Mohon tunggu...
Elang Maulana
Elang Maulana Mohon Tunggu... Petani - Petani
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Hanya manusia biasa yang mencoba untuk bermanfaat, bagi diri dan orang lain..

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

"Parkir Bus" ala Anies Dinilai Efektif tapi Rugikan Publik

6 Februari 2020   08:44 Diperbarui: 6 Februari 2020   09:03 1028
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tak urung, segala kisruh atau polemik terkait revitalisasi Monas ini akhirnya menyudutkan Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan. Sayang, tidak sepertinya biasanya, yang selalu memiliki cara untuk menangkal segala tuduhan atau kritik. Kali ini, Anies lebih memilih bungkam atau tetap bertahan dengan selalu irit bicara jika diburu pewarta.

Sebut saja, saat Anies menghadiri pelaksanaan groundbreaking integrasi TransJakarta dengan Stasiun MRT, Rabu (22/1/2020). Pada kesempatan itu mantan rektor Universitas Paramadina ini hanya berbalik badan dan menyerahkan penjelasan hal tersebut pada Dinas Cipta Karya, Tata Ruang dan Pertanahan DKI Jakarta.

Begitupun, saat Anies menggelar konfrensi pers tentang kendaraan listrik. Dia kembali bungkam soal Monas. Dia hanya melambaikan tangan terhadap juru warta. Dan, yang terakhir adalah ketika meresmikan dua jalan layang yang menghubungkan Bekasi-Jakarta, Jumat (31/01/2020). Anies lagi-lagi tak mau memberi penjelasan apapun dan bergegas meninggalkan lokasi.

Sebenarnya, bukan tentang Monas saja anies Basewedan irit bicara terkait polemik yang terjadi di pemerintahannya. Sebelumnya, dia juga pernah bungkam, saat terjadi masalah tentang penghargaan Adikarya Wisata bagi Colosseum. Anies lebih memilih mendelegasikan penjelasan hal ini terhadap Sekretaris Daerah DKI Jakarta, Saefullah.

Kembali pada strategi bertahannya Anies Baswedan terkait polemik revitalisasi Monas. Tidak sedikit yang menilai, strateginya ini efektif guna meminimalisir serangan kritik dari kelompok yang bersebrangan dengannya. Tapi, di sisi lain, merugikan masyarakat. Karena dengan bungkamnya Anies, sama halnya dengan menutup pintu bagi publik yang ingin mengetahui informasi tentang kebijakan di ibu kota.

dijelaskan pakar Komunikasi Politik, Emrus Sihombing, gaya komunikasi bertahan atau defense Anies, adalah gaya yang sama sekali tidak ada dalam teori komunikasi yang selama ini dipahaminya. Menurutnya, gaya komunikasi ini ditandai dengan sikap bertahan dengan pendirian, jawaban yang menjustifikasi, tidak dialogis.

Kendati begitu, masih dikatakan Emrus, gaya defense tidak begitu masalah selama tetap menyertakan data guna menjaga kepercayaan publik. Hal itu, disebutkan Emrus telah diperlihatkan Anies lewat data-data yang diunggahnya di media sosial.

Wassallam

Referensi : satu, dua, tiga

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun