik pembaca akan menghasilkan pageview. Semakin banyak berita yang di-klik semakin besar pageview yang diperoleh. Semakin besar pageview, semakin besar potensi bisnis yang bisa diraih. Selanjutnya, sehubungan dengan pageview ini, lazimnya, media-media online di Indonesia mempraktikkan gaya penulisan berita yang khas yaitu update berita sepotong-sepotong atau berita yang dipecah-pecah.

Berita online kadang disebut dengan jurnalisme empat paragraf karena dalam satu berita isinya hanya empat paragraf. Terdapat argumentasi yang menyatakan, berita-berita yang sepotong-sepotong itu adalah nature online karena berita online harus cepat dan merupakan rangkaian perkembangan atas suatu peristiwa. Tapi, dalam perspektif bisnis, berita yang sepotong-potong ini menguntungkan karena dapat melipatgandakan pageview.

Berita-berita model ini lantas menunjukkan bahwa ada pertentangan dengan kaidah-kaidah etik jurnalistik. Pakem-pakem jurnalistik yang telah disusun dan diberlangsungkan hingga saat ini mulai luntur. Berita juga tidak pertama-tama mengenai soal penting, tapi menarik, atau setidaknya diberi judul yang menarik. Judul yang tidak menarik, tidak akan banyak menghasilkan klik.

Etika Jurnalistik Seolah Dikesampingkan

Keberadaan internet sebagai media baru dengan segala implikasi praktisnya, memunculkan beberapa masalah dalam etika jurnalistik yang selama ini telah ada. Masalah etik yang muncul ketika kerja-kerja jurnalistik masa kini bercampur dengan interaksi pembaca. Selain itu jurnalistik online yang berkembang di Indonesia sangat khas. Gaya baru jurnalisme ini unik dan berbeda dengan model jurnalistik konvensional yang selama ini berlaku di media cetak dan televisi. Di luar itu, isu lama mengenai persinggungan media dengan bisnis juga masih mengemuka.

            Bila kita lihat saat ini, berita tidak lagi merupakan produk ekslusif milik industri media. Internet yang dalam perkembangannya melahirkan media sosial membuka ruang seluas-luasnya kepada masyarakat untuk mewartakan apa yang mereka tahu, mereka lihat, dan mereka dengar. Internet juga membuka ruang bagi masyarakat untuk menyampaikan gagasan dan opini mereka. Memunculkan para penyampai berita yang “seolah-olah jurnalis”, masyarakat dapat secara bebas menjadi penyampai informasi yang belum tentu memahami pakem-pakem yang berlaku.


Terdapat salah salah satu kunci dalam perkembangan media online yang disebut interactivity. Menurut Deuze, interactivity merupakan besarnya respon khalayak terhadap kegiatan jurnalisme online. Dalam perkembangan informasi yang luas dan tidak terbatas saat ini, para pembaca pun dapat memberikan komentar maupun tanggapan lewat fasilitas yang tersedia. [2]Fitur e-mail yang tersedia untuk berbalas pesan, maupun sekadar kolom komentar yang disediakan untuk menerima kritik dan saran. Hal tersebut menjadikan sebuah interaksi maupun hubungan yang interaktif karena dua arah yang terwujud untuk saling berkomunikasi.

Saat ini siapapun memiliki akses menyampaikan apapun, kapanpun, dan di manapun kepada publik. Melalui ranah media sosial, apa yang dulu dipahami sebagai berita dan dikomunikasikan satu arah oleh media kini menjadi percakapan dalam komunikasi dua arah. Kita tentu tidak akan mendiskusikan apa yang terjadi di wilayah media sosial itu. Menjadi persoalan pula ketika media online juga membuka ruang terjadinya percakapan itu pada halaman-halaman situs mereka. Terjadi “peperangan” opini karena media seolah melempar isu yang akan diberi tanggapan oleh para pembacanya.

Media online memberikan kesempatan dengan membuka ruang percakapan publik pada halaman komentar yang disediakan pada setiap berita. Ruang interaktif ini secara niscaya memang merupakan nature media online. Tapi, kita juga melihat bahwa ruang-ruang interaksi itu juga memiliki perspektif bisnis. Jika melihat komentar-komentar pembaca terasa binal, kasar, sarkas, dan jauh dari sopan santun.

Aturan yang Mengakomodasi Perkembangan Media

Seperti yang dikatakan Fenton, bahwa proses jurnalistik berita saat ini sangat dipengaruhi oleh media baru, tidak hanya pada teknologi yang tersedia untuk jurnalis, editor dan distributor, tetapi juga untuk konsumen serta bagaimana cara mereka melakukan kegiatan konsumsi.[3] Dapat dikatakan terdapat adanya kekosongan hukum terkait praktik jurnalisme dalam media online.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun